7.

194 55 10
                                    

Memanfaatkan libur akhir pekan, dia menyetujui ajakan temannya untuk bertemu, jadi sekarang dia disini. Di restoran dengan gaya modern, yang menyajikan makanan khas Bali hingga western. Matanya berkeliling mencari sosok teman yang sudah tidak dia temui, tujuh tahun lamanya.

"Saf.. "

Sana tersenyum, matanya menangkap sosok laki-laki yang memanggilnya. Laki-laki itu langsung memeluknya, Sana juga membalasnya.

"Gila, makin cantik aja lo."

Sana hanya tersenyum "Lebay deh.. " Sana duduk berhadapan dengan laki-laki  yang wajahnya terlihat lebih dewasa, Sana pangling melihatnya, wajar saja terakhir bertemu, saat mereka sama-sama keluar dari bangku SMA.

Mata laki-laki dihadapannya seolah enggan berpaling dari Sana. "Serius gue, lo makin cantik."

Sana yang menggunakan dress berwarna hitam diatas lutut, rambut yang dia gerai, kaki jenjangnya yang mulus terekspos dengan bebas. Mungkin ini pertama kalinya, Sana memakai pakaian seminim ini selama dia di Bali.

Sana sedikit tertawa menimpali pujian temannya, matanya balik menatap laki-laki dihadapannya, mengabsen dari ujung kepala ke ujung kaki, laki-laki yang masih mengenakan stelan jas rapih, dengan bahu yang lebar, Sana akui teman nya ini memang keren.

"Sekarang lo makin keliatan kaya bule ya, Je."

Jeje, teman masa SMA yang cukup dekat dengan Sana memang menetep di Belanda. Kedatangannya ke Bali untuk mengurus bisnis yang sedang dia jalani.

Jeje adalah seorang chef yang jam terbangnya sudah tidak perlu diragukan lagi, restoran yang sekarang sedang menjadi pertemuan mereka adalah bentuk sukses seorang Jeje.

Jeje yang mendengar pujian Sana mungkin lebih tepatnya menyindir rambutnya yang sekarang berwarna blonde. Jeje tertawa sedikit menata rambutnya. "Gue iseng aja warnain rambut. Keren kan Shaf?"

Sana hanya tersenyum sambil mengangguk, Sana tidak bohong, Jeje terlihat cocok menggunakan warna itu.

"Saf.. "

Restoran tidak ramai namun tidak sepi juga, Jeje baru saja tiba di Bali pagi ini, Jeje memang sengaja mengajak Sana bertemu, selain permasalah tentang Sana yang batal menikah, Jeje juga sudah lama tidak bertemu dengan Sana, halusnya Jeje memang kangen saja.

Restoran yang berada diatas dengan view pantai yang menyegarkan memang sangat cocok untuk dihabiskan bersama orang terkasih. Sana mengamati wajah Jeje yang berubah jadi sedih. Tangan Jeje juga menggengam tangannya.

"Gue turut sedih.. "

Sana mengerti arah bicara Jeje, mantan kekasih Sana adalah teman dari Jeje.

Sana membalas genggaman itu lalu tersenyum, mengatakan bahwa tidak perlu ada yang dikhawatirkan. "Thank you, sekarang gue udah gapapa kok."

Jeje masih menampilkan ekspresi yang mungkin Sana presentasikan sebagai bentuk penyesalannya. "Gue jadi nyesel ngenalin lo sama dia."

Kata Sana semakin menggenggam tangan Jeje. "Dulu dia baik Je, mangkanya gue bisa kecantol, sekarang emang jadi brengsek aja."
Kemudian mereka jadi tertawa bersama.

"Gue yakin lo bisa dapet yang lebih baik dari dia." Masih saling mengenggam, tatapan Jeje berubah jadi serius, Sana hanya mengangguk setuju, Jeje melanjutkan ucapannya, tapi Sana hanya menganggap itu sebagai lelucon, buktinya Jeje juga tertawa setelahnya.

"Kalau emang ga ada, sama gue aja.."

Suara tawa Jeje berhenti, salah seorang pelayan datang menghampirinya. Sedangkan Sana sedikit terkejut, yang ada dihadapannya ini Tzuyu. Masih mengenakan seragam hitam putih, Jeje bisa pastikan kalau pramusaji ini adalah karyawan baru.

SUNSET [END]Where stories live. Discover now