20.

546 52 31
                                    

Mereka duduk berhadapan menangis tersedu akan apa yang terjadi, Tzuyu dengan penyesalannya, Sana dengan rasa sakitnya.

Satu jam berlalu tidak ada yang membuka suara, hanya suara isakan yang terus mengisi kekosongan malam yang semakin menderap keduanya.

Sana jadi berpikir apakah keputusannya untuk mengulang semuanya itu salah? Pada nyatanya dia dan Tzuyu sama sekali tak pernah belajar dari apa yang sudah terjadi. Dia tentu kecewa, melihat dengan kedua matanya sendiri, kekasihnya berciuman dengan orang lain. Padahal hatinya sendiri sedang bingung, perkataan Pak Jae menambah kerumitan pada malam ini.

Ditengah rasa kecewanya, dia menyeka air matanya sendiri, melihat Tzuyu seperti orang yang putus asa. Mata sayunya menatap nya penuh rasa bersalah.

Mereka saling mencintai tapi dunia seolah enggan berpihak pada mereka, mereka tak bisa dibuat tenang barang sedetik pun, kebahagiaan selalu hilang begitu cepat.

Dimana mereka harus mencari keadilan?

"Pak Jae minta aku putusin Kamu."

Tzuyu diam, mulutnya seolah dibungkam oleh kenyataan yang begitu pahit, bagaimana kalau Sana menyetujuinya? Ditambah kesalahannya malam ini, mungkin Sana akan dengan mudah menjadikan alasan untuk meninggalkannya.

"Apa kamu mau putus sama Aku?"

Lagi, dengan wajah putus asa nya Tzuyu bertanya pada Sana, sorot matanya seperti tidak memiliki harapan lagi, Sana memang sakit hati dengan apa yang Tzuyu lakukan, tapi dengan melihat tatapan Tzuyu yang menyedihkan ini malah semakin membuatnya sakit.

Tidak ada sama sekali dalam pikirannya untuk mengakhiri hubunganya dengan Tzuyu, sekalipun Pak Jae yang memintanya.

"Kenapa tanya begitu?"

Rasanya air mata yang kini keluar dari matanya tidak sebanding dengan apa yang dia lakukan pada Sana.

"Apa masih sakit?"

Tzuyu memberanikan diri untuk menyentuh pipi Sana yang masih terlihat merah, Sana mengangguk, Tzuyu tidak percaya dia bisa melakukan ini pada Sana.

Menangis dua jam lamanya, kepala mereka berdua sekarang bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku minta maaf.. " Sekali lagi Tzuyu menyesali apa yang dia lakukan, kali ini senyum Sana lebih lebar menanggapinya. Menyentuh tangan Tzuyu yang berada di pipi nya.

"Aku ga tau kalau Yanan lakuin itu ke aku, Aku ga sengaja, Aku kebawa suasana."

Sana mencari kebenaran dari tatapan mata Tzuyu, dia tersenyum sebisanya, walau sebenarnya hatinya pasti tidak akan sesederhana itu. Tapi dia selalu percaya dalam sebuah hubungan kata cinta lah yang harus lebih besar dari apapun, termasuk dari rasa cemburu.

"Aku cemburu." Kata Tzuyu, mereka masih saling berhadapan walau kini jadi lebih dekat, Sana sudah tidak takut lagi pada Tzuyu. "Aku ga suka liat kamu sama Dahyun."

"Aku juga ga suka liat kamu sama Yanan." Kata Sana, balik mengakui apa yang dia rasakan. "Dan aku ga ciuman sama Dahyun kaya apa yang kamu bilang."

"Kamu salah paham."

Kenyataanya Tzuyu memang hanya salah paham, dia hanya melihat Sana dan Dahyun dengan persepsinya, menyimpulkan dengan mudah lalu terbakar api cemburu membuat boomerangnya sendiri untuk hubungan nya dengan Sana.

Tzuyu percaya Sana mengatakannya dengan benar, dia tatap dalam-dalam mata Sana, sekali lagi dia memberi penyesalan apa yang menjadi keributan malam ini. "Aku minta maaf."

"Dan satu lagi." Kali ini suara Sana terdengar lebih berat menahan semua dilema yang datang. "Aku gamau putus sama kamu."

Tanpa menyatakan apapun, detik itu juga Tzuyu langsung memeluk Sana, memberitahu kalau apa yang Sana rasakan, sama seperti yang dia rasakan, mereka berdua menangis lagi bersamaan dengan hujan yang turun.

REWIND [END]Where stories live. Discover now