DULU, Noah pernah bermimpi ingin hidup di masa ketika wabah virus yang mengubah manusia menjadi zombi sedang menguasai. Keinginan itu muncul setelah menonton ketiga film trilogi ‘Maze Runner’ yang diadaptasi dari sebuah buku karya pengarang James Dashner dalam satu hari penuh.
Film dan buku lama. Akan tetapi, Papa masih merekomendasikan kisah favoritnya di masa muda pada Noah. Aksi heroik sang pemeran utama membuat Noah menginginkan sensasi dan adrenalin itu juga, ia sering berlagak sok keren di depan cermin seolah bagian dari Thomas dan kawan-kawan.
Noah tak menyangka, keinginan konyol itu kini menjadi kenyataan. Ia dengan segera menarik kata-katanya yang dulu, lelaki itu tak ingin ada di masa wabah virus zombi. Tidak mau. Karakter dalam film bisa selamat karena ada alurnya yang telah direkayasa. Sedangkan dirinya sekarang ini? Siapa yang tahu Noah akan selamat dan bertahan seperti Thomas atau tidak.
Sejak beberapa menit yang lalu dirinya sadar terjebak di tahun 2020, Noah tak henti-hentinya mondar-mandir, sesekali menggigiti kukunya kalut. Di sampingnya ada Embun yang tengah duduk sambil menerawang tablet tanpa sinyal di tangannya, berpikir sebisa mungkin.
Seingat Embun, luka akibat tergores aspal rasanya perih luar biasa. Seperti yang ia alami saat terguling dari flying board saat kelas dua SMA akibat bertabrakan dengan mobil terbang. Akan tetapi, kali ini ia tak merasakan sakit sama sekali, tertutup oleh frustasinya memikirkan insiden tak terduga ini.
“Kenapa bisa gini?! Kamu gak pencet tombol aneh-aneh, kan?” tuduh Embun.
“Nggak, lagian gue tadi serius mau ngerjain ujian asal lo tau,” balas Noah sengit. “Lo sendiri? Jangan-jangan lo yang pencet tombol aneh-aneh.”
Embun menggeleng tegas, “Mana ada. Di gelangnya aja cuma ada satu tombol. Di tablet cuma laman ujian. Gak ada yang bisa diotak-atik."
"Nah, itu tau. Terus ngapain lo nuduh gue sembarangan?"
"Iya, maaf." Tak ada celah untuk mengelak, Embun terdiam seraya bersungut-sungut.
Noah menghadap Embun sepenuhnya dan berhenti mondar-mandir. Ia menyipitkan mata, telunjuknya terangkat mengarah pada Embun curiga. "Bentar deh. Lo yang pertama sadar kalo keadaan sekitar burem, sadar ada yang salah tadi. Lo pasti tau sesuatu."
"Tau apa? Ini juga kali pertama saya naik mesin waktu. Di rumah, saya pelajarin materi virus Lambda, bukan cara kerja mesin waktu!"
"Pantes aja pas pembagian kelompok perasaan gue gak enak. Apes," gumam Noah kesal sambil membuang wajah. Tak sengaja cuitan kecilnya terdengar Embun.
"Maksudnya? Sekelompok sama saya bikin kamu apes gitu?"
"Bukan apes lagi. Ini bencana, sial."
Ucapan Noah seketika menyentil hatinya, Embun cukup tersinggung. Pemuda itu berkata seolah-olah kesialan yang menimpa dirinya disebabkan karena dipasangkan dengan Embun.
Gadis itu berdecih, "Saya gak minta dipasangin sama kamu. Salahin Miss Lana aja sana."
"Terus? Gue harus gimana biar bisa balik buat nyalahin Miss Lana? Ada solusi?"
"Ya gak tau!"
"Gak tau? Katanya pinter, masa gak bisa cari solusi!"
Embun seketika tertegun, tiba-tiba saja hilang kata untuk ikut membalas dengan sengit pada perdebatan ini. Ia tahu, Noah sedang panik dan tak bisa berpikir jernih sehingga asal ucap. Namun, Embun malah menelan mentah-mentah ujaran Noah barusan. Entah kenapa, rasanya ia seperti ditampar oleh sederet kalimat itu.
Lantas, Embun kembali terdiam. Tidak mau memperpanjang hal ini karena dirasa tak akan menghasilkan jalan keluar. Embun meringis tanpa suara, ia lebih memilih fokus meniup-niup luka di siku dan lututnya guna mengurangi rasa perih.
YOU ARE READING
REWIND 2020 || Ni-ki Enhypen
AdventureUjian praktik biologi siswa-siswi kelas 12 SMA Newton berubah menjadi ujian hidup! Berawal dari perintah Miss Lana, seorang guru killer yang menugaskan para siswa untuk pergi ke tahun 2020 sebagai syarat pelaksanaan ujian praktik biologi berbasis o...
