Imperfect

25 1 0
                                    

"Abang, bisa diem nggak? Berisik banget deh dari tadi!" ucapan ketus dari yang lebih muda dengan tangannya pula yang melayangkan pukulan. Tak seharusnya ia memperlakukan sang kakak dengan begitu tidak sopannya.

"Maaf, Dek," lirih sosok yang lebih tua. Menyedihkan.

***

Dunia terlalu kejam, benar-benar kejam. Kita tidak akan tau apa yang dimau dunia bahkan saat menarik bernapas. Menyesakkan setiap saat bila diingat bagaimana banyaknya sesama manusia yang saling menggigit satu sama lain selayaknya hewan, anjing contohnya. Tapi mau bagaimana lagi? Dunia ini mencari siapa yang mampu bertahan dalam setiap tekanan dan tentu saja lolos dari banyaknya ujian alam. Bahkan secercah kebaikan terkesan begitu mahal untuk didapat.

Dunia berlaku kejam tak pandang usia. Harapan setiap anak dimuka bumi ini hanya satu yaitu mendapat kebahagiaan. Sederhana bukan? Namun semakin beranjaknya usia anak-anak itu mulai diperlihatkan akan realita betapa kerasnya dunia yang mampu mengubah alur hidup seseorang. Yang semuanya dapat berubah semudah membalikan telapak tangan.

Melihat binar-binar di mata mereka yang seakan mampu menampung galaksi mulai menggelap adalah mimpi buruk. Hati hangat, suci nan polos harus ternodai, terpaksa lapuk dimakan waktu. Senyuman yang seharusnya mudah tersungging dulu semakin berat untuk ditunjukkan kini. Kemurnian hati itu menghilang digantikan dengan beribu-ribu karakter baru setiap saatnya.

Bramastya Kuncorojati, nama seorang pemuda yang artinya begitu bermakna, jagoan kuat yang dipenuhi semangat. Nama yang begitu tangguh seolah-olah tak ada penghalang yang mampu menghentikan langkahnya. Sangat disayangkan, banyak orang akan mencerca dirinya dengan berbagai kalimat menyakitkan. Bukan hanya sebatas kalimat saja yang mampu terlontarkan begitu lancar, tindak kekerasan pun kerap dirasakan pemuda malang tersebut. Menjadi berbeda dari orang kebanyakan membuatnya menjadi pihak minoritas yang dianggap seharusnya tak ada.

Bramastya Kuncoroaji, yang kerap dipanggil Bram, adalah sosok pengidap Tourette Syndrome atau sindrom tourette. Penyakit Tourette atau Sindrom Tourette adalah kondisi yang menyerang sistem saraf otak yang ditandai dengan gerakan yang terjadi secara tiba-tiba tanpa sengaja, berulang-ulang, dan tidak bisa dikendalikan oleh orang yang terkena penyakit tersebut. Gerakan secara tiba-tiba itu disebut tic.

Sindrom Tourette ini sering terjadi kepada seseorang terutama laki-laki dan 3-4 kali berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini dibanding perempuan. Sejak lahir ia mendapatkan anugerah Tuhan yang begitu indah.

Sejak kecil Bram memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tak jarang sisi anak-anaknya begitu cerewet bertanya kesana-kemari. Bram begitu ramah, menggemaskan, juga baik hati. Dengan kekurangannya saat itu justru membuat orang-orang memekik gemas saat melihatnya. Hal wajar apalagi untuk anak-anak yang tingkahnya sulit sekali ditebak orang dewasa.

Namun lambat laun kedua orang tua Bram menyadari hal itu tak beres karena terjadi terus menerus. Guru yang mengajar Bram pernah meminta janji temu untuk membicarakan mengenai apa yang terjadi pada bocah usia lima tahun itu. Rasanya begitu pedih saat ke pasangan suami-istri itu tahu bahwa anaknya mengalami kelainan yang sulit dijelaskan dan akan sangat berpengaruh ke masa depan putra kecil mereka. Hingga mereka tidak sadar bahwa bukan hanya Bram saja yang menjadi anak keduanya.

"Bram sayang, ke sini nak!" sang kepala keluarga memanggil anaknya untuk mendekat. Mereka hendak pergi ke dalam ruang inap yang digunakan istrinya pasca melahirkan putra kedua. Kaki kecil Bram melangkah perlahan mendekati ayahnya. Di lorong rumah sakit terdapat tanaman yang membuatnya penasaran.

"Kenapa Bram harus masuk Yayah?" si kecil bertanya penasaran mengapa ia harus memasuki kamar serba putih dan juga pekat akan bau obat obatan di balik pintu. Mana mungkin ia menyukai tempat seperti itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Imperfect (Aisya Ayu Sakiawuni)Where stories live. Discover now