Chapter 5

485 30 8
                                    

Nami P.O.V.


Keadaan kelas masih sangat sepi, hanya ada aku. Aku segera menghapus air mataku, lalu tanpa aku sadari ada sesorang duduk disebelahku.


"Ah aku tau kamu lagi mikirin apa." ujarnya.


"Hah?" jawabku.


Oh ternyata dia Rinrin, temanku.


"Yaakkk jangan pura-pura bodoh, hei gak cape terus-terusan kaya gini? Udah terlalu lama woii kamu jadi stalker nya. Seisi sekolahan ini lagi ngomongin dia sama pacar baru nya." teriaknya.


"Pssssssttttt bisa kan engga teriak? Dan soal dia sama pacar barunya aku udah tau kok. Apa aku harus ngomong jujur ke dia tentang perasaan aku yang sebenernya?" ujarku.


"Telat! Kenapa gak dari kemaren-kemaren? Liat! Giliran dia udah punya pacar, kamu baru mau jujur. Kamu gak mau kan di cap sebagai perusak hubungan orang?" ucapnya.


"Tapi aku cuma mau ngungkapin, gak berharap terlalu tinggi kalo dia juga balik suka. Lagian ini juga bukan nembak kayak 'maukah kau jadi pacarku?'. Bukan , ini cuma ngungkapin. Tau kan bedanya?"


"Ah entahlah. Kalo kamu mau jujur atau engga itu terserah kamu, tapi kalo kamu mau jujur kenapa gak nyoba pake surat? Yaaah itu sih saran dari aku." ujar Rinrin.


"Ah dan satu lagi maaf aku entar gak bisa pulang bareng lagi heheh. Aku ada yang jemput." lanjutnya.


"Ah sudah biasa." ujarku malas.


***


Tanpa disadari bel masuk pun berbunyi dan pelajaran pun dimulai.

"heisss aku gak ngerti yang dijelasin guru itu. Mi hei kamu ngerti ga? Kamu diem aja dari tadi." bisik Rinrin.


"Sama aku juga gak ngerti. Udahlah diem, nanti kalo ketauan bisa-bisa kita dikeluarin dari kelas." Kataku, namun tanpa diduga...


"Nah mengerti semua? Barangkali ada yang mau ditanyakan?" ujar guru itu. Semua murid terdiam.


"Nah bapak anggap semuanya mengerti dan untuk kalian berdua yang dibelakang tolong perhatikan bila ada guru yang sedang menjelaskan" ujar guru itu sembari melihat ke arah kami. Seketika semua murid menoleh pada kami.


Aku dan Rinrin hanya menunduk malu.


"Untuk pelajaran ini bapak cukupkan sekian." ucap guru itu sembari pergi keluar kelas.


***


Sepulang sekolah, aku berkunjung ke perpustakaan untuk mengembalikan buku sejarah yang kemarin kupinjam. Aku memasuki perpustakaan lalu mencari-cari petugas perpustakaan, namun aku tak menemukannya. 'Oh mungkin beliau sedang membereskan buku' pikirku.


Aku memutuskan untuk mencari ke jajaran rak buku. Namun, ketika aku sedang mencari petugas perpustakaan diantara rak-buku. Seketika mataku memanas melihat pemandangan didepanku. Aku melihat Luthfi dan pacarnya akan berciuman. Aku berjalan tergesa-gesa berniat meninggalkan perpustakaan. Namun tanpa sengaja aku menyenggol sebuah buku. 'Bruuukk' Aku tak menghiraukan suara itu dan bergegas pulang.


Ketika aku ditengah perjalanan menuju rumah, tanpa aku duga hujan turun dan aku lari terbirit-birit untuk mencari tempat yang teduh. Hingga aku menemukan sebuah halte bus. Kuputuskan untuk berteduh di tempat tersebut.

'Heisshhh kenapa harus hujan padahal jarak rumah masih lumayan jauh' gumamku.


Lalu aku melihat sebuah sepeda motor dengan 2 penumpang menepikan sepeda motornya didekat halte. Mereka segera berlari menuju halte dimana tempatku berteduh sekarang. Sepertinya mereka sepasang kekasih, karena mereka terlihat sangat mesra. Ternyata mereka adalah siswa dan siswi dari SMAku, namun aku tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas karena aku sedang membersihkan kacamataku yang terkena air hujan.


Aku memasang kacamataku kembali dan aku bisa melihat dengan jelas siapa sepasang kekasih itu dan 'DEG' jantungku terasa seperti berhenti, karena sepasang kekasih yang aku sebutkan tadi mereka adalah Luthfi dan kekasihnya.


Aku melihat Luthfi mengusap pipi kekasihnya yang basah karena air hujan menggunakan sapu tangan yang telah ia keluarkan dari dalam tasnya. Mereka tersenyum satu sama lain, mereka terlihat sangat bahagia dan sepertinya mereka tidak menghiraukan keberadaanku. Aku hanya dianggap sebagai debu. Ya, debu.Rasanya aku ingin memukul wanita itu dan menarik tangan Luthfi untuk menjauh darinya. Tapi aku sadar posisiku. Aku memalingkan tatapan ke arah lain ah sepertinya mataku memanas 'Ya tuhan aku harap hujan ini segera reda' ujarku dalam hati.


Selang beberapa menit akhirnya hujan reda, sepertiya tuhan mendengarkan do'aku. Aku melihat mereka bergegas untuk pulang dan akupun berniat untuk pulang. Lalu aku berdiri.


"Hei lihatlah ada pelangi woaah indahnya." ujar wanita itu. Akupun mendongak lalu tersenyum melihatnya 'cantiknya' gumamku. Tanpa aku sadari ada seseorang yang menepuk pundakku, lalu aku menoleh. Ternyata itu kekasihnya Luthfi.


"Eh kamu siswi SMA Nusa Bakti kan? Aku duluan yah." Tanyanya. Mungkin ia melihat logo yang aku gunakan. Aku menjawabnya dengan anggukan. Kulihat Luthfi sepertinya tak menghiraukan keberadaanku.


Aku melihat kepergian mereka dan aku berjalan dengan lesu menuju rumah.

Sesampainya dirumah aku melepas sepatu dan menaruhnya di rak dan seperti biasa aku melihat adikku sedang menonton TV. Aku langsung menuju kamarku 'ah aku sedang malas untuk bercekcok dengan adikku dan pasti heran melihatku murung'.


Aku menaruh tas kesembarang tempat dan aku berfikir 'apa harus aku jujur?'

Lalu aku teringat ucapan Rinrin.


'Aah tapi bagaimana aku menulis surat? Aku tidak bisa' keluhku. Aku masih terdiam dan memikirkan bagaimana aku harus membuat surat. Ahhh aku jadi teringat pelangi yang ku lihat di halte bus tadi.




Yahhhh walaupun cuma sedikit yang baca, kita bakal tetep post ^^-

Kritik dan saran selalu diterima :D

Makasih yang udah mau baca ^^

One Sided Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang