Ini hanya kisah Chandra Argawinata dan kesehariannya. Tentang dia, yang mencoba menarik perhatian kakak-kakaknya. Sampai kehidupannya berubah hanya karena kesalahpahaman.
____________________
"Abang... beneran bukan Chandra..."
____________________...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
🏀 Happy Reading 🏀
Emang hidup Chandra itu mulusnya cuma sebentar. Chandra gak tau dia sejahat apa di kehidupan sebelumnya sampai gak dibiarin tenang lebih lama. Liat aja, sekarang semua abangnya, diperjelas ; semua. Sekarang lagi berdiri kompak dengan ekspresi datar nyambut kedatangan Chandra.
Firasat Chandra emang udah jelek sejak pagi. Gak taunya emang ada sesuatu yang terjadi.
Chandra melepas sepatunya, ditaruh rapi di rak sepatu sebelum melangkah pelan mendekat ke arah empat abangnya. Chandra natap mereka satu per satu. Keempat-empatnya ngasi anak itu tatapan mengintimidasi bikin perasaan Chandra makin gak enak.
"Ab-"
Omongan Chandra terputus saat Juna tiba-tiba nampar dia. Masih hening, Chandra gak bisa memproses apa yang terjadi. Panas udah menjalar di pipi kirinya. Sakit, pasti. Bekas tangan Juna tercetak jelas di pipi putih Chandra.
Perlu diketahui yang syok disana bukan cuma Chandra, saudaranya yang lain juga. Juna gak nyangka dia bisa main tangan kayak tadi. Kevin sama Hengky sama-sama diem. Dan Leo yang jadi objek pandang Chandra sekarang udah buang muka.
"C-Chandra ada salah...?" tanya Chandra pelan, dia mundur selangkah.
Kevin menghela napas, "Jujur, lo sabtu kemarin kemana aja?"
Chandra gak ngerti. Bukannya dia udah ijin buat nginep di rumah Jesta? Kenapa abangnya malah nanya lagi? Salah kah Chandra nginep di rumah temennya? Atau ada satu hari penting yang Chandra lupain sehingga saudaranya pada marah begini?
"Jawab, Chandra!" Juna yang ngebentak, langsung bikin Chandra tersentak kaget. Udah ilang rasa bersalahnya nampar si bungsu. "Lo kemana aja sabtu kemarin, huh?"
"Chandra di rumah Jesta, Chandra nggak kemana-mana" jawabnya cepat. Dipandangnya Hengky dengan tatapan nanar. "Chandra udah ijin kan, bang? bang Aheng ijinin juga-bang Juna kalo nggak percaya tanya sama bang Aheng. Chandra nggak bohong!"
"Kita semua juga tau lo minta ijin mau nginep di rumah Jesta. Tapi yang jadi pertanyaannya itu lo pergi kemana, chan?" kali ini Leo yang ngomong dengan lembut.
Chandra makin bingung. Dia di rumah Jesta, dia harus jawab apa lagi? "Chandra di rumah-"
"Bohong"
"Tapi-"
"Gue nggak nyangka lo kayak gini, chan. Siapa yang ngajarin? Pake nama temen lo buat ngelakuin hal nggak bener di luar"
Hal gak bener gimana? Chandra dateng ke rumah Jesta, keluar cuma buat beli cemilan terus pulang. Nonton film sampai subuh, gitu doang. Abangnya marah karena dia begadang? Pakai nama Jesta? Tapi yang punya rumah kan emang Jesta!
"Chandra nggak ngerti..."
"Gimana rasanya mabuk-mabukan, hm? Enak ngerokok?"
Pertanyaan Kevin bikin Chandra kaget. Gak, bukan karena dia tertangkap basah. Gak mungkin Chandra ngelakuin hal kayak gitu! Chandra anak baik-baik! Kenapa abang-abangnya nuduh dia gini?
