06

130 2 0
                                    

Perjalanan yang ditempuh Lyra lumayan memakan waktu. Namun Lyra cukup menikmati perjalanan itu karena ia sedikit merasa lega, setidaknya ia sudah mengakhiri hubungan yang cukup rumit kemarin.

Kini Lyra harus membangun semangatnya ulang. Mungkin setelah sampai di Surabaya, Lyra harus memperbanyak kegiatannya agar ia bisa dengan cepat melupakan sosok lelaki seperti Wildan.

Kali ini, Ona yang akan menjemput Lyra di stasiun. Namun sudah hampir 10 menit Ona tak kunjung membalas pesannya. Hal itu membuat Lyra mendengus sebal akan kelakuan sahabatnya itu.

Beberapa kali Lyra mendapatkan tawaran dari ojek online, namun Lyra menolaknya secara halus. Lyra sedikit trauma menggunakan ojek online di malam hari.

Lama berdiri, Lyra di kagetkan dengan bunyi klakson mobil. Ia sudah hapal itu ulah siapa. Dengan langkah berat Lyra menghampiri mobil tersebut.

"Onaa, emang yaa paling lama" kata Lyra dengan terus mengomel kepada Ona.

Ona yang diomeli hanya tersenyum tanpa rasa bersalah. "Ya habisnya drakor gue masih setengah ya gue abisin dulu baru nyusul" bela Ona.

"Ampun deh gue sama lo" kata Lyra kemudian ia menggunakan seat beltnya dan duduk dengan manis.

"Jadi gimana kemarin? Ada drama ngga?" Tanya Ona. Percaya saja jika Liona adalah sosok sahabat yang sangat peduli dengan kehidupan temannya.

"Yah Mamanya syok dengernya, mana ternyata dia juga di rumah" kata Lyra membuat Ona tertawa sendiri.

"Emang laki setan ya gitu. Gue juga bingung kok bisa lo pacaran sama dia" perkataan Ona membuat Lyra menoleh kearah sahabatnya ini, tak lupa Lyra memberikan tatapan yang mematikan.

"Lo ngga curiga kalo di pelet sama dia? Kalo gue sih udah curiga dari lama" kata Ona diakhiri dengan suara tawanya yang memenuhi isi mobil.

Mendengar itu Lyra hanya bisa tertawa saja. Keduanya pun berjalan menuju rumah Ona. Hanya butuh waktu 20 menit mereka berdua sudah sampai di rumah Ona.

"Udah lo tidur aja, besok pagi jadwal pagi kita" kata Ona kepada Lyra yang mendapat anggukan dari Lyra.

Memang keduanya besok pagi memiliki jadwal pagi dan lagi-lagi mereka satu kelas, berbeda dengan Gita yang mengambil peminatan lain sehingga waktu mereka berkumpul juga sangat sedikit.

***

Pagi ini Ona maupun Lyra tak ada yang sarapan, keduanya kompak untuk membeli nasi bungkus yang memang ada di pinggir jalan dekat kampus mereka. Bukan karena mereka yang bangun telat, namun hal tersebut mereka lakukan agar bisa menikmati waktu ke kampus dengan santai.

Terhitung sudah hampir 3 pekan Lyra selesai dengan hubungannya dengan Wildan dan sejauh ini ia sama sekali tidak merasakan galau yang berlebihan. Bahkan Ona beberapa kali menanyakan kondisi hati Lyra, namun hanya senyuman yang Lyra tampilkan.

"Raa lo masih boleh nangis kok karena putus sama Wildan, jangan di pendem sendiri, gue lebih ngeri kalo respon lo cuma senyum aja abis putus gitu" ucapan ini tak hanya sekali Ona sampaikan pada Lyra, namun lagi-lagi Lyra hanya membalasnya dengan senyum.

"Gini Na, lo tau kan gue itu bucinnya pake banget? Dan dengan gampangnya gue putus sama dia dan gue ngga nangis yang lama" kata Lyra

Ona mendengarkan perkataan Lyra sambil menyetir, jalanan Surabaya di pagi hari ini lumayan padat.

"Itu artinya gue udah ngehabisin rasa gue pas masih sama dia. Dan ini bukan sekali aja dia selingkuh jadi kesempatan yang gue kasih udah cukup rusak buat balik lagi" kata Lyra membuat Ona terkejut seketika.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dibalut TraumaWhere stories live. Discover now