BAB 01

201 10 8
                                    

Kamu teh yakin, Lin?"

Perempuan dengan rambut lurus sepunggung hasil smoothing itu menatap khawatir pada teman yang berjalan di depannya dengan langkah yang pasti. Sementara dirinya dilanda rasa takut dan cemas dengan sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya akan terjadi.

"Lin, mending kita pulang aja, yuk."

Ia masih berusaha membujuk, meski beberapa kali harus menelan ludah saat mereka mulai memasuki lorong ruang dosen yang banyak dilalui beberapa mahasiswa juga staff dengan kepentingan masing-masing.

"Lin—"

"Duh, Val. Mending lo diem dulu." Olina memutar tubuhnya sambil berdecak kesal. "Lo emang mau nilai UTS lo cuma segini?" tunjuknya pada layar ponsel.

Satu jam lalu hasil Ujian Tengah Semester pada beberapa mata kuliah memang sudah keluar, salah satunya mata kuliah yang diampu oleh dosen paling keras satu kampus, Yusril. Olina terkadang heran, dosen setua Yusril masih saja membuat dosa dengan menyulitkan mahasiswa di kampus. Memberikan nilai tanpa melihat dari berbagai sisi. Sangat tidak objektif.

Keduanya sampai di sebuah pintu cokelat kehitaman yang tertutup rapat. Valen meneguk ludah, menatap pintu itu seperti berhadapan dengan pintu neraka baginya. Kasak-kusuk bagaimana tegas dan galaknya seorang Yusril sebagai pengajar bukan hanya sekadar gosip semata. Ia pernah tidak diizinkan masuk kelas karena masuk tidak memakai sepatu. Padahal, saat itu ibu jarinya sedang terkena cantengan, di mana rasanya sakit ketika tersenggol sesuatu apalagi jika harus dihimpit sebuah sepatu. Terdengar konyol, tetapi memang itulah yang terjadi. Maka, namanya ditandai dan UTS ini nilainya anjlok karena hal tersebut. Tidak ada toleransi, jika Yusril sudah bicara A maka tidak bisa jadi B, apalagi jadi Z.

"Lin." Valen menahan pergelangan tangan Olina yang sudah siap memegang gagang pintu. "Aku mah nggak apa-apa dapat nilai seadanya, mending gini dibanding menjelang UAS nanti lebih dipersulit." Perempuan manis itu berkata lirih, memohon pada Olina yang sepertinya tak gentar ingin mengajukan banding.

Olina menghela napas panjang, bibirnya menarik garis. Sementara ia melepas tangan Valen, menggenggamnya lembut. "Valen, percaya sama gue." Olina bersikukuh dengan sangat yakin, ia meremas bahu teman lamanya itu cukup kuat.

Bagaimana Valen bisa percaya? Tidak ada yang berani menghadapi dan menuntut protes pada Yusril, bahkan dosen yang lain pun memilih diam saat Yusril menggunakan titelnya sebagai dosen paling sepuh di kampus, yang masih bisa seenaknya mengatur siapapun.

"Lin, tolong atuh." Mata Valen kini sudah berkaca-kaca, tetapi Olina lebih keras kepala.

Belum sempat Olina kembali meraih gagang, pintu sudah lebih dulu terbuka. Kedua perempuan itu terkejut, kontan mundur menatap sosok tinggi yang juga menatap mereka sama kagetnya. Valen mengelus dada pelan diiringi hela napas panjang. Ia kira yang datang si dosen tua, ternyata dosen fresh from the oven yang terlihat hot dengan tubuh atletisnya.

Kehadiran lelaki itu seperti sosok malaikat yang Valen harapkan kedatangannya. "Pak Arsyad," lirih Valen, matanya berbinar seolah meminta pertolongan dari Olina yang mau menyeretnya masuk kandang singa.

"Kalian ngagetin saya," timpal Arsyad melangkah sedikit untuk menutup pintu. "Mau ke Pak Yusril?" tanyanya, lalu menyugar rambut semi ikalnya ke belakang.

Pipi Valen bersemu melihat rupa si dosen muda yang banyak digandrungi wanita. Kepalanya mengangguk-angguk sudah seperti pajangan dashboard mobil. Melihat tingkah temannya, Olina hanya menggeleng sambil berdecak, ia kembali mengalihkan perhatian pada Arsyad.

"Pak Yusrilnya ada 'kan Pak?" tanya Olina langsung pada tujuan mereka.

Kening Arsyad mengernyit pada Valen yang menyilangkan tangannya menyerupai huruf 'X' di belakang Olina, seolah memberi isyarat. Entah apa maksudnya, tetapi pria itu tak paham dan memilih menggaruk pelipis bingung, kemudian menjawab pertanyaan Olina.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Jan 15 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Covert AllureDove le storie prendono vita. Scoprilo ora