Malam Mendebarkan !

Mulai dari awal
                                    

"Fatimah tak harus melulu melayani aku Umi, dia seorang istri yang juga harus melayani diri sendiri. Tanpa terbebani dengan status suami dan istri di antara kita, aku dan Fatimah wajib mendapatkan pelayanan satu sama lain" jawab Junod dengan mantap.

Membuat senyum Umi Fatimah semakin melebar, "Memang nggak salah penilaian Abi ke kamu nak, walaupun baru lulus sekolah. Kamu memiliki kedewasaan dalam menyikapi segala sesuatu nya, yang pasti bisa ikut membimbing Fatimah untuk jadi lebih baik lagi".

"Fatimah juga sudah jadi anak gadis yang luar biasa baik dan lembut selama ini, didikan Umi dan Abi pastilah berhasil membuat Fatimah jadi seluar biasa seperti saat ini"

Umi Salma sampa terharu mendengar perkataan Junod, pemuda di depannya ini terlihat sangat menghargai Fatimah. Itu sudah cukup membuatnya jadi lebih tenang, karena sudah menyerahkan Fatimah ketangan yang tepat.

"Ini, dibawa aja ke kamar, biar nggak harus bolak balik ke dapur biat minum" Umi Fatimah memberikan nampan yang tadi dirinya siapkan kepada Junod.

"Terimakasih" kata Junod masih sedikit sungkan.

Umi Fatimah tak menjawab, hanya tersenyum kecil dengan anggukan kecil.

Junod kembali ke dalam kamar dengan membawa nampan di tangannya, mendapati Fatimah yang masih betah berada di kamar mandi.

Junod menaruh nampan tersebut di atas nakas samping ranjang, dan memilih langsung naik dan duduk dengan bermain game di ponselnya.

Mulai login ke akun game miliknya, dan bergabung dengan Shaka dan Rafa yang juga terlihat online di sana. Junod memang mudah beradaptasi, tak akan kesulitan berada di tempat yang tergolong baru untuknya.

Junod masih asik bermain, saat didengarnya suara pintu kamar mandi yang terbuka. Dan tak lama ada suara langkah kaki pelan yang mendekat.

Membuat Junod mengalihkan tatapannya kearah Fatimah, yang saat ini berdiri beberapa langkah dari ranjang. Gadis itu memakai gaun tidur tanpa lengan sebatas mata kaki, dengan rambut yang tergerai indah.

Penampilan Fatimah jelas membuat Junod tak lagi memperhatikan game di ponselnya, cukup terpana dengan penampilan sang istri yang terlihat sangat berbeda dari biasanya.

Yang selalu menutup auratnya dengan baik, bahkan sehelai benang pun tak pernah di tampakan oleh Fatimah di luar rumah.

"Emm Aa', maaf... Apa ada yang sa-salah ?" Suara Fatimah terdengar lirih, dengan kepala yang masih menunduk.

Suara ponsel Junod yang menandakan permainan berakhir pun membuat Junod juga teralihkan, melihat kearah ponsel yang menunjukkan permainan yang berakhir dengan kekalahan.

Pesan dari Shaka dan Junod juga langsung masuk ke aplikasi WhatsApp nya, mengumpat dan terlihat marah-marah tak jelas mereka berdua. Karena Junod yang sudah menyebabkan kekalahan tim mereka.

Junod tak memperdulikan pesan dari dua sahabatnya itu, pemuda itu langsung menaruh ponselnya di atas nakas.

"Sini... Ngapain berdiri aja disitu ?" Kata Junod dengan menepuk space kosong di sampingnya.

Fatimah terlihat menatapnya dengan malu-malu, sebelum melangkah mendekat dan duduk di pinggir ranjang.

"Sini dong deketan, kenapa cuma duduk di pinggiran gitu ?"

Fatimah sampai menatap Junod dengan tak percaya, kenapa saat ini pemuda yang ada di depannya ini terkesan seperti orang yang suka menggoda. Alih-alih seseorang yang terlihat sangat dingin dan jutek seperti yang selalu pemuda itu tampilkan di luar sana.

"Kenapa bengong ?" Pertanyaan Junod membuat Fatimah tersadar, dan mendekatkan diri dan duduk di tengan ranjang tepat di samping Junod.

"Sini, hadap ke arah suaminya dong !" Junod memegang kedua bahu istrinya, dan memaku tatapannya dengan intens.

"Ja-jangan liatin aku kayak gitu Aa' malu !" Kata Fatimah kembali tersipu, dan menundukkan pandangannya.

"Kenapa malu, sama suami sendiri masak malu ?" Tanya Junod dengan nada menggoda.

"Belum terbiasa Aa' !"

"Ya harus di biasakan mulai sekarang"

"Terbiasa lihat-lihat begini ?"

"Ya terbiasa yang lainnya juga, seperti ini misalnya !" Junod memajukan wajahnya, dan dengan ringan mengecup pipi Fatimah.

Tidak hanya kecupan singkat, Junod cukup berlama-lama menempelkan bibirnya di pipi sang istri. Sampai membuat Fatimah harus menahan nafas.

"Inget sayang, Manusia hidup harus tetap bernafas !" Bisik Junod di telinga sang istri, setelah dengan santainya meninggalkan jejak basah di pipi Fatimah yang sudah memerah.

Benar-benar perasaan yang sangat asing, Fatimah baru ini merasakan hal mendebarkan sampai kesulitan bernafas.

Putih abu-abu ( Junod & Gadisnya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang