10. Markas di serang

47 12 3
                                    


"Jawab! Sejak kapan lo bisa lihat gue?"

Barra tetap tak menghiraukan. Ia terus berjalan seakan tak ada siapapun di sebelahnya.

"Lo beneran bisa lihat gue nggak sih? Diem ae dari tadi."

Hafidz mulai lelah. Ia duduk di kursi belajar Barra sambil menatapnya datar. Kata-kata Barra di UKS tadi masih terngiang di pikirannya. Namun semenjak kata-katanya itu, Barra diam saja seakan melupakan apa yang ia katakan dan terus mengabaikan Hafidz.

Barra menata buku-bukunya, membersihkan kamarnya dan menata kasurnya. Ia terus beraktivitas tanpa henti hingga kamarnya bersih. Itu sudah menjadi kebiasaannya. Jika kamarnya kotor atau kurang rapi, ia tidak bisa tidur tenang.

"Rajin juga lo. Tuh yang sana tuh rusuh."

Hafidz tersenyum tipis melihat Barra yang masih diam saja. Melihat Barra hendak tidur, Hafidz pun berdiri.

"Oke, gue pergi dulu. Tapi lo nggak akan bisa lepas dari gue. Gue bakal dateng lagi nanti."

Hafidz menatap sekilas Barra yang sudah bersiap menutup matanya. Perlahan, Hafidz mulai menghilang bersamaan dengan munculnya cahaya bulan yang masuk melewati jendela. Menyisakan keheningan dan semilir angin malam.

Setelah kepergian Hafidz, Barra membuka matanya dan bangun dari tidurnya. Ia meraih kursi bekas tempat duduk Hafidz dan merapatkannya ke meja belajar. Lalu kembali duduk termenung di atas kasur dengan segala pikirannya.

*****

"..Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor..."

"Hoaaaam."

Farel diam-diam menguap di sela-sela pelajaran sejarah. Untung saja bangkunya di barisan paling belakang. Pendapat sebagian besar pelajar yang mengatakan bahwa pelajaran paling membosankan adalah sejarah, Farel sangat menyetujui hal itu. Apalagi guru sejarah selalu tipe guru yang sudah tua dan mempunyai suara pelan. Sangat mendukung argumen tersebut.

Drrt drrt

Ponsel Farel bergetar. Dengan hati-hati, ia mengecek ponselnya. Aturan sekolah sangat ketat, siswa yang ketahuan membuka ponsel saat pelajaran akan di beri poin peringatan. Dan sayangnya Farel berada di kelas yang sangat patuh terhadap aturan.

"Aduh."

"Bar, Barra! Bar!" teriak Farel lirih.

Farel memanggil Barra yang duduk di depannya dengan Anva sembari menendang-nendang kursinya pelan. Sekeras mungkin ia tak mengeluarkan suara agar tidak ketahuan guru.

Hafidz Al-GhazaliWo Geschichten leben. Entdecke jetzt