Meet up.

11 4 0
                                    


Part 5

Meet up.

Senja tengah terpaku ketika usai membaca pesan dari Jay, berpikir sebaiknya ia menunda keberangkatannya untuk menghadiri pesta perkawinan Aerlangga lantaran ada Arjuna di sana. Jantungnya berdebar, gelisah dan kesal kini bercampur menjadi satu membawa beberapa kenangan pahit yang sudah lama berlalu. Untung saja, di sana ada Elang yang begitu setia menunggunya untuk pergi bersama. Senja pun meminta agar mereka menunda kepergian dan menceritakan penyebabnya tanpa ragu pada Elang. Pemuda itu kini tertegun menatap wajah Senja yang tampak gelisah.

"Neng Senja, nggak apa-apa, 'kan?"

Senja lantas menggeleng, tetapi wajahnya begitu jelas mengatakan hal sebaliknya. Bagaimana pun juga, Senja belum siap apabila harus bertemu dengan mantan suaminya, Arjuna. Akhirnya, Senja dan Elang memutuskan untuk pergi bersama rombongan abah Koswara ke acara pernikahan Aerlangga dan mereka pun berangkat setelah sholat isya.

Sesampainya di tempat acara, rombongan abah Koswara disambut antusias oleh keluarga mempelai. Mereka saling menyapa satu sama lain dan mengeluhkan beberapa hal karena keluarga Abah baru tiba di saat pesta hampir usai. Abah Koswara beserta rombongan menghaturkan maaf karena datang terlambat. Shailendra merangkul ayah Aerlangga dan mereka pun saling bercengkrama, keluarga Aerlangga adalah partner Shailendra dalam berdagang dan berkebun sayuran sehingga mereka menjadi akrab satu sama lain.

Elang dan Senja bergegas menemui Aerlangga dan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, Aerlangga balik mengucapkan terima kasih atas kerelaan Senja yang sudah sudi menghadiri pernikahannya.

"Neng Senja, sejak kapan datang? Pangling nggak sih?" seru Aerlangga dengan sumringah.

"Udah lumayan lama, Aer. Nggak pangling, ah, biasa aja," ujar Senja dengan tersenyum simpul.

Aerlangga mengangguk, kemudian menepuk pundak Elang. "Kenapa baru ke sini, lu?" protesnya. "Sibuk ngapain, sih?" sambungnya dengan sinis.

"Nggak, eh iya deh maaf," ucap Elang dengan mengulum senyuman.

"Hahah ... canda kali," ujar Aerlangga sampai keduanya saling berpelukan.

"Anak-anak yang lainnya pada ke mana?" tanya Elang.

"Ada di dalam, tuh ada Lingga dan Saga, mereka baru habis mandi," sahut Aerlangga.

Tidak lama kemudian, Jay keluar dari dalam rumah Aerlangga.

"Itu Jay!" seru Senja hingga mereka pun menengok ke arah Jay.

"Neng Senja, udah makan belum?" tanya Aerlangga, "makan dulu gih, bareng Elang," pintanya.

"Santai saja, nanti juga kami akan makan kalau lapar," seru Elang.

"Jangan santai-santai, nanti lauknya keburu habis tahu rasa lu," celoteh Aerlangga.

"Hahaha ... bisa aja lu," balas Elang sambil tertawa.

Jay menghampirinya, mengucapkan beberapa obrolan ringan dengan Senja kemudian bergabung bersama keluarga abah Koswara.

"Mereka mau menginap, lu nginap juga, ya, Elang?" tawar Aerlangga.

"Nggak ah, ngapain?" ucap Elang dengan berpaling muka.

"Idih, teman macam apa coba?" protes Aerlangga.

"Boda amat," ucap Elang dengan ketus lalu mengulum senyum sampai Aerlangga menepuk pundaknya dan mereka pun tertawa bersama.


Sementara Senja mulai menikmati hidangan dengan ditemani Jay beserta rombongan abah Koswara, tetapi Elang memilih masuk ke dalam rumah Aerlangga untuk menghampiri Lingga dan Saga.

"Woi!! Ke mana aja lu, baru datang?" seru Lingga dengan sumringah yang sedang duduk bersama Saga di ruang keluarga.

"Iya, maaf aku telat," jawab Elang, mereka pun saling berpelukan.

"A' Saga, apa kabar?" Elang menyapa Saga dan pria tsundere itu pun mengagguk.

"Elang kapan datang?"

"Barusan nih, A'," sahut Elang sembari memandangi jam tangannya.

Saga menganggguk. "Sama siapa ke sini?" sambungnya.

"Sama neng Senja dan Abah serombongan," ujar Elang membuat Saga tertegun.

"Oh, neng Senja udah pulang?" sela Lingga.

"Iya, udah dua minggu lebih ada di kampung," papar Elang.

"Wah, pasti neng Senja makin cantik, ya?" celoteh Lingga.

Elang pun mengagguk, "Pasti dong!" serunya.

"Elang makan dulu!" seru Senja yang kini masuk ke dalam bersama dengan Jay.

Mereka pun sontak menoleh dan tercengang melihat Senja yang memang tampak lebih cantik dan langsing.

"Oh, iya, neng Senja udah makan emang?" tanya Elang.

Senja lantas mengangguk. "Udah barusan," pungkasnya.

"Neng Senja, apa kabar?" sapa Lingga yang kini mendekat ke hadapannya.

"Baik, kamu sendiri apa kabar?" sapa Senja.

"Alhamdulillah, neng Senja, makin bening saja deh, makin cantik," ucap Lingga dengan memuji.

"Kamu juga sama, makin tampan saja," balas Senja tanpa basa basi.

Lingga pun mengulum senyuman. "Kege'eran dah," celetuk Elang.

"Apaan sih?" dengan ketus Lingga memprotes pada Elang, dan kembali mengulum senyuman.

Jay menepuk pundak Lingga sambil tertawa. "Awas terbang," ledeknya.

"Haha ... sayapku sudah patah," sahut Lingga kemudian tertawa sampai kedua matanya terpejam.

Senja pun terdiam, tidak terlalu mengikuti lelucon antara Lingga dan yang lainnya.

"Kalau begitu, ayo atuh temani Elang makan," pinta Elang sembari mendekat ke hadapan Senja.

"Ayo!" pungkas Senja.

"Neng Senja!" Jay berseru sampai Senja sontak menoleh. "Ini yang satu lagi belum disapa," ujarnya sambil merangkul pundak Sagara.

Pria yang kerap dijuluki si kulkas itu kini hanya berdiri memandangi kehadiran Senja dan sesekali menampakan senyuman yang berseri-seri.

"A' Saga, apa kabar?" sapa Senja, yang kemudian menoleh ke sana ke mari karena merasa heran melihat raut wajahnya si tsundere itu.

"Hahaha ... lu ngomong dong, Saga," celetuk Lingga dengan menahan tawa melihat raut wajah Sagara yang tampak termangu.

"Yaudah, Neng, Elang mau makan dulu, ya," ucap Elang seraya berlalu.

"Elang tunggu, aing ikut," seru Lingga bergegas mengikuti dari belakang.

Jay menepuk pundak Saga kemudian menjauhinya.

"Ayo, Neng," ujar Jay dengan menggandeng salah satu lengan Senja.

"Neng Senja, apa kabar?" celoteh Saga, hingga Jay dan Senja masih berdiam diri di tempat.

"Baik," sahut Senja.

Jay menoleh ke sana ke mari. "Ya udah, aku temani Aerlangga sebentar, ya, Neng?" pungkasnya.

Senja mengangguk seketika dan merelakan Jay meninggalkanya bersama Sagara, lelaki itu tersenyum simpul melangkah secara perlahan ke hadapan Senja. Sesungguhnya saat ini hatinya sedang tidak menentu, merasa tak percaya karena dapat memandangi Senja dari dekat. Senja menoleh ke sana ke mari seakan baru menyadari bahwa ia tengah bersama dengan Sagara. Ia pun mengusap tengkuk lehernya, merasakan hawa yang berbeda di sekitarnya padahal di dalam ruangan itu bukan hanya ada mereka berdua. Melainkan beberapa orang yang sedang sibuk oleh pekerjaannya masing-masing, seperti menyiapkan kue untuk hidangan, ada yang sibuk bolak balik untuk memberi intruksi ganti pakaian pengantin dan ada yang sekadar duduk santai sambil memperhatikan ponselnya.

"Ehm, yaudah atuh, aku mau ke depan lagi, permisi."

Sagara dengan sigap mencekal salah satu lengan Senja, hingga Senja tertahan di tempat. Si tsundere itu pun menyadari sikapnya saat ini meski enggan melepaskan, sampai Senja mengernyit.

"Wow, siapa yang ada di sini?" seruan Jona membuyarkan suasana. "Neng Senja?" Jona merasa tidak percaya oleh kehadiran Senja di sana, lalu mengulurkan tangan.

"Ha-hai!" Senja membalas sapaan itu dengan singkat, melepaskan pegangan tangan Saga serta berjabatan tangan dengan Jona.

"Neng Senja, apa kabar?"

"Baik."

"Apakah malam ini mau menyumbang lagu untuk kedua mempelai?" tawar Jona.

"Oh, aku belum tahu, A', gimana nanti aja," pungkas Senja sambil menggeleng secara perlahan.

"Oke," tutur Jona.

"Aku permisi, ya." Senja bergegas pergi meninggalkan kedua pria itu.

"Neng Senja," gumam Saga yang ingin mengejarnya, tetapi itu tidak mungkin.

"Hei ... di luar banyak orang," celoteh Jona semakin menghentikan keinginan Saga.

Si tsundere itu mengernyit menatapnya. "Kenapa memangnya?"

"Lu jangan nikung janda, ya," tukas Jona.

"Apaan sih, lu?" protes Saga.

"Kasihan deh lu, untung saja aing cepat datang. Nggak jadi, 'kan, niat lu deketin neng Senja?" Jona memberinya seringai sambil menyindir.

Sagara mengerjapkan mata lalu berpaling muka merasa kesal oleh sikap temannya itu.

"Ganggu aja lu," protesnya untuk kesekian kali.

"Idih." Jona kembali menyeringai.

Sagara bersmirk kemudian bergegas pergi untuk bergabung bersama Jay dan yang lainnya. Menghampiri rombongan abah Koswara, tanpa ragu Sagara pun menyapa mereka dengan penuh sopan santun, menyalami Abah dan Umi serta yang lainnya.

"Jang Saga, bareng sama bapak?" tanya abah Koswara sembari menepuk pundaknya.

"Bapak sudah undangan waktu tadi siang, Bah," jawab Saga.

"Oh, si Bambang sudah ke sini?" abah Koswara menoleh pada ayah Aerlangga.

"Sudah, Bah," sahut pemilik rumah.

"Abah, sudah mau pulang, salamin ke bapak, ya," ucap Abah berpesan pada Saga.

Sagara pun mengagguk menyimpan pesan untuk ayahnya itu.

"Si neng mana? Elang, Jay, kalian mau pulang bareng nggak?" seru abah sambil menoleh pada keponakannya itu.

"Masih sore atuh, Bah, nonton dulu dagdutan sambil nyawer beberapa lagu," pinta ayah Aerlangga.

"Bagaimana atuh, Abah sukanya Jaipongan," seru abah yang kini beranjak dari duduknya.

Menoleh ke sana ke mari mencari Senja yang tidak ada di samping, putri bungsunya itu melangkah ke arahnya setelah mengambil beberapa foto bersama kedua mempelai. Saga masih setia di samping Abah, membuat Senja sedikit tidak nyaman olehnya. Apalagi setelah beberapa kali tertangkap sedang mencuri pandang, hingga Senja memilih berpaling membelakanginya.

"Neng, mau pulang bareng atau masih mau di sini? Si Jay dan Elang mau pulang nggak?" tanya Abah.

"Elang dan Jay mau menginap mungkin, Bah," sahut Senja.

"Kalau begitu, hayu atuh, Neng ikut pulang bareng Abah atau masih mau di sini?"

Jay dan Elang menghampiri abah Koswara. "Bah, si neng biarin aja atuh di sini, nanti Elang yang antarin pulang," ujar Elang.

"Iya, Bah," sela Jay.

"Yaudah, kalian jangan pada ribut ya, hati-hati," titah Abah tanpa memprotes seperti dulu.

"Neng, mau pulang saja, kangen sama Aradhana," seru Senja menimpali obrolan itu.

"Kalau masih mau di sini, nggak apa-apa. Ngobrol tuh banyak orang dan teman-teman," ucap Shailendra. "Teh Herlina bilang kalau Aradhana sudah tidur," ujarnya.

Senja sedikit cemberut, wajar saja ia memang kerap cemburu apabila putra semata wayangnya lebih memilih bersama orang lain dibandingkan dengannya. Abah Koswara serombongan akhirnya pulang lebih dulu, sementara Senja dan yang lainnya akan tetap di tempat acara untuk menikmati dagdutan malam yang begitu meriah dibawah naungan si Jona nyaman grup. Rasa canggung memang kerap menghampiri, tetapi tidak berlangsung lama karena mereka sudah saling mengenal sejak dulu. Walaupun terkadang obrolan para pria itu menyudut pada hal mesum, meski sekarang lebih minim dari biasanya. Satu hal yang membuat Senja merasa nyaman apabila bergabung bersama kumpulan pria-pria itu adalah karena mereka tidak pernah membahas masa lalu, hingga Senja tidak perlu merasa takut untuk terbebani oleh cerita lamanya bersama Arjuna.

Senja dan Jay kini duduk dengan nyaman sambil menikmati beberapa lagu yang telah usai, menunggu Elang dan temannya yang lain berjoget ke atas panggung. Saga turun dari panggung, cengar-cengir layaknya orang mabuk dipengaruhi minuman dengan langkah yang sedikit sempoyongan. Ia pun menghampiri Senja dan duduk di sampingnya.

"Neng Senja, nggak mau nyumbang lagu?"

Senja menoleh padanya sambil menahan bau minuman yang menyeruak di indera penciumanya.

"Nanti a' Saga sawer," ucap si tsundere sambil bersmirk dengan khasnya.

"Nggak," pungkas Senja, membuat Saga tersenyum seketika menampakan gummy smile yang sudah lama absen dari senyumannya.

Senja lalu menoleh pada Jay dan menyatakan bahwa ia tidak nyaman oleh keberadaan Saga di sampingnya.

"Jay, dia sudah mabok," gumamnya.

"Tenang aja, Neng, dia udah jinak," pungkas Jay sambil mengukir senyuman.

Senja menggeleng dan kembali menoleh memperhatikan Sagara di sampingnya. Pemilik kulit bersih itu kembali memberinya senyuman, lalu meraih air mineral dan meneguknya dengan tampan. Sagara harus bisa mengendalikan diri, jika tidak maka ia akan kehilangan kesempatan untuk dapat mendekati Senja yang kini berstatus janda anak satu.

Malam semakin meriah bersama musik dangdut yang menggema, disertai angin yang berembus membawa keheningan tersendiri bagi Senja Prameswari. Bayangan masa lalu tengah menghampiri, memutar kenangan akan pesta pernikahannya dulu bersama Arjuna. Menariknya untuk mengingat kembali luka yang sudah hampir kering, Senja menggeleng mencoba menepis semua bayang semu yang hanya membuatnya semakin pilu.

"Neng Senja!" panggil Saga sehingga mampu membuyarkan lamunan Senja seketika.

Wanita itu terkesiap lantaran tangan kekar Saga tengah menyentuh tangannya. Saga menatapnya sedemikian rupa, seakan mencari suatu arti atas kebungkaman Senja malam itu.

"Kenapa diam saja?" Saga mentap intens sementara tangannya mulai meremat menunggu satu jawaban yang pasti.

"Tidak apa-apa," jawab Senja dengan menarik tangannya dari Saga, membuat lelaki itu berpaling sedikit kecewa oleh sikap Senja padanya.

"Mendingan neng Senja naik ke panggung, nyanyiin satu lagu buat Aerlangga. Bagaimana?" usulnya.

Senja menatap intens, pria pemabuk itu memberinya ide cemerlang. Jika dipikir-pikir saran dari Saga tidak ada salahnya juga dari pada ia harus berdiam diri seperti tadi, lebih baik ia naik ke atas panggung menyumbang satu lagu terkhusus diberikan untuk kedua mempelai.

"Nanti A' Saga sawer," pungkas Saga seperti sebelumnya.

Senja mengukir senyum simpul, menundukkan wajah untuk menyembunyikan kegeliannya pada sikap Sagara. Jay yang mengetahui keinginan Saga, lantas menghampiri Aerlangga yang sudah berganti pakaian mengenakan baju casual karena acara resepsinya sudah selesai. Jay meminta kedua mempelai itu untuk naik ke atas panggung.

"Neng Senja, bersedia nyanyi?" tanya Aerlangga sampai Jay mengangguk.

Aerlangga pun tersenyum sembari mengangguk dan segera menggandeng tangan istrinya agar ikut bersama ke atas panggung.

"Ayo, neng Senja!" seru Jay yang kini membawa serta kedua mempelai.

"Ayo, Neng, kita sudah siap. Neng Senja mau ngasih lagu apa nih buat kita?" seru Aerlangga sembari tersenyum manis.

Jay menepuk pundak Sagara hingga lelaki itu berlalu mendahuluinya untuk naik ke atas panggung dan memberikan atensi pada Jona seraya meminta sebuah lagu yang akan dibawakan oleh Senja. Jona dengan sigap menanggapi permintaan tersebut, menyerukan beberapa kata sambutan yang ditujukan untuk kedua mempelai dan juga Senja yang akan naik ke atas panggung berniat menyanyikan sebuah lagu. Mereka pun bergegas untuk naik ke atas panggung, tetapi berbeda dengan Saga yang memilih tinggal dan duduk di tempat seperti semula. Pria tsundere itu meraih air mineral untuk kesekian kalinya, bukan hanya diteguk hingga meringankan dahaga tapi menyirami wajah agar tetap terjaga kewarasannya.

Sagara Senja🌸Where stories live. Discover now