01 | Denis Anggraisa

2.1K 103 29
                                    

"Coba aja, Nis. Siapa tau yang sekarang cocok sama kamu. Dia udah dewasa dan mapan. Yang terpenting, dia gak mempermasalahkan pekerjaan kamu."

Denis berguman untuk merespon ucapan ibunya. Ia masih tetap fokus pada potongan buah-buahan kecil untuk dijadikan sop buah di pertemuan teman-teman ibunya. Sejujurnya, ia sudah malas mendengar topik ini dibicarakan oleh hampir semua anggota keluarganya dalam berbagai kesempatan. Namun, untuk menghindari perdebatan dengan ibunya, ia memilih untuk diam saja seolah setuju dengan apa yang barusan disampaikan.

"Udah gitu, kita juga udah kenal baik sama keluarganya. Jelas asal usulnya juga. Orang tua dia juga udah setuju banget sama kamu, Nis. Jangan disia-siakan kesempatan ini. Mbak Melda sampe nangis-nangis ke Mama. Katanya, kalau sampe kamu gak jadi sama Andra, dia bakalan sakit hati banget." Arumi masih menggebu-gebu. Tak tahu saja dia kalau anaknya sudah setengah mual mendengarkan ocehannya.

Akan tetapi, ada yang menarik dari apa yang barusan dikatakan mamanya. Bu Melda yang notabene adalah ketua perkumpulan ibu-ibu sosialita dengan jumlah kekayaan melimpah, sebegitu memohonnya agar anaknya bisa bersatu dengan Denis. Keluarga Denis bukanlah keluarga yang tidak mampu sampai merelakan anaknya diserahkan pada keluarga kaya untuk membayar utang. Ayahnya adalah seorang tentara yang sebentar lagi akan menghadapi masa pensiunnya, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga seperti pada umumnya. Dua hal tersebut mampu membuat hidup Denis dan kakaknya aman-aman saja. Bahkan, kedua orangtuanya mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang yang tinggi.

Maksudnya, dengan status sosial Bu Melda yang demikian, akan sangat mudah baginya menemukan calon menantu dari kalangan manapun tanpa memohon. Ditambah Andra yang merupakan anak tersayangnya itu memiliki wajah tampan, karir gemilang sebagai seorang dokter spesialis bedah, dewasa dan segala sifat terpuji melekat pada dirinya. Berbanding jauh dengan Denis yang ia rasa biasa saja dalam segala hal.

Curi-curi dengar saat ibunya berbincang dengan Bu Melda. Beliau suka sekali pada Denis adalah karena selalu bersikap ramah dan hangat. Makanya, setengah mati ia ingin anaknya berjodoh dengan Denis.

Ah, Denis jadi malu mendengarnya.

"Tapi, bukannya Mas Andra itu sudah punya pacar, ya, Ma? Kalau gak salah sih katanya teman kuliahnya dulu." Kali ini, Denis merespon obrolan mamanya. Sedikit penasaran juga dengan kisah cinta lelaki baik hati itu.

"Iya, tapi kata Mbak Melda sih, udah putus dari beberapa bulan lalu. Pacarnya itu susah sekali diajak serius katanya, selalu banyak alasan. Mau fokus karir lah, belum siap lah. Pokoknya sampe Mbak Melda dan keluarganya udah gak respect, deh." Sambil berbicara, mama tetap fokus pada masakannya yang sebentar lagi selesai.

"Katanya juga, keluarga pacarnya itu problematik. Orang tuanya cerai waktu dia masih kecil, terus dia tinggal sama neneknya." Mama melanjutkan.

Diam-diam hati Denis meringis. Memangnya siapa yang mau keluarganya berantakan? Memangnya siapa yang ingin punya takdir seperti itu? Jika bisa memilih, semua orang juga ingin terlahir dan hidup di keluarga yang utuh dan harmonis. Denis juga menebak, bisa jadi semua alasan yang dilontarkan oleh mantan pacar Andra itu adalah bentuk perlindungan dirinya dari trauma kehancuran. Namun, seperti inilah keadaannya, masyarakat di negeri tercinta ini sudah kepalang memandang sebelah mata orang yang berasal dari keluarga yang pecah.

"Mbak Denis istirahat aja, Mbak. Ini biar saya lanjutkan. Dari tadi Mbak keliatan banyak pikiran." Suara lembut Mbak Ani dari arah belakang menyadarkan lamunan Denis. Dengan senang hati Denis menyerahkan pisau dan sisa potongan buahnya.

"Sambel kentangnya udah jadi, Mbak?" tanya Denis sekadar basa basi. Meskipun ia bisa memasak, tetapi ia angkat tangan untuk mengurus masakan-masakan berat seperti itu.

Life is Beautiful✓Where stories live. Discover now