4| 𝓢𝓹𝓮𝓬𝓲𝓪𝓵 𝓶𝓮𝓷𝓾

88 71 54
                                    

Nyanyian lagu milik Shane Filan berjudul beautiful in white bergema dalam bentuk alunan saxophone, dekorasi berwana putih emas menambah kesan mewahnya acara ini. Jinan masih menerawang setiap sudut gedung, satu hal yang membuat ia sedikit takjub yaitu pelayanan makanannya.

Jika di pesta pernikahan, biasanya orang-orang menerapkan sistem prasmanan, tapi Hendery dan Janelle memiliki sistem seperti di restoran. Makanan sudah dihidangkan di atas meja masing-masing tamu, sehingga tamu tidak perlu mengantri untuk mengambil makanan.

Sovenirnya juga tak main-main, mereka memberikan sepaket skincare dari brand ternama yang mengendors Janelle. Gaun yang dikenakan Janelle pun merupakan brand Yunīkuda milik perusahaan Hendery.

Jinan tak menyangka, laki-laki kusut yang ia temui yang kesulitan dengan skripsinya dimasa depan menjadi milyarder.

"Ji, konsepnya udah dapat nih. Cari calonnya yuk!" ucap Madam Rosé dengan nada guraunya.

"Ngeledek ya!" ketus Jinan yang dibalas tawaan Rosé.

Perempuan itu merasa sendirian, padahal sedang berada di antara manusia-manusia dari berbagai daerah. Apalagi Jinan duduk bersama Rosé dan suaminya, bukannya jadi tamu undangan Jinan malah menjadi nyamuk diantara keduanya.

Sorakan keras dari para bridesmaid dan groomsmen ketika seorang pria berpakaian sama dengan groomsmen naik ke atas panggung. Pria itu berbasa-basi terlebih dahulu, ada beberapa orang yang serius mendengarkan, dan beberapa orang lainnya yang juga mendengarkan tetapi dibarengi dengan menyantap makanan mereka. Salah satu diantara orang-orang itu, adalah Jinan.

"Untuk kedua teman saya yang sedang berbahagia, terimakasih sudah mengizinkan saya untuk ikut dengan kalian setiap kali kita pergi kondangan. Lagu ini untuk kalian dari saya, Kalandra."

Pendengaran Jinan tertuju pada kata "Kalandra." Mulutnya otomatis berhenti mengunyah, kepalanya menengadah pada sosok pria yang berdiri di atas panggung menyanyikan lagu Cintanya aku milik Tiara Andini ft Arsy Widiyanto. Benar saja, Kalandra yang sedang bernyanyi itu adalah Kalandra yang Jinan kenal.

Disaat yang bersamaan, sosok Emily menjadi pusat perhatian dikarenakan ikut naik ke atas panggung bernyanyi bersama Kalandra. Para tamu undangan tidak menduga jika model Emily ternyata juga hadir, bahkan sebagai bridesmaid setelah rumor antara Emily dan direktur perusahaan Yunīkuda itu beredar.

"Wah!" Jinan menganga dengan kejutan yang ia terima hari ini. "Madam, jangan-jangan jodohku dimasa depan Siwon suju! Hidup penuh dengan plot twist." Kedua wanita itu kegirangan bukan main.

"Madam tahu apa yang kamu pikirin, Ji," ucap Rosé dengan tatapan menggelitiknya.

Setelah sesi makan selesai, Jinan, Rosé dan suaminya berjalan menuju tempat pengantin. Seperti ritual yang sudah biasa dilakukan di acara pernikahan, mereka melakukan salam-salaman seraya mengucapkan selamat kepada Hendery dan Janelle.

"Selamat atas pernikahannya Pak Hendery dan Mbak Janelle," ucap Rosé berjabatan tangan dengan kedua pengantin tersebut, sebelum akhirnya bergiliran dengan sang suami dan terakhir Jinan.

"Terimakasih, kalian menikmati makanannya?" tanya Hendery dengan senyuman.

"Iya, ada es mint choco juga ternyata," ucap Rosé sedikit tertawa menyenggol lengan Jinan.

"Oh iya, itu menu spesial," jawab sang direktur ikut tertawa kemudian melirik Jinan, mau tak mau perempuan itu juga harus tertawa.

Selesai dengan ritual salam-salaman, Jinan dan sepasang suami istri itu pergi keluar dari tempat perhelatan pesta. Mereka saat ini sedang berada di lobby gedung, mengucapkan sepatah kata sebelum akhirnya mereka pulang.

"Nggak masalah kok, Jinan. Biar saya dan istri antar ke rumah ya?" Tawar Jeffery —suami Madam.

"Nggak usah, Pak. Saya mau ketemuan sama teman di luar," jawab Jinan dengan ramah.

Sebetulnya kalimat Jinan hanyalah alibi semata, agar ia bisa pulang tanpa menjadi nyamuk. Menjadi nyamuk itu melelahkan. Ia juga merasa tidak enak, selepas tadi makan bersama dan sekarang harus diantar pulang. Tidak, Jinan tidak suka merepotkan orang lain. Lagi pula, teman mana yang mau ia temui?

"Ya udah, kalau gitu Madam sama paksu pulang duluan ya. Kamu hati-hati di jalan," ucap istri Jeffery tersebut melemparkan senyuman hangat, lalu mereka pergi hingga punggungnya tak lagi kelihatan oleh Jinan.

Perempuan itu terdiam sejenak, memikirkan dengan apa ia akan pulang. Memesan ojol atau menaiki trans. Namun setelah dipikir-pikir Jinan baru sadar bahwa ia meninggalkan kartu transnya, opsi terakhir ialah memesan ojol.

Tangannya bergerak mengambil ponsel dari dalam tas, disaat yang bersamaan seseorang berjalan begitu cepat hingga orang tersebut tak sengaja menyinggung lengan Jinan dan menjatuhi telepon genggam miliknya.

Orang itu sontak berhenti lalu mengambilkan ponsel Jinan yang terjatuh, "Maaf, saya buru-buru," ucapnya tak sempat menatap wajah pemilik ponsel yang sudah ia jatuhkan, karena sibuk menelpon.

"Siapkan ruang operasi, 30 menit lagi saya sampai." Ucapannya masih bisa Jinan dengar ketika orang itu berlalu pergi.

"Ohh, dia," gumam Jinan mengenal orang yang sudah menabraknya. Dia yang dimaksud adalah, Kalandra.

Jinan kembali terdiam, pikiran liarnya kembali berulah mengingat insiden di ruang operasi ketika itu. Tubuhnya bergidik geli dengan sekujur tubuh menahan malu. Ia menghentakkan kakinya dan pergi dengan bayang-bayang wajah Kalandra saat itu.

Walaupun Jinan hanya melihat sebatas mata, namun tiap kali ia berpapasan dengan sang dokter membuatnya terus teringat akan kejadian yang terjadi tiga minggu yang lalu. Tatapan matanya seolah-olah sedang menertawakan dirinya, suara beratnya seolah-olah sedang memberitahukan pada dunia bahwa Jinan membuang gas ketika hendak di operasi.

𝐌 𝐄 𝐍 𝐉 𝐄 𝐑 𝐔   𝐁 𝐀 𝐃 𝐑 𝐀
ˢᵃᵐᵇᵘᵗˡᵃʰ ᵈⁱᵃ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ʰᵃⁿᵍᵃᵗ

MENJERU BADRA Where stories live. Discover now