"Aku tahu kau berbahaya sejak awal. Terutama setelah Halloween." ujar Quirrell.

"Kau yang membiarkan Troll masuk ke dalam kastil!"

"Very good Fletcher, yes. Sayangnya Snape tidak mudah di bodohi. Sementara semua orang berlari ke ruang bawah tanah, dia pergi ke lantai tiga untuk menghadangku. Dia, tentu saja tidak pernah mempercayaiku lagi. Dia jarang meninggalkanku sendirian." Quirrell berbalik menghadap cermin, seketika bekas luka Harry kembali terasa sakit. "Tapi dia tidak mengerti. Aku tidak pernah sendirian. Sekarang, apa yang dilakukan cermin ini? melihat apa yang aku inginkan. Lihat diriku memegang batu itu. Tapi bagaimana caraku mendapatkannya?" Suara serak milik Voldemort memanggil. "Gunakan anak itu."

"Kemarilah, Potter, sekarang!" titah Quirrell pada Harry.

Harry berjalan maju perlahan dengan rasa gemetar ditubuhnya.

"Harry jangan!" Eleanor menahan tangan Harry namun Quirrell melemparkan mantra padanya, "Stupefy!" Eleanor tidak dapat menghindar hingga tubuhnya terlempar lumayan jauh ke belakang menabrak tiang beton. segalanya berubah mnjadi gelap dan ia tak sadarkan segera setelahnya.

"Leah!" Harry berlari menghampiri Eleanor, dengan perasaan panik mengecek keadaannya. Beruntung Eleanor masih bernapas, benturan yang cukup keras membuat kesadarannya hilang.

Harry memindahkan tubuh Eleanor ke tempat yang aman setelah itu kembali berjalan mendekati Quirrell.

"Katakan padaku, apa yang kau lihat?"

Harry berdiri didepan cermin, memandangi dirinya sendiri. Di cermin itu Harry terlihat memasukkan tangannya ke dalam celana saku lalu mengeluarkan batu berwarna merah. Cermin itu sendiri berkedip dan meletakkan batunya kembali. Sangat halus, Harry merogoh sakunya. Ada sebuah benjolan. Ia terengah-engah.

"Apa itu?! apa yang kau lihat?!" Quirrell sedikit kesal.

"A-aku bersalaman dengan Dumbledore.  Aku memenangkan House Cup." Ccap Harry berbohong.

"Dia bohong."

"Katakan yang sebenarnya! Apa yang kau lihat?" Quirrell mulai kehabisan kesabaran. Suaranya meninggi.

"Biarkan aku bicara padanya." Suara Voldemort terdengar lagi.

"Tuan, kau masih belum terlalu kuat."

"Aku cukup kuat untuk ini!" Voldemort membentak hingga Quirrell akhirnya membuka turban, memperlihatkan ada wajah lain yang tertanam dibelakang kepalanya. Voldemort yang tampak seperti ular.

Quirrell berbalik menghadap Harry melalui cermin.

"Harry Potter, kita bertemu lagi." Ucap Voldemort.

"Voldemort." Gumam Harry.

"Ya. Kau lihat aku telah menjadi apa? Lihat apa yang harus aku lakukan untuk bertahan hidup? Hidup di tubuh orang lain seperti parasit. Darah Unicorn bisa menopangku, tapi tidak untuk waktu yang lama. Hanya satu hal yang benar-benar mampu, semua itu ada di saku mu!" teriak Voldemort.

Harry berbalik mencoba untuk berlari pergi.

"Hentikan dia!" perintah Voldemort.

Quirrell menjentikkan jarinya lalu seketika api meletus di sekitar ruangan. Harry terjebak di tengah kobaran api, ia melihat di ujung ruangan sana Eleanor masih aman dari kobaran api.

"Jangan bodoh! Mengapa harus merasakan penderitaan kematian yang mengerikan ketika kau bisa bergabung denganku dan hidup lebih lama?"

Harry menggeleng, setelah menyakiti Eleanor mereka mengajaknya untuk bergabung. Harry benar-benar tidak habis pikir, apa Voldemort pikir dirinya akan percaya padanya setelah semua yang terjadi? Tidak akan pernah!

"Tidak akan pernah!" teriak Harry.

Voldemort tertawa, "Keberanian, orang tuamu juga mengalaminya. Katakan padaku, Harry, apakah kamu ingin melihat ibu dan ayahmu lagi? Bersama-sama, kita bisa membawa mereka kembali." Harry dapat melihat di cermin kedua orang tuanya muncul.

"Yang aku inginkan hanyalah sesuatu sebagai imbalan." Harry mengambil Batu Bertuah dari dalam sakunya. "Itu dia, Harry. Tak ada yang baik dan jahat di dunia ini, yang ada hanyalah kekuatan, dan mereka yang terlalu lemah untuk mencarinya. Bersama-sama, kita akan melakukan hal-hal luar biasa. Berikan saja batu itu!" Voldemort berteriak. Bayangan orang tua Harry di cermin menghilang menyadarkannya.

"Pembohong!" teriak Harry.

"BUNUH DIA!" perintah Voldemort.

Quirrell melayang ke udara lalu menabrak tubuh Harry, satu tangan tangannya mencekik tenggorokannya. Secara bersamaan mereka jatuh ke tangga hingga Batu Bertuah lepas dari genggaman tangan Harry saat Quirrell.

Harry menganga dan mencicit pelan, merasakan nafasnya mulai sesak. Di cengkramnya tangan Quirrell, mencoba melepaskan cekikannya. Seketika asap mengepul keluar dari bawah tangan.

"Ahh! Ahh!" Quirrell berjalan mundur, tangannya hancur menjadi abu hitam.

"Bodoh! ambil batu itu!" perintah Voldemort.

Quirell kembali mendekati Harry, namun wajahnya terasa terbakar saat anak itu menyentuhnya. Wajahnya terbakar parah, hancur ketika ia memaksakan menyerang Harry. Seluruh tubuhnya berubah menjdi abu. Quirrell jatuh ke lantai. Harry terengah-engah, ia menatap tangannya sendiri lalu bergegas mengambil Batu Bertuah di lantai.

Harry meringis saat mendengar sesuatu, ia berbalik melihat Voldemort berubah menjadi abu. Abu itu melayang ke depan menembus tubuhnya, memberi reaksi sakit luar biasa.

"Arrrhhhhhh!" jeritan dari voldemort.

"Ahhhhhhhh!" Harry berteriak.

Voldemort terbang menjauh. Harry jatuh ke lantai. Tangannya terulur mengambil Batu Bertuah lalu setelahnya tak sadarkan diri.

Selama hampir berjam-jam Harry dan Eleanor tergeletak disana sampai akhirnya Hermione datang bersama staff sekolah membawa mereka ke Menara Penyembuhan.






Bersambung....

ELEANOR FLETCHERWhere stories live. Discover now