07 | City of London

Começar do início
                                    

Akhirnya Andrew menghentikan drama lari-lariannya di depan sebuah gedung tinggi di sisi kiri kami. Gedungnya tidak setinggi The Walkie Talkie.

"Gedung apa ini?" tanyaku pada akhirnya. Berusaha mengontrol napasku yang terengah-engah karena tubuhku yang lemah ini tidak terbiasa berlari. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali olahraga. Berbeda dengan Andrew yang tampak biasa saja.

"Fen Court building," jawab Andrew. Dia tampak hafal semua nama gedung di London. Pekerjaannya sebagai fotografer terdengar menyenangkan. Apa Andrew membuka lowongan pekerjaan? Oh, atau aku tanya pada pamannya? Mungkin dia butuh fotografer baru. Kemampuan fotografiku tidak terlalu menyedihkan, mungkin aku bisa belajar dari ahlinya (baca: Andrew).

Andrew dan aku memasuki gedung yang namanya asing di telinga itu. Sebelum masuk, aku sempat coba mengingat bentuk gedungnya dan berpikir apakah aku pernah melihatnya. Aku hanya tahu nama 3 gedung di kawasan City of London ini dan gedung yang kumasuki tidak termasuk ke dalamnya. Hanya berbentuk persegi panjang layaknya gedung pada umumnya.

Kami melewati rangkaian pemeriksaan barang bawaan, lalu memasuki sebuah lift di lobi. Aku menebak kami akan berhenti di lantai atas seperti Sky Garden. Di sini juga tidak dipungut biaya dan bagusnya antreannya tidak begitu panjang; hanya sekitar enam orang di depanku; dua di antaranya berada di dalam lift bersamaku dan Andrew. Sepasang turis wanita dan pria asal Russia—aku bisa menebak bahasa yang dipakai seseorang.

 Sepasang turis wanita dan pria asal Russia—aku bisa menebak bahasa yang dipakai seseorang

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Pintu lift terbuka. Aku disambut oleh pemandangan taman rooftop berlatarkan gedung The Walkie Talkie yang tadinya menjadi tujuanku. Tidak seperti Sky Garden yang tertutup, taman ini terbuka sehingga aku aku dapat merasakan angin bertiup membelai rambutku.

Aku merasakan tatapan Andrew padaku, pasti dia ingin melihat reaksiku yang kurasa selalu menunjukkan ekspresi yang sama setiap datang ke tempat baru di London. "Kau tidak tahu tempat ini?" tanyanya ketika kami berdua berjalan beriringan memasuki taman yang sudah dipenuhi pengunjung ini. Tidak terlalu banyak, masih terdapat ruang kosong untuk berfoto tanpa terganggu kehadiran pengunjung lain.

Aku menggeleng sebagai jawaban. Memperhatikan sekitarku; masih terkesima dengan gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi kami. Di sebelah kananku, terdapat atap transparan dengan tumbuhan merambat pada tiang penyangganya. Terdapat labirin mini di tengah-tengah, tingginya hanya sekitar pinggang orang dewasa tapi sepertinya tidak ada yang tertarik untuk menjebak diri dalam labirin itu. Di sekitarnya ditananami bunga berwarna-warni, yang aku tahu hanya bunga lavender.

"Akhirnya." Andrew menghela napas penuh kelegaan.

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Agak sulit mencari tempat yang tidak kau tahu."

Benarkah Andrew berpikir demikian? Kurasa dia terlalu memasang ekspektasi tinggi atas pengetahuanku tentang London. "No, I don't know that much about London. This city never fails to surprise me."

Journal: The LessonsOnde histórias criam vida. Descubra agora