#3-Fisik yang kokoh, Mental yang rapuh

458 13 1
                                    

Sedari tadi aku terus memikirkan perkataan Yura ketika berbincang di kantin tadi.

"Mahen itu tuli"

"Asal kamu tau, dia itu anak hasil pemerkosaan, kayak anak haram gitu"

"Dan pokoknya kamu gak boleh nyenggol dia, ayahnya bisa aja bunuh kamu. Bercanda.."

"Jangan deket-deket Mahen, ya?"

Kenapa aku tak dibolehkan dekat dengan Mahen? Huh setidaknya dia tetap manusia normal yang memakan nasi, bukan batu atau kayu.

Tapi...

"Asal kamu tau, dia itu anak hasil pemerkosaan" kata-kata itu terus berputar di fikiranku, kejam sekali ayahnya, batin ku.

Tapi bila melihat wajah Mahen dia terlihat sedikit lebih tua dari aku, eh? Apa dia gak naik kelas?

"Tolol!" teriak seseorang yang berada tak jauh dari tempatku berjalan tadi.

"Apaan itu? Kok ngumpul? Samperin deh" gumam ku sambil mempercepat jalan, ah mungkin aku sampai sedikit berlari.

Sesampainya aku di kerumunan itu, aku mencoba untuk melihat apa yang sedang terjadi sebenarnya? Dan ya seperti yang aku duga, pembullyan terjadi disini.

Eh tapi kok-

"Dasar tuli sialan! Lo itu ya pembawa sial tau gak?! Mending lo itu gausah lahir deh menurut gua!! DASAR MANUSIA SIALAN!!" aku tak tau apa sebenarnya bibit masalah ini, tapi perkataan itu.. itu sangat kejam.

"Woi asu!" ya itu aku yang bersuara saking kesalnya.

Reflek lelaki yang baru saja memukuli orang yang sepertinya aku kenal ini menoleh. Menatap rendah kearah ku sambil tersenyum licik.

Aku lihat name tag nya, dia bernama..

"Hai salken gue, Jevan"

"Siapa lo berani ngatain gue asu? Lo itu cantik tapi attitude lo minim" ucapnya sambil menunjuk-nunjuk kearah ku.

"Perkataan lo ke dia, bener-bener keterlaluan anjing" bentakku kesal.

"Urus ni cewek, gue mau lanjutin si tuli ini"

PLAKK!

Aku reflek menampar pipi Jevan sampai dia menoleh kearah yang berlawanan. Maaf tapi aku sudah kepalang kesal.

"Beraninya lo anjing, dasar cewek ga berguna!"

"Mati aja mendingan lo!! Nih pisau kalo lo mau-"

"Jevan! Jaga mulut kamu, ayah gak pernah ngajarin kamu ngomong kayak gitu, ya! Masih untung tadi guru konseling hubungin ayah. Kalau nggak, mungkin ayah gak akan pernah tahu gimana kamu disekolah!"

 Kalau nggak, mungkin ayah gak akan pernah tahu gimana kamu disekolah!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari sudah mulai sore, pelajaran terakhir akan segera berakhir.

Jujur saja otakku masih bingung untuk mencerna kejadian tadi, ketika aku melihat seorang yang dipukuli dan direndahkan. Harusnya dia melawan bukan diam saja! Pantas bila dia di bully, tapi bukan itu point utamanya.

Wajah seseorang yang tadi dipukuli, aku merasa pernah melihat wajah itu, wajahnya mirip seseorang yang tadi aku bicarakan bersama Yura di kantin.

Anak dari hasil pemerkosaan, pikiranku langsung tertuju pada anak itu. Tapi sebentar, siapa namanya? Aku lupa..

"Mikirin siapa, hayo?" dasar Yura, bisa-bisanya dia mengagetkan ku, untung saja kejadian seperti pagi tadi tak terulang.

"Mau nanya Yur, anak tuli itu namanya siapa, ya? Lupa gue" ucap ku langsung pada intinya, tanpa basa-basi.

"Ck naksir, lo? Namanya Mahen, dia setaun lebih tua dari lo" jawab Yura dengan nada yang sedikit malas.

"Siapa yang naksir anjir, cuma kasian gaboleh emang?" sinis ku pada Yura.

"Boleh sih, yaudah gue cabut duluan deh ya, gudbayy" final Yura. Dia berjalan menjauh dan keluar dari kelas, dia anak yang baik.

"Ekhm!" dehem ku yang memang sengaja ku keraskan.

Untuk informasi, aku hanya berdua dengan Mahen sekarang, yang lain sudah pulang.

"Lah kaga noleh? Oh iya dia kan tuli, gini banget pelupa" gumamku.

Akhirnya aku mutuskan untuk berjalan menemui Mahen, dia duduk sambil menatap kearah jendela, yang menunjukkan pemandangan langit dan beberapa gedung yang menjulang tinggi.

Aku menepuk pelan pundak Mahen, berharap dia meresponnya. Mahen langsung menoleh menghadap ku, menatap dalam manik mataku dengan tatapan sendu. Matanya sangat indah, batinku.

"Hai! Aku murid baru disini salam kenal!" aku melambaikan tanganku, berharap dia tahu apa yang ku maksud.

Dia langsung menatapku bingung, dan mengeluarkan sesuatu semacam kertas kecil, dan memberiku pena.

"Tulislah disini, aku tak mendengar nya, maafkan aku.." ucapnya sambil menunduk.

Baiklah! Aku sekarang bingung, karena dulu ketika aku kecil aku menggunakan teori bahwa orang bisu juga tuli, begitupun sebaliknya.

"Kamu kenapa? Apakah kamu tidak mengerti? Apakah kamu pikir aku juga bisu?" tanya nya secara beruntun, jelas aku langsung menggeleng tak lupa senyuman.

"Hai! Aku Kerlyn, salam kenal. Kamu siapa?" tulis ku di kertas yang tadi diberikan oleh Mahen padaku.

"A-aku Mahen, Mahendra Jaya Sinegrar" itu respon yang baik.

"Apakah kamu tidak pulang?" tanya nya kemudian.

"Aku nunggu kakakku, dia akan menjemput ku nanti" aku kembali menuliskan kalimat di kertas itu, lalu mulutnya seperti membentuk huruf O.

"Kalau begitu, apakah kamu mau bertukar nomor line?"

"Kalau begitu, apakah kamu mau bertukar nomor line?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Okehh mungkin cukup untuk bab kali ini.

Maaf ga nyambung hwhw..

Don't forget to Vote and comment makasiii 💐💗

Laut Bercerita | Mark LeeWhere stories live. Discover now