iv. MANIS (II)

488 84 3
                                    

────────

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

────────

ㅤㅤENTAH APA YANG GEORGE PIKIRKAN TETAPI IA SANGAT MALU. Dia malu sekali bahkan ia tidak menyantap makanan penutupnya. “Kau akan makan itu tidak?” tanya Fred sambil menunjuk pudingnya, George langsung terbangun dari melamunnya.

“Eh— tidak,” jawab George dan Fred langsung mengambil pudingnya, “punyaku berarti!” ujarnya dengan bahagia. “Yakin?” tanya Fred sekali lagi sebelum menyatap puding itu, George hanya mengangguk.

“Benar, yakin? Akan kuhabiskan ini semua sampai bersih dan kau tidak akan marah?”

“Ya, Fred. Makanlah,” jawab George, Fred melirik saudara kembarnya dengan bingung. “...Yakin?” tanyanya lagi, ”Astaga, iya!” George menjawabnya dengan frustasi.

“Oke— oke... Jangan sampai marah dong,” ujar Fred dengan santai, “kamu kenapa sih?”

“Tidak apa-apa,” jawab George lalu ia meneguk jus labunya. “Daritadi bengong, kayak orang tolol,” gumam Fred sambil mengunyah.

“Apa maksudmu?” tanya George.

“Kamu kayak orang tolol.” George langsung memukul saudara kembarnya.

“Kasar,” sahut Fred yang merintih kesakitan. “Maksudku kamu daritadi melamun,” jawab Fred sambil nyengir, “melamunin apa sih?”

“Bukan apa-apa, aku sudah ngantuk,” jawab George dengan bohong, dia daritadi memikirkan dirinya yang bodoh memanggilmu dengan nama panggilan 'manis'.

George tidak tahu apa yang ia pikirkan, itu semua keluar dari mulutnya tanpa perintah dari otaknya. Manis?! Nama panggilan macam apa itu? Kamu lebih pantas diberi nama panggilan yang lebih bagus, bukan hanya manis!

Dan apa yang akan kamu katakan ketika kamu bertemu dengan George lagi? Bagaimana kalau kamu tidak mau dipanggil dengan nama seperti itu? Bagaimana kalau kamu tidak mau berteman lagi bersama dirinya? Parahnya lagi, bagaimana kalau kamu akan menolak George? Bisa gawat bagi George.

“Pintar sekali,” Fred mendengus sambil mengambil sepotong puding lagi. “Apa?” George bertanya dengan kebingungan.

“Pintar bohong.”

“Siapa?”

Yang nanya, pikir Fred. “Kamu,” jawabnya dan George lagi-lagi kebingungan. Fred tidak bisa memutuskan apakah kembarannya benar-benar mengantuk atau memang tolol.

“Tidak tuh,” George menguap. Oke, mungkin keduanya, kata Fred dalam hati. “Tak usah menyangkal begitu,” Fred terkekeh, “aku tahu apa yang terjadi.”

Fred bohong. Fred tidak tahu apa yang terjadi, tetapi sebagai teman dan saudaranya terdekatnya ia tahu bahwa sesuatu terjadi pada George.

“Oh, ya? Kalau begitu coba bilang,” jawab George dengan sarkastis, tentu ia sudah terbiasa dengan Fred yang suka ikut campur.

“Hmm,” pikir Fred dengan mengetuk sendok di dagunya, “Coleman lagi, bukan?”

Muka George memerah, “eh— bukan.” Fred tertawa terbahak-bahak, “mukamu merah sekali, bung.”

“Pembohong, pembohong. Celanamu terbakar,” Fred bernyanyi dengan lantang, George langsung saja menyuruhnya diam.

“Oke, aku menyerah.” George menghela nafas dengan pasrah, “aku berbicara kepadanya tadi.”

“Aku melihatnya, dungu.” George melirik saudaranya, jelas-jelas ia sedang curhat dan Fred malah memanggilnya dungu. “Itu saja yang menganggumu? Kamu berbicara dengannya? Itu saja?”

George menggeleng, haruskah ia mengakui tindakannya yang memalukan? Ia sendiri tidak yakin, mungkin Fred hanya akan menertawainya atau parahnya ia akan mulai menggoda George sampai mampus.

“George Weasley,” panggil Fred, menirukan nada ibunya setiap kali mereka membuat masalah. “Apa yang telah kau perbuat?”

“Norak.” ketus George dengan mata samping. Fred langsung menjawab, “jawab pertanyaanku, dungu.”

“Berhenti memanggilku dungu!”

“Kau kan memang dungu,” Fred mengangkat kedua bahunya. George menggeleng-gelengkan kepalanya, “kalau begitu kau apa?”

“Entahlah, si ganteng? tampan? lebih seksi?”

“Terserah.”

Fred terkekeh, “oke, sekarang jawab pertanyaanku.”

George menghela nafas dengan panjang, “akutidaksengajamemanggilnyamanis.” Fred langsung tersedak minumannya, “apa katamu? Tidak jelas.”

Baguslah, pikir George. “Aku menolak tawarannya untuk duduk bersamanya,” jawabnya setengah bohong, memang benar ia menolak tawaranmu tetapi bukan itu yang sedang mereka bicarakan.

“Sepertinya aku salah dengar,” jawab Fred dengan terbatuk, lalu ia minum lagi. “Kalau tak salah dengar...” dia meneguk jus labunya, “kau tak sengaja memanggilnya manis?”

Sialan.

Fred langsung tertawa terbahak-bahak, murid-murid lain pun ikut bingung apa yang ia tertawakan sampai sekencang itu. “Ya, memalukan! Akulah dungunya, beri tepuk tangan kepada George Weasley si dungu!” respon George dengan sarkasme, kembarannya masih saja tertawa terbahak-bahak ia bahkan sudah mengeluarkan air matanya.

“Haah, jenius sekali. Dungu,” ujar Fred sambil mengusap air matanya, George hanya menghiraukannya dengan malu.

“Itu secara tidak sengaja! Tidak direncanakan sama sekali!” sahut George dengan defensif, Fred masih saja terkekeh.

“Baik, baik... Aku mengerti,” George menunggu Fred untuk mengejeknya.

3... 2... 1...

Oh, terima kasih Merlin, George menghela nafas lega. “...Manis!”

Persetan kau, Fred.

SPARKS FLY [GEORGE WEASLEY X READER]Where stories live. Discover now