tujuh-

366 40 6
                                    

Samudra pulang dalam keadaan basah kuyup karena menerobos hujan. Setelah menunggu satu jam ternyata tidak kunjung surut dan dia terjebak seorang diri di cafe.

Pukul 10 malam tentu saja orang-orang memilih untuk beristirahat di rumah, apalagi cuaca sangat mendukung.

Seketika masuk rumah, bisa Ia lihat Bumi dan enam yang lain menghampirinya dengan raut khawatir.

"Hp kamu kenapa gak aktif?!" Tanya si sulung seraya memberikan handuk kering pada Samudra.

"Udah abang bilang selalu bawa charger atau powerbank. Pastiin hp aktif biar bisa kabarin orang rumah." Lanjutnya tanpa melepas pandangan dari sang adik.

"Maaf tadi lupa gak bawa dua-duanya." Samudra menjawab dengan santai selagi Ia mengeringkan rambut.

"Lain kali jangan lupa, khawatir abang kalau kalian belum pulang dan gak ada kabar sama sekali. Mau dicari juga gak tau harus ke mana gps mati kayak gitu."

Sudah menjadi tabiat si sulung jika ada adiknya yang salah maka Ia peringatkan untuk semua. Bahkan jika dirinya yang teledor tetap akan ada nasihat agar kejadian serupa tidak terulang.

"Iya, maaf gak akan diulang."

"Yaudah sana kamu mandi pakai air hangat, terus minum vitamin biar mencegah demam atau flu."

Samudra hanya bisa mengangguk melihat Bumi langsung pergi menuju kamar setelah menasehatinya.

Enam yang lain tidak ada yang berbicara, membuat Samudra merasa canggung dan tidak enak.

"Aku ke kamar dulu." Ujar Samudra.

"Nanti kakak bawain vitaminnya. Kamu udah makan belum?" Cegah Nana sebelum Samudra pergi.

"Udah makan roti tadi di cafe."

"Dari siang cuma makan roti??" Tanya Aksa sedikit sangsi.

"Gak ada makanan berat selain roti."

"Udah-udah, nanti kakak sekalian bawain makan atau mau ambil sendiri?"

"Nanti aku ambil sendiri habis mandi. Makasih, kak."

Samudra langsung beranjak karena tubuhnya sudah sangat lelah meminta diistirahatkan.

Sampai di kamar Samudra menuju lemari untuk mengambil satu set piyama sebelum pergi mandi. Sepertinya tidak akan lama karena Ia sudah mulai pusing, mungkin karena kehujanan kepalanya sedikit berdenyut.

Lima belas menit waktu yang cukup untuk Samudra membersihkan diri dan kini lelaki jangkung itu akan kembali turun untuk makan malam.

"Tadi kakak cuma masak ini, gapapa?" Tanya Nana ketika melihat sang adik duduk di hadapannya.

Beberapa potong ayam kecap tersaji dan seperti biasa Samudra memang tidak pilih-pilih makanan, tentu Ia akan menikmatinya.

"Gapapa, baru dipanasin ya?" Basa-basi sekali Samudra padahal terlihat jelas ada asap yang masih mengepul di sana.

"Iya biar gak enek kalau dingin. Kamu makan dulu terus nanti minum obatnya biar gak demam."

Samudra menyantap makan malam sambil mengobrol dengan sang kakak, termasuk tentang hari ini yang membuatnya telat pulang tidak memberi kabar.

"Abang cuma khawatir aja sama kamu, toh, kalau yang lain gak ada kabar juga pasti dia uring-uringan. Apalagi sekarang ini lagi banyak orang gak jelas yang suka main pukul padahal kenal aja nggak."

Si jangkung mengangguk menanggapi, Ia juga tau mengenai informasi beberapa korban keroyok berandal jalanan.

"Untung besok kamu gak ada kuliah kan? Soalnya kamu gampang banget demam kalau kena hujan."

Samudra Dirgantara | Jung SungchanWhere stories live. Discover now