19

259 46 7
                                    

Dia sesap lagi kopi hangat yang masih mengepulkan asap panasnya, panasnya kopi seakan menyerap pada hatinya juga.  Pemandangan didepannya membuatnya benar-benar geram.

Untuk apa Yanan disini? Beberapa kali Tzuyu meliriknya, tapi dia malah membuang muka, dia tidak ingin Tzuyu melihat raut wajah kecewanya. Mungkin itu jadi akan lebih sulit untuk Tzuyu.

Tubuhnya yang lelah menjalankan syuting dari pagi, ditambah dengan rasa cemburu yang tak bisa dia tahankan, rasanya ingin pergi saja dari sini, dia sudah tidak sanggup, Tzuyu sejak pagi tak bisa untuk diajak berbicara sama sekali, dia tidak tau kenapa hari ini juga banyak media, membuat dia dan Tzuyu tidak bisa berdekatan.

Dia minum lagi kopi paitnya, ketika matanya menangkap Yanan yang merangkul Tzuyu, akhirnya dia memilih pergi.

Menyalakan kran air untuk meredam suara tangisannya, dia mendekam di kamar mandi, meratapi semua kesedihannya.

Pintu yang diketuk beberpa kali, dia biarkan, dia tidak ingin berbicara dengan siapapun. Padahal dibalik Pintu Dahyun sudah sangat khawatir. Dahyun sejak pagi tadi selalu memperhatikan Sana yang murung, sampai kakinya jadi mengikuti kemana Sana pergi.

"Ini aku Dahyun. "

Tanpa Dahyun beritahu juga Sana sangat mengenal suaranya, pada akhirnya Sana membuka pintu kamar mandi langsung memeluk Dahyun, Dahyun tanpa sungkan membalas pelukan itu, menyalurkan rasa khawatirnya. Jelas Dahyun sangat mengerti apa yang dirasakan Sana, karna selama ini juga dia berada diposisi Sana.

Memendam segala rasa sakit hatinya, rasa cemburunya, menurunkan segala rasa egois untuk memiliki Sana.

Dahyun memang mencintai Sana. Selama ini dia hanya berpura-pura tak mencintai Sana. Dia berpura-pura menjadi tempat paling nyaman untuk Tzuyu mengadu semua tentang Sana, padahal hatinya merasa sakit diwaktu yang bersamaan. Mungkin ini waktunya dia menunjukkan pada Sana, kalau dia memiliki perasaan lebih. Mungkin ini saatnya dia mementingkan perasaanya.

Sana masih menangis tersedu-sedu dalam pelukan Dahyun, kemudian dia membawa tubuh Sana untuk menatapnya, tangannya menghapus air mata Sana yang jatuh, hatinya melihat ini jadi ikut sakit juga.

"Jangan nangis." Kata Dahyun, tatapannya begitu dalam, matanya juga sudah berair, dia tidak bisa melihat Sana yang menangis.

"Ada aku."

Setengah berbisik Dahyun mengulang kalimatnya lagi, dengan harapan Sana akan mengerti kalau dia disini untuk Sana."Ada aku disini, Sana."

Dari balik tembok kamar mandi, Tzuyu melihat, tubuh Dahyun yang memungguinya, Dahyun mencium Sana? Pikirnya. Dia tersenyum melihatnya, semua ucapan Dahyun bukan sekedar omong kosong, dia tau Sana pergi sambil menangis, jadi dengan segera mencari alasan agar bisa menyusul Sana. Tapi ternyata dia kalah cepat.

Mendengar suara langkah Dahyun dan Sana yang akan keluar, Tzuyu jadi segera masuk dibalik tembok pemisah antara kamar mandi dan ruang ganti.

Tzuyu hanya bisa memandang keduanya yang semakin menjauh, semua orang memang bisa jatuh cinta kapanpun, tapi tidak setiap orang mampu setia. Dia bukan tidak mempercayai Sana, tapi mendengar suara Dahyun yang berbeda tatapan Dahyun yang tidak seperti biasanya, ciuman itu, dia jadi berpikir kalau selama ini Dahyun memang menyukai Sana.






..
.
.



Akhirnya yang Sana tunggu terjadi juga, dia sudah menunggu momen dimana Pak Jae memanggilnya. Setelah syuting selesai dia diminta untuk bertemu Pak Jae dikantor. Walau dengan perasaan berdebar tapi dia sangat menantikan hal ini terjadi, agar dia tau secara gamblang apa yang diinginkan Pak Jae.

REWIND [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin