"Untung Aa' cepet ke sini, kata tetangga barusan lihat neng Senja sama Aradhana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Untung Aa' cepet ke sini, kata tetangga barusan lihat neng Senja sama Aradhana. Di mana kata Aa', di situ Citapen katanya," ujar Arjuna sedang menjelaskan informasi yang ia dapat dari salah satu tetangganya.

Senja mengerjapkan mata seraya berpaling muka, ia lupa kalau Arjuna menguasai tempat itu. Baik oleh teman maupun orang lain yang belum Senja kenal, jangkaun Arjuna itu banyak di mana-mana hingga tak heran Arjuna akan dengan mudah mendapat informasi tentang Senja. Karena CCTV yang begitu akurat ada pada mata dan mulut tetangga.

Senja dan Maya kini berpamitan. Sebelum pergi Senja pun menitipkan banyak buah tangan untuk kedua anak kembarnya, serta memberi skincare pada Maya yang Senja beli waktu di Korea. Maya sangat berterimakasih dan mereka pun berpelukan.

"Dah Senja ...."

"Hati-hati!" seru Senja dengan melambaikan tangan memandangi Maya dan anak-anaknya pulang.

Kini giliran Senja untuk pulang bersama Aradhana, tetapi Arjuna masih ingin menahannya.

"Aa', ayo kita pulang!" seru Senja, tapi anaknya itu malah enggan dan tetap merangkul dalam gendongan sang ayah.

"Aa', mau main sama Papa?" tanya Arjuna sambil mengusap lembut kepala Aradhana.

Anak itu mengangguk semakin mengeratkan rangkulannya, Arjuna kini tersenyum simpul memandang pada Senja dengan tatapan nanar. Sejujurnya ada rasa pilu yang bersemayam, tentang Aradhana yang harus hidup seperti saat ini tanpa kehadiran kedua orang tua lengkap di sisinya. Di saat anak-anak yang lain tumbuh dengan kasih sayang orang tua, tetapi Aradhana harus menjadi korban atas keegoisan Arjuna Senja.

"Ayo, Neng?" seru Arjuna, Senja pun mengernyit. "Aa', mau bawa anak kita ke rumah," ucap Arjuna.

"Jangan A', udah sini balikin Aa'. Kita mau pulang," tukas Senja, "Aradhana, sini, Sayang. Sama Mama, Papanya mau pulang!" seru Senja dengan meraih anaknya dari Arjuna.

"Ng-gak mau pu ... lang," gumam Aradhana yang kini menelusupkan wajahnya pada ceruk leher sang ayah.

"Aa' nanti mama sama Bapak mau pergi loh, Aa' nggak diajakin," ucap Senja seraya merayu pada putranya bahwa teh Herlina dan Shailendra akan pergi.

"Aa' mau sama Papa!" ujar Aradhana sampai Senja mematung.

"Neng Senja makin cantik aja," celetuk Arjuna seraya mengulum senyuman.

Sorot matanya saja sudah berbeda, pria itu sekarang memang sudah menjadi penggoda yang ulung.

"Mama cantik, semakin bening tapi sayang nggak ada yang belai," cetus Arjuna dengan nakal sampai Senja tercengang.

Arjuna kembali tesenyum menatapi Senja yang kerap terlihat kesal.

"Kalau begitu ayo ikut sama Papa, kakek dan nenek udah nungguin di rumah," seru Arjuna seolah mengabaikan Senja di hadapannya.

Senja semakin tidak berdaya membiarkan Aradhana bersama Arjuna

"Ayo, Neng," seru Arjuna, tetapi Senja enggan menanggapi.

Arjuna tak peduli dengan penolakan Senja, yang pasti sekarang Aradhana sudah berada dalam pelukannya dan akan membawanya ke rumah. Dengan begitu, Arjuna berharap kalau Senja akan ikut serta bersamanya.

Sementara Arjuna dan Senja masih bergelut atas penawaran agar Senja ikut bersamanya ke rumah. Saat itu juga ada Lingga yang menghentikan motornya tepat di pinggir jalan di hadapan Arjuna Senja, disusul oleh HRV putih hingga pemiliknya keluar dari dalam mobil dan menghampiri Arjuna Senja.

Rupanya mereka baru menuju arah pulang sore hari setelah menginap dari acara pernikahan Aerlangga.

"Ciiee ... sedang ketemuan, nih?" Lingga berseru sampai menutup mulut menahan tawa.

"Kalian ngapain di sini? Mau rujuk?" celetuk Saga terdenger ketus.

"Kalau neng Senja mau balikan, aku sih yes aja," seloroh Arjuna kemudian menatap pada Senja.

"Aku sih ogah!" sahut Senja sampai mereka tertawa.

Senja kian berpaling merasa tidak nyaman berada diantara pria-pria itu, belum lagi kalau melihat raut wajah Sagara yang memberinya tatapan intens. Mungkin saja pria itu sedang marah, lantaran Senja mengabaikannya semalam.

"Kalian baru balik?" tanya Arjuna pada Lingga dan Saga, lalu Lingga mengangguk.

"Kenapa lu belum kembali ke Jakarta?" Saga bertanya pada Arjuna.

"Belum lah, 'kan masih mau ketemu sama si Mama, iya nggak, Ma?" Arjuna menoleh pada Senja.

"Apaan, sih?" Senja semakin tidak nyaman dan bergegas meraih Aradhana, tetapi anak itu sedang terlelap di bahu Arjuna.

"Waduh dedenya bobo, ya?" tanya Lingga.

Senja tampak semakin bingung oleh keadaan itu, Arjuna pun mengusap kepala Aradhana secara perlahan sampai anak itu menggeliat.

"Udah bobo." Arjuna menepuk-nepuk bokong anaknya. "Cup-cup ...." gumamnya.

"Ya udah, kita balik, ya!" seru Arjuna yang bergegas menghidupkan motor, sementara Lingga dan Saga pun kian mengangguk.

"A' Juna awas hati-hati, nanti Aradhana takut jatuh," ucap Senja merasa khawatir.

"Ciiee, perhatian nih." Lingga menggodanya.

Senja berdecak seraya bepaling. "Idih." Ketusnya, kemudian terdiam karena dihadapkan pada wajah Saga yang tak kalah ketus darinya.

"Neng, buruan ikutin Aa', atau Neng sebaiknya naik di sini bareng," titah Arjuna yang kini berhasil memegang lengan Senja.

"Nggak, ah, udah buruan nanti Aradhana nangis," ucap Senja kemudian menepis tangan Arjuna.

Arjuna mengeluarkan smirk dan mulai menjalankan motornya secara hati-hati sambil memastikan kalau Aradhana akan baik-baik saja dan nyaman bersamanya.

Sementara Lingga kini berseri-seri melihat Saga dan Senja, sampai Senja dapat menangkap gelagatnya. "Ya udah, aku permisi," seru Senja.

"Neng." Saga sontak mencekal salah satu pergelangan Senja, hingga Lingga semakin mengulum senyuman lalu berpaling.

"Apa?" Senja bengong menatapnya.

"Neng, ngapain di sini?"

Senja lantas menoleh ke sana ke mari. "Habis ketemuan," sahutnya.

"Ketemuan sama Arjuna? Udah cerai juga," celetuk Saga disertai seringai.

"Idih, ketemuan sama Maya." Senja menyanggahnya.

"Maya apa Maya?" Saga berceloteh.

"Idih apaan, sih?" Senja pun melepaskan cekalan tangannya, tetapi Saga malah menunjukkan smirk lalu meraih tangan lainnya sehingga mencekal kedua tangan Senja di hadadapan.

"Iih, apa-apaan, sih?" Senja mencoba berontak sampai Saga bersandar pada mobilnya. "Udah lepasin!" pinta Senja dengan tegas membuat Saga menggertak gigi merasa gemas pada wanita yang satu ini.

"Pulangnya sama siapa?" Saga masih enggan melepaskan Senja.

"Sendiri!" pungkas Senja.

"Mau dianterin lagi, nggak?"

"Nggak!" tukas Senja hingga berhasil menjauh dari Saga.

Pria tsundere itu tersenyum merekah menampakan gummy smile-nya.

Senja berdecak dan bergegas menaiki motornya. Sagara yang merasa belum puas menggodanya, kini mendekat dan segera mengambil kunci motor yang menggantung pada fungsinya. Motor pun mati seketika sampai Senja tercengang menatap Sagara di hadapan mata. Rasa kesal, gemas bercampur jadi satu, ingin memaki pada Sagara. Sementara Lingga hanya tertawa melihat tingkah Sagara pada Senja.

"Aa' main, ya, ke rumah?" ucap Saga seolah berbisik.

Senja kian menatapnya. "Nggak, nanti ada yang marah,"

Wanita itu kini berpaling, karena yang ia ucapkan barusan terkesan sedikit nakal.

"Udah, ah, sini kuncinya!" tukas Senja terasa ingin merengek, tetapi si tsundere itu tak jua memberikan kuncinya.

"Yang marah itu si Arjuna, karena istrinya banyak," pungkas Saga hingga menatap intens.

Senja mengatup bibir membayangkan kejadian semalam ketika istri-istri Arjuna saling berseteru, Sagara semakin mendekat hingga membuyarkan lamunannya.

"Udah minggir," pinta Senja.

Namun, pria itu masih bertahan. "Nggak ada yang marah sama Aa', neng Senja udah punya pacar belum?" tanya Saga.

"Aku nggak pacaran, emangnya anak sekolahan?" cetus Senja.

"Kalau begitu kita nikahan saja, gimana?" tukas Saga.

"Jangan kurang ajar, ya!" Senja memprotes sampai menepuk pundak Sagara dengan reflek dan mengambil paksa kunci motornya, kemudian menyalakannya seketika.

"Si Saga belum ada yang punya, neng!" seru Lingga yang tak henti ingin tertawa.

"Terserah!" Senja berseru kemudian memakai helmnya.

Sagara yang masih setia menghadangnya pun lalu mendekat.

"Kalau di jalan ada yang gangguin, bilang, ya?" ucapnya dengan merapihkan posisi helm Senja sampai wanita itu bungkam menatapnya.

Saga kini menjauh untuk memberi jalan, sampai wanita itu pun berlalu mengendarai motonya.

Sagara terpaku memandangi Senja yang telah beranjak. Terbesit satu pertanyaan dalam pikirnya, kapan gerangan untuk bisa bertemu lagi dengan wanita impiannya itu.

Lingga mendekat menepuk pundaknya hingga membuyarkan renungan Sagara. "Lu beneran suka, ya, sama neng Senja?"

Saga menoleh menatap temannya itu. "Kalau iya, kenapa?" celetuknya.

"Wah ... lu siap-siap dilabrak Arjuna," cetus Lingga disusul tawanya yang khas.

"Bodo amat!" sahut Saga seraya berpaling dan bergegas masuk ke dalam mobil.

Ia pun termenung cukup lama untuk memikirkan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Tak bisa dipungkiri, bahwa hatinya selalu bahagia tiap kali melihat Senja di sekitarnya.

Sagara tak ingin terlarut dalam lamunan dan mulai melajukan mobilnya.

Sagara Senja🌸Where stories live. Discover now