27/2 •

738 77 4
                                    

🌬️sampai saat ini kau masih menjadi alasan
mengapa hatiku tak menerima siapapun

* * *

Lust, Obsession, Victim, Ego, Revenge

[ S2 ]
♡♡♡

Yongsan International School of Seoul (YISS)

Meski kehadirannya sering absen disekolah dasar, Jisung termasuk anak yang rajin. Untuk masalah kesehatannya sudah diatur dan diberikan prioritas tinggi untuknya yang merupakan keluarga Jung. Sejujurnya baik Jaemin maupun Jaehyun menentang memasukkan anak semata wayang mereka ke sekolah umum. Lebih aman jika dia berada dirumah dan homeschooling, hanya saja ini merupakan salah satu permintaan Jisung yang tak bisa ditolak oleh Jaemin.

Beberapa bulan ini Jisung mengikuti kegiatan sekolah dengan baik, begitupun jadwal check up rutin yang dilakukannya. Semua terasa lancar karena Chenle yang juga ikut andil untuk menyemangati dan memberikan dukungan. Jaemin merasa bersyukur Jisung anaknya bisa memiliki teman yang seumuran.

Tapi perasaan was-wasnya akan berita tentang Jeno menghantuinya beberapa hari terakhir. Dia selalu bermimpi buruk dan juga tiba-tiba terbangun tengah malam. Dia tidak bisa menjauh dari Korea untuk saat ini karena kondisi perusahaan Jaehyun dan juga belum menemukan cara untuk membujuk Jisung agar bisa pindah, setidaknya homeschooling akan lebih baik dibandingkan sekolah umum yang tak bisa dipantaunya setiap waktu. Memang untuk hal lain dia juga memikirkan akan pergaulan Jisung yang tidak mempunyai siapapun jika harus sekolah privat dirumah. Hah! Kepalanya pening memikirkan segala hal. Belum lagi mawar merah dari anonim yang masih dikirim padanya setiap hari. Jaehyun akan langsung membuangnya jika bunga itu terlihat oleh matanya.

Sebisa mungkin Jaemin menghindar untuk menyembunyikannya melalui Shun, agar tak sampai pada Jaehyun. Tapi sampai kapan hal ini akan terjadi. Lama-kelamaan dia harus menuntaskan masalah ini sebelum menjadi pertengkaran dengan Jaehyun.

Dia tau Jaehyun tidak pernah marah padanya, ataupun jika dia marah pasti tidak akan lama. Menenangkan diri dengan kesibukannya dikantor lalu menemuinya jika keadaan sudah tenang. Itu yang setidaknya dipikiran Jaemin, hanya saja dia tidak tau kapan Jaehyun kecewa atau marah. Pria itu terlalu hebat menyembunyikan perasaannya, ataukah sedari awal Jaemin memang tidak mengenalinya karena kurang peka. Dia merasa sangat bodoh. Bagaimana bisa Jaehyun lebih banyak mengetahui tentangnya sedangkan dia tidak banyak tau tentang Jaehyun.

Jaemin menjambak rambutnya menyalurkan rasa frustasi hingga tangannya digenggam seseorang agar segera berhenti melakukan hal itu.

“Jangan, nanti kau terluka.” Tersentak kaget, Jaemin membalik tubuhnya.

“Mark-hyung? Apa yang sedang kau lakukan disini?”

“Aku sedang mengantar ibuku. Dia menjadi salah satu guru pengajar di sekolah ini. Beberapa hari yang lalu orang tuaku pindah kesini. Lalu, kau?” Mark melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Jaemin dan merapikan rambut pria manis itu dengan lembut.

Jaemin tersenyum manis, “Aku sedang menjemput putraku.”

Ah, Mark melupakan tentang anak Jaemin.

“Oh. Berapa usia putramu?”

“Usianya baru delapan tahun.” Tubuh Jaemin terhuyung hampir menabrak dada Mark yang ada didepannya namun refleknya bagus bisa menahan, seorang anak kecil memeluk pinggangnya dari belakang dengan semangat karena menyelesaikan pelajaran.

“Papa, aku boleh main kerumah Chenle hari ini?” temannya yang bernama Chenle datang setelahnya dengan buru-buru.

Jaemin menolehkan matanya ke arah Shun yang berjalan menghampirinya dari toilet. “Tuan Muda ada jadwal dengan dokter Shin nanti sore.” Shun mengingatkan Jaemin akan jurnal yang tertulis di ipad miliknya.

[ S͓̽2 ] 𝐋ᴜsᴛ, 𝐎ʙsᴇssɪᴏɴ, 𝐕ɪᴄᴛɪᴍ, 𝐄ɢᴏ, 𝐑ᴇᴠᴇɴɢᴇWhere stories live. Discover now