yeza melenggang pergi Danzel segera mengejar Yeza sedangkan Aca terkekeh apakah adik dari dadynya mengira mereka anak papi danzel.
di ruangan berwarna putih, seorang perempuan tidak henti-hentinya menangis ia masih tak terima jika anaknya harus meninggal. Axsel berusaha menenangkan istrinya, umi Kia memeluk mira ia terus berusaha menenangkan mira. terdengar suara tendangan pintu yang begitu keras membuat mereka menoleh tubuh mereka membeku hanya terdengar suara jam, suara umi kia yang bergetar menyadarkan mereka.
"kia, nak k-amu"
dengan senang yeza membalas pelukan uminya, ia menangis entah harus apa ia sangat bersyukur atas takdir ini. Yeza menghapus air mata uminya ia tersenyum matanya menatap sosok yang menjadi cinta pertama nya, Yeza berlari memeluk abinya melepaskan rasa rindu
abinya tak berkata apa-apa yang yeza rasakan elusan yang sudah lama tak ia rasakan. Yeza menatap Ilma dan Wiliam bagaimanapun keduanya sudah ia anggap orang tua kandungnya.
"momy dady ini Yeza atau Kia"
Ilma dan Wiliam menangis keduanya merentangkan tangan mendekap tubuh Yeza. "sayang bagaiman bisa"
"nanti Yeza jelasin" ucap Yeza dan berganti memeluk Aisyah dan Ibrahim tapi Yeza menangis bersembunyi di cekur leher milik Aisyah. "umi, Danzel udah punya anak ya" bisik Yeza dengan isakan tapi semuanya mendengar.
"mami, mami kira kita anak mami? Asa gemoy ini anak dari dady Axsel yang dingin dan anak momy Mira"
yeza tersedak dengan ludahnya sendiri. menatap anak kecil yang terus menggenggam tangan gadis kecil yang ia yakini, Asa.
Yeza menatap Axsel yang juga menatapnya. "iya dia anak gue" Axsel menarik Yeza ke pelukannya. keduanya melepaskan rasa rindu tanpa menyadari jika Danzel merasa panas, menarik tangan Yeza membuat Axsel menatap dingin Danzel.
"sahabat gue!"
"istri, lo cuman sahabat!"
Yeza berganti menatap mira dan dara tidak menghiraukan perdebatan kecil yang pemuda atau pria itu.
"za gue keguguran"
🥭🥭🥭
Yeza tak henti-hentinya tersenyum menatap mansion yang sudah kama tak ia lihat. menatap keponakannya yang berlari sana sini. yeza menggendong kedua ponakannya, Aca dan Ara yang sangat mirip dengan dirinya dan Zeya, dan soal saudarinya yeza sudah menceritakan semuanya kepada Ilma dan Wiliam. keduanya mencoba ikhlas
"mami, lepasin Ara"
"ya ampun kok gandengan terus sih"
"mi mereka berdua, tiap hari tiap menit gandengan terus" ketus Aca dengan cadelnya.
Yeza mencium pipi gembul Aca ia dan Aca berjalan ingin menghampiri Dara dan kenzi tidak lupa dengan anak keduanya. Yeza heran kenapa anak dari kenzi sangat malu dengan nya padahal ia tantenya.
"Kenzi perasaan gue aunty nya lho, kok ponakan gue malu sih" Yeza berusaha mencium anak Kenzi, tapi sang empu terus bersembunyi di balik punggung Dara.
"entah kak, padahal tiap malam dia nanya terus sama miminya tentang aunty nya" jelas Kenzi. "sayang, itu aunty yang selalu dicari" ucap Dara.
danzel menarik tangan yeza yg membuat yeza dan aca terkejut. disinilah mereka bertiga, Danzel dan Yeza duduk bersebelahan di kursi yang menghadap langsung ke danau. sedangkan aca ia duduk di pangkuan Yeza. "lo ingat, disana tempat gue jatuh karena lo teriak" ucap Yeza menunjukkan pohon beringin di belakang mereka.
"ya, di waktu itu gue tertekan karena harus cepet bawak lo kerumah sedangkan di saat itu hati gue masih milik seseorang"
yeza menoleh "lo di tipu ya, Davin sialan itu ngarang kalau gue atau kia ke kairo emang sial________eeelepwasain gwu" Yeza memberontak kala mulutnya di bekap oleh danzel.
"jangan ngomong kasar" ucapnya dingin entah kenapa Yeza terdiam Danzel menarik kepala Yeza untuk tidur di bahunya ia mengelus kepala Yeza sayang, keduanya larut dalam dunia keduanya tanpa mengingat jika bukan hanya ada keduanya saja tapi suara yang cukup keras menyadarkan keduanya.
yeza menarik kepalanya, dan menegakkan badannya ia melupakan jika aca ikut bersama keduanya."hehe, mami papi Aca laper" ucap Aca yang tak enak ia memukul perutnya karena sudah mengganggu mami papinya. "jangan di pukul" larang Danzel.
"kita cari makan yuk, anak papi laper ya"
aca tertawa geli karena Danzel menggendongnya Danzel mengangkat Aca dengan tinggi, kepalanya ia geleng-geleng kan di perut Aca membuat bocah itu tertawa. "papi, haha udah haha geli"
"danzel udah liat anak gue! capek ketawa mulu!" ucap Yeza menurunkan Aca ia berjongkok membenarkan baju aca yang berantakan. Danzel ikut berjongkok.
"dia anak gue juga, tapi ingat dia anak kakak ipar gue, makannya bikin" ucap danzel dan menggosokkan berewoknya tepat di kening Yeza.
"aca ayuk kita lari, singa betina mau ngamuk" ucap Danzel tertawa dan menggendong aca. Yeza menggosokkan tangannya di kening miliknya ia bergidik ngeri mengingat Danzel menggosokkan berewoknya yang begitu tebal, ia terkekeh pria itu sudah tua dan tak mencukur berewoknya, tiba-tiba saja wajahnya memerah mengingat perkataan Danzel.
"MAMI, JANGAN SENYUM-SENYUM TERUS, KATA PAPI JANGAN DIPIKIRIN OMONGAN NYA TADI!" teriak Aca.
"sialan lo Danzel" ucap Yeza dan berlari menyusul keduanya.
YOU ARE READING
Transmigrasi (No Memory)
Teen FictionAsalamualaikum 🖤 Apa jadinya jika kia yg notabenya perempuan berhijab dan wakil ketua geng yg memiliki sifat bar-bar dan kadang dingin itu harus BERTANSMIGRASI ketubuh cewek feminim dan selalu mendapat kekerasan dan banyak rahasia...
chapter (3)
Start from the beginning
