Chapter 3

714 29 5
                                    

Multimedia : yah anggep aja si luthfi :'v


Nami P.O.V


Disepanjang jalan aku hanya tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi, mungkin orang-orang yang melihatku menganggap aku gadis yang gila karena tersenyum sendiri. Ingin rasanya aku berteriak saking senangnya. Tapi aku masih punya malu karena disekitarku banyak orang.


Sesampainya di rumah aku langsung menaruh sepatu di rak sepatu dan aku melihat adikku yang sedang menonton TV.


Aku tinggal bersama ayahku dan adikku karena ibuku sudah tiada ketika beliau melahirkan adik ku, dan kini ayahkulah yang berjuang untuk membiayaiku dan adikku. Terkadang aku kasihan melihat ayahku dan maka dari itu setelah selesai sekolah aku ingin sekali membantu ayahku untuk bekerja.


"Ayah belum pulang?" tanyaku pada adikku.


"Ya liat aja kalo gak ada ya berarti dia belom pulang!" jawabnya ketus tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.


"Eh kampret! Bisa kali jawabnya nyante!" omelku.


Aku segera masuk ke dalam kamar, melempar tas ke sembarang tempat, seketika menghela napas. Aku memegang dadaku, jantungku berdegup kencang mengingat kejadian tadi.


"Mungkinkah dia melihatku dan tersenyum? kyaaaaaaaa" aku berteriak.


"Berisik woooiii!" teriak adikku diluar kamar. Mungkin ia terganggu dengan teriakanku hahah memang apa peduliku?


Jika disekolah aku adalah gadis yang dikenal dingin tapi jika dirumah ya seperti inilah aku. Bukannya aku tidak ingin membaur dengan yang lain, hanya saja aku terlalu malu untuk bergabung dengan yang lain. Dan jika kalian berfikir aku tidak punya teman itu salah. Aku punya teman dan mungkin hanya dia yang mau berteman denganku karena yang lain mungkin aneh melihat sifatku.


Temanku bernama Rinrin Fitriani, ia bukan siswi popular namun ia tak sesuram diriku. Ia sangat mudah bersosialisasi dan ramah. Ia memang mempunyai kepribadian yang berbanding terbalik dengan kepribadianku. Namun saat ia ingin berteman denganku ia mengalami kesulitan. Aku bisa memaklumi karena aku memang punya kepribadian tertutup, apalagi jika itu orang asing.

Saat aku mulai menerima keberadaan temanku ini, kami jadi semakin dekat bahkan aku sudah bercerita tentang si ketua osis dan ia juga sudah bercerita tentang orang yang ia suka.


Temanku ini, walaupun punya banyak teman ia lebih memilih terus bersamaku. Kau pasti bertanya-tanya kenapa ia tadi tak ikut bersamaku kan? Kebetulan tadi ia izin pulang duluan. Setiap hari kamis ia memang selalu mengikuti les matematika. Hmmmm besok pasti aku ceritakan kejadian tadi...


Aku berjalan ke arah komputer dan menekan tombol start,

'Ah aku sudah menamatkan game ini berkali-kali dan sekarang aku bosan' gumamku, aku berfikir dan ah bodoh kenapa tidak membuka internet saja. Kubuka salah satu media sosial yang paling sering digunakan banyak orang yaitu facebook.


Aku langsung Log in dan munculah tampilan facebook, ah jiwa stalker ku mulai muncul.


Aku langsung men-stalk akun yang dimiliki oleh dia ya siapa lagi kalo bukan si ketua osis hahah. Pengecut memang hanya bisa menjadi stalkernya, ttssaahh aku langsung melihat status terbarunya dan...


Tunggu...


Aku membaca statusnya disana bertuliskan 'Lumayan lah cakep :D' status itu ia tulis sekitar satu jam yang lalu dan aku melihat komentar dari teman-temannya


hahah siapa nih yang cakep? :3


ummm makasih hahah :v


hahah kali ini cewek yang mana lagi?' dan masih banyak lagi komentar yang lain.


Seketika wajahku murung membaca komentar yang paling terakhir 'hahah kali ini cewek yang mana lagi'. Ya ya aku tahu dia itu lelaki yang populer dan banyak gadis cantik yang menyukainya. Sementara aku ? Aku hanya seorang gadis biasa dengan kacamata yang tebal, aneh pula. Mana mungkin lelaki seperti dia menyukaiku hahah dasar bodoh. Aku langsung log out dari facebookku dan mematikan komputerku.


Mengambil handphone, memakai earphone dan mendengarkan lagu mungkin akan sedikit menghilangkan penat.


Tak lama, terdengar suara yang tak asing.


"Kaaaaaak lafeeeerrr buatin makanan lah..." rengek adikku.


Aku segera melepas earphone lalu membuka pintu dan mendapati adiku ini tengah bersimpuh sambil menggaruk-garuk pintu. Wuuuuuuut?


"Woi bangun jangan mati disini! di halaman belakang aja sana biar gampang dikubur!" jawabku sambil melangkahi jasadnya menuju dapur.


"Yaelah kak jahat amat" jawabnya sambil mengekorku.


Ya beginilah adikku, kadang ketus kadang manja kaya gini. Tanpa basa-basi aku segera memasak. Ya walaupun hanya merebus mie karena aku tidak terlalu mahir memasak.


Selesai membuatkan makanan, aku kembali ke kamar dan melakukan aktifitas yang sempat terganggu. Kulepas kacamataku, memasang lagi earphone dan memutar musik kesukaanku. Tanpa kusadari aku sudah memasuki alam mimpi.



Akhirnya chapter 3 berhasil diupdate. Semoga ada yang mau baca cerita kami :'v

Kritik dan sarannya, please? :'3

Makasih udah mau nyempetin baca ^^

One Sided Love?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora