Chapter 9

2.1K 135 15
                                    


Happy Reading💜

Beberapa hari kemudian

'Gila! Ini udah lebih seminggu! Kok Niskala gak dateng-dateng, sih?! Masa dia lupa?! Atau masih otw di jalan?! Atau jangan-jangan masih nyari obatnya?! Bukanya Niskala ya yang bantuin Zayden saat ini?! Aduhhh aku makin resah gelisah... Aku takut Zayden... Uhm...' Batin seorang perempuan sembari terus mondar-mandir didalam kamarnya. Ia menggigit jari jempolnya dengan gelisah.

"Nyonya, apa yang sedang anda pikirkan?" Tanya seseorang yang sedang membereskan ruangan itu.

"Mita, aku butuh bantuanmu!" Ucapnya dengan wajah yang serius. Ia sekarang tengah memegang kedua bahu Mita dengan cukup kencang membuat sang empu sedikit tidak nyaman atas sikapnya.

"Ah maaf! Biar aku jelasin! Jadi... "

"Nyonya... Ups!" Segera ia menutup mulutnya dengan takut. Ia pun segera bersujud dihadapan majikannya.

"Eh eh ngapain kamu?! Bangun! Aku mau ngomong ih!" Katanya sembari ikut terduduk didepannya mencoba membangunkan Mita yang sedang bersujud.

"Ampuni saya nyonya! Saya tidak berniat untuk menyela ucapan anda! Saya mohon!" Ucapnya dengan tubuh bergetar. Lantas ia terdiam menyaksikan Mita yang masih terus diposisi itu.

"Oh jadi kamu gak mau bantuin aku ya, Mita?" Ucapnya lalu bangkit dengan wajah merajuk.

"Nyo-nyonya! Mana mungkin! Saya akan terus mengabdi pada anda!" Ucapnya lalu menengadahkan wajahnya menatap sang majikan dengan mata berkaca-kaca.

"Bagus! Ayok bangun dulu, sini duduk!"

Mita hanya bisa menurutinya dengan perasaan was-was. Ia terus menundukkan kepalanya. Takut jika harus menatap wajah sang majikan.

"Mita... Aku kan udah bilang, gak usah takut lagi sama aku. Kamu gak percaya?" Ia memegang kedua tangan Mita dengan perasaan sedikit kecewa. Seperti apa memang gadis muda ini diperlukan olehnya dulu?

"Anu... Nyonya... Saya masih sedikit... "

"Gak papa, aku ngerti, kok. Tapi buat sekarang plis karena ini menyangkut nyawa jiwa dan raga, kamu gak usah takut dulu! Aku mau kamu bantuin aku nyelidikin sesuatu!" Katanya membuat Mita mengerutkan dahinya.

"Um... Apa itu nyonya?"

Orang itu pun memberikan isyarat agar telinganya mendekat, Mita pun mencondongkan tubuhnya sedikit.

"Sipapasi pasi pasi paga" (sensor)

"Apa nyonya serius?!" Tanyanya dengan sangat terkejut.

"Hm!" Ia mengangguk mantap.

"Sepertinya... Ini akan memakan waktu cukup lama, tapi saya akan berusaha agar bisa selesai secepatnya! Saya berjanji nyonya!" Ucapnya dengan penuh tekad dan semangat juang hidup.

"Bagus wahai anak muda!" Ia menepuk-nepuk pundaknya penuh bangga.

Kreaat

Pintu kamar terbuka. Lalu seseorang menyembulkan kepalanya.

"Ibu?" Panggilnya menoleh kesana kemari mencari alamat, jeng jeng.

"Oh, hai Ath! Masuklah!" Sambutnya dengan senang hati gembira.

"Aaaa anak ibu udah beres belajarnya, nih?" Tanyanya sembari meneluknya akrab membuat Mita sedikit heran dengan situasi itu.

'Ibu? Dia mengakui anak itu sebagai anaknya?!' Batin Mita masih tidak percaya.

"Sudah!!" Ucapnya dengan riang. Ia tersenyum full menatap sang ibu dengan lembut.

'Tuan muda kedua... Dia seperti itu???' Mita masih membatin dengan bulu kuduk sedikit merinding. Lantas Athlano yang menyadari hal itu pun menolehkan pupil matanya pada Mita dengan sorot yang tajam. Berbeda dengan sorotan yang diberikannya pada sang ibu.

Become Stepmother Where stories live. Discover now