13. Rencana Penyerangan

38 9 3
                                    


Jam terus berdetak mengisi kesunyian. Sebuah pintu terbuka menampakkan seorang pemuda dengan luka yang masih belum kering namun di biarkan begitu saja.

Bruk

Barra merebahkan tubuhnya yang kelelahan di atas kasurnya. Matanya menatap langit-langit kamar yang gelap. Bayang-bayang kejadian Naya terus memenuhi pikirannya.

Perlahan sosok Hafidz muncul di sampingnya yang ikut merebahkan diri dengan tatapan juga ke arah langit-langit kamar.

"Lo tadi kemana?"

"Nggak kemana-mana."

Barra terdiam tak bermaksud meneruskan rasa penasarannya.

"Sekarang gue harus gimana? Gue nggak bisa mikir apa-apa lagi kalau Vagos udah ngelibatin Naya." ucap Barra yang masih menatap kosong langit-langit kamarnya.

"Kenapa nggak lapor polisi?" tanya Hafidz

"Tanpa bukti?" ucap Barra yang justru bertanya balik.

"Hm, bener juga." balas Hafidz yang ikut menyerah.

Seketika keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Hingga satu ide muncul di pikiran Barra.

"Gue butuh bantuan lo." ucap Barra dengan kepala teralihkan pada Hafidz.

"Apa?" tanya Hafidz yang ikut menatap Barra balik.

"Lo mau masuk Algarios?"

"Lo ngarepin apa dari orang mati?"

"Lo bisa jadi mata-mata Algarios."

"Cih! Mentang-mentang gue transparan."

"Jadi gimana?"

"Untungnya buat gue?"

"Keselamatan Naya."

"Ck! Kurang."

"Jadi lo mau apa? Motor? Mobil? Rumah?"

"Lo ngejek gue karena gue udah mayat?"

Barra terkekeh tanpa suara.

"Dikit. Gimana?"

"Lo serius? Kesepakatan kita pas balapan aja lo nggak serius."

"Tapi kan semenjak itu gue emang nggak balapan lagi."

"Ntar lo bullshit."

"Kagak elah. Kesepakatan kita pas balapan gue seriusin deh. Bahkan kalau lo minta gue tutup tu sirkuit, gue jabanin!"

"Oke, buruan tutup."

"Hehe, mana gue cuma bercanda lagi. Yang lain deh, apapun. Gue jabanin semampu gue."

"Oke, setuju."

"Asik parah lo. Fren lah kita."

Saking bersemangatnya, Barra hendak mengeplak Hafidz namun justru menembusnya. Ia lupa Hafidz bukan manusia. Hal itu di balas tatapan tajam Hafidz. Seketika suasana pun terasa tidak enak.

Ck, merinding gue, batin Barra.

*****

Kaki berbalut sepatu hitam bergaris putih kian melangkah lebar melewati orang-orang yang menatapnya heran. Luka-luka di wajahnya masih tercetak jelas menimbulkan tanda tanya bagi orang yang melihatnya.

Kini semua anggota Algarios sudah berkumpul sesuai permintaan Barra. Ia pun duduk di antara mereka. Luka-luka di wajah Barra tentu menjadi atensi Algarios.

"Wajah lo kenapa? Habis di keroyok?" tanya Anhar.

"Hm, gue kemarin ketemu Vagos." ucap Barra yang tentu membuat semua orang terkejut.

Hafidz Al-GhazaliWhere stories live. Discover now