#01 Sebatas Pernah

13 1 0
                                    


Kita pernah menjalani kisah indah bersama.
Merasa dunia hanyalah milik berdua, yang lain biarlah kita izinin ngontrak saja. Asalkan nggak ganggu aja yah.

Kita merasa begitu sangat saling menyayangi.
Merasa si paling tahu tentang masa depan dimana aku dan kamu akan menjadi kita selamanya. Dasar sok tahu yah kita, sok-sok an ngedahuluin takdir Tuhan. Lucu.

Tapi sekeren apapun kita merancang masa depan bersama, tetap saja skenario Tuhan yang kan jadi pemenangnya.
Sebesar apapun rasa cinta di hati kita berdua, tetap saja tak akan mampu melawan takdir yang telah tertulis lauhul mahfudz jauh sebelum aku ataupun kamu terlahir di muka bumi ini.

Semua hari-hari indah kita biarlah tetap menjadi kenangan yang indah.
Sebagai bukti bahwa kita pernah ada di masa itu.
Kenang saja yang indah-indahnya, yang sedih-sedihnya nggak usah. Ntar kamu sedih, kan kasian harus beli tissu lagi buat ngelap air mata dan ingusmu yang ikutan meler.

Eh nggak deng, air matamu lap saja pakai lengan bajumu. Biar simple dan hemat biaya, seperti katamu dulu padaku ketika aku menangis sejadi-jadinya karena nilai ulangan Matematikaku menurun dari 100 menjadi 90.
Aku masih ingat betapa sedihnya aku dihari itu. Serasa duniaku runtuh hanya karena secarik kertas.

Dulu kita lucu yah.
Aku sering tertawa bila mengingat kisah kita di masa itu.
Kamu yang setiap hari tak pernah absen untuk mengajakku nongkrong di kantin buk Nyoman dan makan bakso maknyos andalan di menu katanya.

Dan aku yang si ayok-ayok saja bila kau ajak. Toh asalkan bersamamu, keujung duniapun aku siap. Eeeaaakkk romantis kali kita dulu yah.

Setiap hari motoran berdua, duduk manis diboncenganmu menikmati desiran angin yang selalu saja menerbangkan hujung jilbabku.
Membuat jilbab yang sudah mati-matian kutata agar tegak paripurna sepanjang masa ini jadi meleyot kemana-mana, menyisakan bentuk yang tak karuan.

Ah, usahaku biar cantik sempurna dimatamu kan gagal. Tapi aku tetap saja cantik dimatamu, itu katamu setiap kali kukeluhkan perihal jilbab gagal paripurnaku itu.
Mulut manismu selalu mampu membuatku tersipu dan lupa seketika akan omelan-omelanku.

Kita pernah sesweet itu dulu. Kita pernah sedekat nadi hingga kini menjadi sepasang asing yang sejauh matahari.
Yah begitulah. Kita hanya sepasang pernah yang tak akan menjadi mungkin lagi.

TENTANG KISAHWhere stories live. Discover now