PROLOG

998 166 9
                                    


       Samudera Dirgantara merasa Bristol adalah rumahnya. Negeri yang ia akui keindahannya itu telah memberikan banyak warna di hidupnya. Ilmu, karir dan keluarga juga teman.

     Tapi bagaimanapun, negeri itu bukan tanah kelahirannya. Bukan tumpah darahnya. Bukan pula tempat keluarga dan seluruh kerabatnya tinggal. Samudera tetap ingin kembali ke Indonesia. Dimana orangtua, kakak, keponakan dan seluruh keluarga tercintanya kini berada.

      Samudera telah mendapatkan banyak pengalaman hidup hingga di usianya yang ke 27 tahun di kota ini. Hanya satu yang belum ia temukan, seseorang yang bisa ia ajak mengarungi bahtera yang ingin ia kayuh untuk menyempurnakan separuh agamanya. Seseorang yang mengisi hati untuk dihalalkan.

     "Assalamualaikum warahmatullahi"

     Samudera menolehkan kepala ke kanan dan kiri. Mengusap wajah teduh nan bersih dengan kedua tangannya. Beningnya hati ikut terpancar di beningnya wajah. Samudera mengangkat kedua tangannya untuk memanjakan pinta pada Rabbnya, Allah azza wa Kalla.

Allahumma a"ini 'alaa dzikrika wa syukrika wa Husni ibadaatik...

"Ya Allah, bantulah aku untuk senantiasa mengingat Mu, bersyukur kepada Mu dan beribadah dengan baik kepada Mu"

     Bibir Samudera lirih memanjatkan doa penuh kesyukuran. Mensyukuri apapun nikmat yang melimpah ruah dalam hidupnya. Di sepertiga malam yang dingin beku ini, ia masih bisa berdiri tegak dalam takbiratul ihram. Masih kuat bersujud di hadapanNya dan masih bisa khidmat duduk di atas sajadah yang ia bentangkan. Itu artinya ia masih diberi waktu dan kesempatan memperdalam taubat dan menyebarkan takwa pada sesama.

     Samudera berdiri dari duduk di atas sajadahnya usai berzikir panjang menyebut namaNya. Melirik jam digital yang ada di atas meja kerjanya. Menunjukkan pukul setengah dua pagi waktu Bristol.

     Samudera mendekati jendela kamar flat nya. Menatap suasana kota Bristol di dini hari begini. Tentu saja masih gelap diluar sana. Butiran putih terlihat berhamburan dari langit. Indah sekali. Pemandangan yang sebenarnya sudah sangat biasa bagi Samudera. Karena ini tentu bukan salju pertama yang bisa ia lihat di kota yang merupakan bagian dari negeri Inggris itu. Hampir separuh hidup seorang Samudera Dirgantara sudah dihabiskan di negeri ini.

     Ting... Ting...

      Ponsel milik Samudera berdenting nyaring. Samudera menoleh ke arah ponselnya yang berkedip-kedip tanda ada panggilan masuk. Senyum Samudera terkembang lebar. Ia bisa menebak siapa yang menelponnya pagi buta begini. Oh bukan. Di Indonesia sekarang pasti sudah pagi menuju siang.

      "Assalamualaikum om Sam...." Terdengar suara khas anak-anak. Wajah ganteng hampir serupa kakak perempuannya itu tampak di layar ponselnya. Samudera langsung menyahutinya dengan tawa lebar.

     "Waalaikumsallam, Rasya. Keponakan om yang paling ganteng"

     "Hihihi, masih ganteng om Sam deh" Sahut Rasya bisa saja memuji om nya. Tapi tak salah sih. Samudera memang sangat tampan dan makin terlihat matang di usianya yang menginjak 27 tahun.

     "Ini muji-muji om bukan karena ada maunya kan?"

     "Ih om Sam. Suuzon sama Rasya" Rasya sedikit mencebik. Samudera malah terkekeh melihatnya.

     "Iya...iya maaf. Eh ini Rasya nggak sekolah?" Samudera menghitung kalau disini jam setengah dua dini hari berarti di Semarang sekitar pukul setengah delapan pagi.

     "Rasya libur. Gurunya ada acara" Sahut Rasya yang makin pandai itu. Lelaki tampan berusia lima tahun itu sudah duduk di TK B. Tak lama lagi akan masuk sekolah dasar.

     "Wah enak ya libur"

     "Hai, Sam..." Orang yang selalu Samudera rindukan ikut muncul di layar ponsel. Samudera baru sadar kalau Rasya sekarang ini berada di sebuah ruang praktek. Ruang siapa lagi kalau bukan ruang praktek sang mama.

     "Kak Tasya. How are you? Sehat kan?" tanya Samudera dengan tatapan rindu.

     "Alhamdulillah, I am fine, Sam. Ini nih ngajak dua bocil ke rumah sakit. Kakak lagi ada pasien eh si Rasya malah telpon kamu"

     "Kangen sama om" seru Rasya menimpali.

     "Om juga kangen Rasya sama adik" sahut Samudera jujur. Ia memang merindukan semua keluarganya di Indonesia.

     "Kapan dong kak Tasya sama mas Rafli dan anak-anak kesini? Nggak kangen sama London dan Oxford nih?"

     Tasya tertawa lebar. Ia mengarahkan layar ponselnya ke seorang perempuan yang sedang menggendong bayi lelaki. Bayi berusia sekitar 5 bulan itu tertidur dalam gendongan mbak pengasuhnya.

    "Tunggu adik Rafka gede dikit deh. Biar bisa terbang nyaman. Atau om Sam aja yang kesini nengok Rasya sama adik Rafka ya" ujar Tasya menunjuk putra nomor duanya yang ada dalam gendongannya pengasuhnya. Rupanya pagi ini Tasya boyongan mengajak dia anak plus pengasuhnya ikut ke rumah sakit.

     "Hmm, adik Rafka udah gede aja ya. Kangen sama mereka" ujar Samudera jujur.

     "Kami gak bakal selamanya menetap di Bristol kan Sam?" Tanya Tasya pada sang adik. Dulu mereka pernah mengobrol tentang rencana hidup Samudera. Tapi itu dulu. Ketika Tasya belum menikah dan mereka masih sama-sama kuliah di Inggris. Kemudian Samudera memilih bekerja dan kuliah magister di Bristol.

     "Entahlah, Kak. Pihak eksekutif sudah menawari Sam banyak hal. Tentu gaji dan tunjangan fasilitas siap mereka kucurkan"

     "Helm, keren nih adik kakak. Trus kamu bakal married sama bule Inggris dong. Trus sahabatnya sama Meghan dong"

     Samudera terkekeh mendengar candaan kakaknya. Bawa-bawa nama istri pangeran Harry. Katemu saja belum pernah dengan keluarga istana Buckingham.

     "Hehe, Sam masih sreg sama produk lokal saja, Kak. Tapi ya namanya jodoh siapa yang tahu"

     "Duh, sekarang ngomongnya bawa-bawa jodoh nih. Ayo...ayo kakak cariin nih. Mau yang model bagaimana? Jelas yang pakai hijab dong. Yang cantik kayak kakak gini kan?"

     Samudera lagi-lagi terkekeh. Padahal tadi Rasya yang menelpon. Kenapa sekarang malah kakaknya yang nyerocos narsis begini.

     "Iya...iya. yang cantik dan Sholihah kayak kakak" ujar Samudera antara ingin menyenangkan sang kakak sekaligus memang itu yang ia inginkan.

♥️♥️♥️♥️

Prolog selengkapnya bisa dibaca di Karyakarsa.
Di sana sudah sampai part 6 dan gratis.
Cerita selengkapnya ada di karyakarsa.

Terimakasih atas dukungan reader semuanya.
See U in next part, InsyaAllah ♥️

 See U in next part, InsyaAllah ♥️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Amour in Bristol Where stories live. Discover now