estreLLa 12

54 4 0
                                    

-estreLLa-

Maaf-maaf nih readers sering dikasih part pendek. Otaknya putus-putus buat setiap halaman and percakapan.

Lisa bergegas pergi dari ruang rawatnya untuk melihat jennie yang ruang rawatnya sedikit jauh., di pertengahan rumah sakit tepat didepan banyaknya kamar rawat, rasa sesak luar biasa didadanya kembali mengendalikan tubuh lisa.

Sialnya, lisa lupa membawa inhaler dan tidak ada orang yang dia kenali ditengah rumah sakit seperti ini. Hidupnya sekarang tergantung pada alat kecil itu. Karena tidak bisa menahannya, tubuhnya luruh kelantai dengan keras, dan miris nya begitu banyak orang yang berlalu lalang tidak ada satupun yang mempedulikan lisa.

Dari kejauhan terlihat seorang pria dengan jas abu sedang mengobrol dengan sahabat lamanya. Kedua matanya membelalak kala melihat gadis dengan seragam tentara serta berponi itu ambruk dilantai rumah sakit.

Sekuat tenaga mingyu berlari cepat, menubruk banyak orang hingga dapat meraih tubuh lisa. Mingyu memeluk tubuh kurus lisa yang masih berbalut seragam loreng. Tanpa ada bantuan kursi roda, Mingyu mengangkat lisa pada pangkuannya untuk membawanya pergi diperiksa dokter.

"Lakukan penanganan cepat doyoung~ssi!" titah Mingyu yang seperti panik dibuatnya.

"Aku akan melakukan yang terbaik, kau jangan khawatir. Tunggu disini selama aku melakukan penanganan, aku mohon bantuanmu juga." ujar doyoung.

Pria berjas abu berperawakan jangkung itu duduk disamping kursi tunggu yang panjang. Kerap beberapa kali pria itu membasuh wajahnya risau. Ada apa dengan Mingyu? Mengapa pria itu merasakan khawatir yang tak wajar pada mantan junior nya?

~

Gadis profesor itu terdiam menatap adik pertamanya dengan perasaan yang menyiksa. Sang adik tersenyum riang kala mendapati sang kakak memperhatikan nya dalam.

"Eonnie, aku ingin bertemu lisa. Apa dia sudah pulang dari sekolah?" jennie bertanya.

Gadis berbibir hati itu menggeleng. "Belum, lisa masih sedang sibuk belajar. Pulihkan dulu kondisimu, setelah itu kita bertemu lisa. " tutur jisoo.

Senyuman yang terukir diantara pipi mandu itu membuat perasaan jisoo tersayat. "Eonnie kau tahu, lebih baik kita seperti ini. Bertiga tanpa ada chaeyoung, aku membencinya karena anak itu eomma appa pergi."

Sang sulung tersenyum getir. Adiknya benar melupakan separuh ingatan, karena hipotermia yang dia derita. "Aku sudah bicara padamu, chaeyoung bukan yang menyebabkan eomma appa pergi."

"Aniyeo, chaeyoung yang menyebabkannya. Anak itu keras kepala! Aku membencinya, aku tidak akan memberi maafku padanya." jennie menyerka.

"Lalu bagaimana caranya agar chaeyoung dapat maafmu?"

"Sudah kubilang eonnie, aku tidak akan memberi maafku!. " final jennie.

Bibirnya membentuk kerucut karena sebal pada jisoo. Terlihat menggemaskan sekaligus menyakitkan. "Apa kau tidak ingin menanyakan keberadaan chaeyoung sekarang?"

"Aku tidk peduli! Mau dia mati atau hidup, aku tidak peduli!" seloroh jennie.

Jisoo menghembuskan nafas berat. "Baiklah, kau istirahat ya. Aku akan pergi memeriksa pasien yang sudah menunggu. "

Three Estrellas [Selesai]Место, где живут истории. Откройте их для себя