CHAPTER 2

2.9K 396 30
                                    

Keesokan harinya arzhel bahkan sudah bangun dari Jam setengah 5 pagi karena tidak sabar ini hari pertama dia bersekolah, bundanya sampai heran sendiri arzhel sudah duduk di ruang tengah sedang menonton kartun TV favoritnya. Biasanya arzhel masih terlelap tidur hingga bangun nanti jam 8 atau 10 nanti, ini merupakan pemandangan yang jarang terjadi.

"Arjhel ayo makan dulu" Bundanya sudah memasak nasi goreng dan telur serta sosis kesukaan arzhel, dengan langkah penuh semangat arzhel ikut makan di meja makan bersama ayah dan ibunya.

"Tumben zhel makan bareng ayah? Biasanya masih tidur jam segini"arzhel tersenyum lebar memperlihatkan giginya.

" Iya dongs yah, kan aljhel mau sekulah sepelti kak mallon" Ayahnya sampai gemas mencubit pelan pipi arzhel, ini kali pertama juga mereka makan bersama karena arzhel yang sangat sulit di bangunkan tiap paginya jika bukan karena kemauan sendiri. Arzhel dengan perlahan belajar makan sendiri walaupun beberapa sering berantakan namun dia tetap mencoba untuk melahap makanan yang bundanya sediakan.

"Udah kan? Yuk mandi dulu" Bunda arzhel memandikan anaknya dengan sedikit terburu buru, butuh waktu sekitar 20 menit dan akhirnya arzhel sudah siap dengan tas dan sepatu barunya lengkap dengan air minum yang di kalungkan membuat arzhel terlihat lebih menggemaskan.

"Bund bund adek berangkat dada"arzhel melambaikan tangan pada bundanya lalu masuk kedalam mobil ayahnya, arzhel jujur saja sedikit gugup karena saat ini dia akan mau TK. Selain itu jarrel bilang kemaren dia bukan di tk yang sama hanya saja satu sekolah dengan marlon namun arzhel juga tidak bisa bebas bertemu dengan marlon karena gedung tinggi yang membatasi antara sekolah tk dan SD.

"Zhel belajar yang bagus" Arzhel mengangguk lalu turun dan masuk kedalam perkarangan sekolah, tidak lupa melambai kearah ayahnya yang kini mulai menjalankan mobil miliknya. Dengan langkah gugup arzhel masuk kedalam sekolah, banyak dari anak yang bahkan mengandung ibun dan menangis ingin ikut pulang. Berbanding terbaik dengan arzhel yang sendirian masuk kelas dan duduk dipaling depan, bahkan arzhel yakin dia satu satunya murid yang tidak membawa salah satu dari orang tua. Sepanjang mata memandang arzhel melihat banyak ibu ibu yang ikut duduk bersama anaknya yang masih menangis.

Hingga perhatian arzhel tertuju pada anak yang berada di sebelahnya tengah memohon kepada orang tuanya untuk tidak meninggalkannya sendiri. Ntah keberanian dari mana arzhel memegang tangan anak itu yang tengah meremas rok milik mamanya.

"Main sama aku yuk" Anak itu yang tadinya merengek hingga air matanya membasahi kedua pipi tembam miliknya menoleh kearah arzhel dengan tatapan polos miliknya, badannya lebih kecil dari arzhel tingginya bahkan hanya sampai telinga arzhel saja.

"Tuh nevan ada temen baru, kenalan sana" Ternyata namanya nevan, arzhel memandang kearah wajah nevan sangat kecil dan mirip kelinci milik jarrel.

"Halo nepan nama akuh aljhel" Arzhel tersenyum sambil menyodorkan tangan miliknya yang disambut dengan ragu oleh nevan.

"Nepan" Sesingkat itu, membuat orang tua nevan mendesah. Nevan memang tipikal anak yang susah sekali untuk berteman karena malu dan mungkin tidak percaya diri untuk berkenalan dengan orang lain.

"Mau main gak? Disitu" Arzhel menunjukan mainan balik di sudut ruangan, nevan melihat kearah tempat yang arzhel tunjuk dan hanya mengangguk pelan. Arzhel yang sudah mendapatkan persetujuan kini menarik tangan nevan lalu menggandeng tangan miliknya, lalu membawanya ke pojok ruangan untuk bermain bersama. Orang tua nevan kini dengan langkah pelan keluar kelas meninggalkan nevan dengan teman baru mikiknya, syukurlah setidaknya nevan berhasil memiliki satu teman.

"Nepan bangun apa?" Nevan yang dari awal nampak serius membangun sesuatu membuat arzhel penasaran karena sejak. Tadi nevan sama sekali tidak berbicara dan hanya diam saja sambil menyusun balok miliknya, berbanding terbalik dengan arzhel yang kini merasa bosan.

"Lumah, nanti aljhel sama nepan tinggal disini" Nevan menunjukan hasil susunan balok miliknya, benar benar terlihat seperti rumah yang disusun dengan rapi rupanya nevan pintar dalam menyusun membuat arzhel berdecak kagum dan memberikan 2 jempol miliknya.

"HUAAAAAA HIKS HIKS MAMIIIIIII" Nevan dan arzhel menoleh kearah pintu yang saat itu tengah heboh, anak itu memiliki kulit yang sedikit eksotis tengah menangis meraung-raung sambil memegangi tas milik maminya. Arzhel bahkan heran sendiri kenapa begitu berlebihan.

"Ish cengeng banget" Lihat bahkan anak manja seperti nevan saja mengatai anak itu cengeng, lihat bahkan saking fokusnya membuat garasi rumah dari susunan balok sampai lupa tadi mamanya pulang kemana.

Hingga saat mata arzhel dan anak itu tidak sengaja bertemu bahkan anak itu berhenti merengek dan mendekat kearah arzhel, bahkan arzhel sedikit terkejut tangisan dan keluhan anak itu yang berhenti secara otomatis. Kini menatap kearah arzhel penuh dampa membuat dirinya merasa agak risih diliat secara terus menerus.

"Aljhel ayok duduk, bu gulu sudah sampai" Nevan mengenggam tangan milik arzhel dan menarik pelan menuju bangku yang dia duduki tadi, tak di sangka sangka yang duduk di belakang arzhel adalah anak berkulit eksotis yang membuat insiden memalukan dengan cara menangis dengan berlebihan hingga menjadi pusat perhatian, dan disebelah anak itu terdapat anak yang menurut arzhel terlihat pendiem dan tidak banyak bicara. Anak itu berkulit sedikit pucat, rambut berwarna hitam legam dan rambutnya yang lumayan tebal serta kacamata yang bertegger di hidung miliknya.

"Selamat pagi s-" Arzhel hanya memperhatikan orang didepannya ini tapi sesekali melirik ke belakang ke arah anak berkacamata, dan secara tiba tiba serentak anak anak yang lain mengarahkan kursinya kearah belakang sehingga saling berhadapan. Arzhel yang baru sadar mengikuti hal tersebut sehingga kali ini dia berhadapan dengan anak yang tadinya menjadi pusat perhatian, anak itu menunduk dan sesekali mengusap pipinya sendiri. Astaga ternyata anak ini masih saja menangis membuat arzhel tidak tega karena dapat dia liat jika anak itu menahan tangisan dengan mengigit bibir miliknya.

"Hey" Arzhel menyentuh pelan tangan anak itu yang berada di atas meja, membuat anak itu mendongak dan melihat kearah arzhel. Arzhel memberikan senyum terbaiknya sambil menepuk pelan tangan anak tersebut, arzhel pikir itu dapat membuat anak di depannya ini tenang.

"Nama kamu siapa?" Anak itu lagi lagi menghapus bekas air mata di kedua pipinya.

"Hendly, nama kamu?" Nevan yang tadinya bermain rubik kini menoleh kearah arzhel yang masih menepuk pelan tangan Hendry, nevan juga ingin di tepuk tangannya.

"Nama aku aljhel" Arzhel lagi lagi tersenyum membuat anak itu mau tidak mau ikut tersenyum, tiba tiba ada tangan yang tepat berada di depan arzhel.

"Tepuk tepuk" Arzhel menoleh ke samping disana nevan nampak cemberut membuat arzhel kebingungan sebenarnya apa yang terjadi.

"Tepuk tepuk?" Apanya yang ditepuk, arzhel sampai kebingungan sendiri. Lalu nevan menunjukan kearah tangan arzhel yang masih menepuk pelan tangan Hendry, arzhel akhirnya juga ikut menepuk pelan tangan nevan. Lihat wajah nevan sudah tersenyum sumringah, dan secara tiba tiba ada tangan di meja lalu arzhel melihat kearah anak berkacamata itu yang tengah menatapnya penuh harap.

"Aku juga mau tepuk tepuk"

TBC.

A Litte Friend [ Renjun Harem ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora