Batin 8

37 6 0
                                    

HAPPY READING

Jangan lupa vote dan komen ya!

***


Sejatinya rumah itu tidak selalu berbentuk bangunan. Tapi, rumah adalah tempat di mana kita mendapatkan kehangatan, kenyamanan, dan kebahagiaan dalam waktu bersamaan.

Karena rumah adalah tempat untuk kita pulang, tempat untuk kita merasakan kenyamanan dan kehangatan. Namun lain halnya dengan bangunan berbentuk rumah satu ini, pada malam hari yang sangat larut ini bangunan itu sangat bising. Sama sekali tak ada kenyamanan di dalam sana.


Starla keluar dari kamarnya saat mendengar suara gaduh di dalam kamar kakaknya. Gadis itu membuka knock pintu.

Menyaksikan semua perdebatan yang terjadi di depan matanya.

Aini menggelengkan kepalanya keras. Matanya sembab akibat air mata yang tak berhenti jatuh.

"Aini gak butuh belas kasih Ayah!"

"Kenapa kamu gak bilang sama Ayah dari awal?" pria paruh baya itu berjalan mendekat.

Gadis itu tersenyum kecut, "Untuk apa Aini ngomong sama Ayah? Toh Ayah sekarang gak peduli sama aku!"

"Tapi tidak seharusnya kamu merahasiakan masalah ini Aini!"

"Kalaupun Aini jujur sama Ayah apa Ayah akan peduli?! Selama ini Ayah gak pernah kasih perhatian lebih sama aku. Bahkan Ayah berhenti bertanggung jawab soal Starla! Jadi buat apa Aini ngomong sama Ayah?" mata gadis itu menatap penuh luka.

Pria paruh baya itu mengacak rambutnya frustasi. Masalah seperti tak berhenti datang di kehidupannya.

"Aini dengar, Ayah melakukan ini semua karena Ayah sakit hati!"

"Ayah pikir aku sama Starla gak sakit hati? Kita juga sakit, Yah! Sejak kejadian itu cuman tekanan batin yang Aini dan Starla rasakan! Terlebih sifat Ayah yang selalu kasar sama Starla."

"Kamu 'kan tahu kalau wanita itu telah mempunyai keluarga baru sedangkan Ayah? Ayah harus membesarkan kamu dan Starla sendirian. Ayah merasa ini gak adil," jelasnya.

"Jadi Ayah menyesal telah membesarkan aku dan Starla? Kalau memang hal itu membebankan Ayah. Aini dan Starla bisa kok hidup sendiri. TANPA AYAH!" tekannya.

"Tapi sekarang kamu sakit!"

"AKU GAK PEDULI KALAU AKU SAKIT! Asal Ayah tahu, bahkan rasa sakit yang aku dapatkan dari Ayah dan Bunda lebih menyakitkan dari penyakit yang saat ini aku derita!"

"Tapi penyakit Leokimia adalah hal yang serius Aini! Jangan pernah kamu main-main dengan penyakit itu!"

"Kak Aini sakit?" gumam Starla.

Ayah menoleh dan berjalan mendekat kearah Starla lalu mendorong tubuh gadis itu kasar. Tubuh mungil itu tersungkur keras di lantai yang dingin.

"Puas kamu sekarang?" Ayah menatap tajam Starla yang terduduk di lantai.

"Maksud Ayah apa?" gadis itu tak mengerti. Kesalahan dirinya apalagi yang ada di mata Ayahnya.

"Kamu masih tanya apa? Gara-gara kamu sekarang Aini sakit! Kalau dari awal kamu tidak manja untuk bersekolah, Aini tidak akan seperti ini!" pria itu menendang kasar tubuh Starla.

"Ayah stop! Berulang kali Aini bilang ini bukan salah Starla!" gadis itu memeluk tubuh adiknya yang bergetar karena takut.

"Sadar Aini! Kamu telah di butakan dengan sikap manja anak itu!"

Aini berdiri menatap tajam mata Ayahnya, "Ayah yang seharusnya sadar! Kapan Starla manja sama Ayah? Pendidikan itu penting, yah! Pikiran Ayah terlalu dangkal untuk tidak menyekolahkan Starla hanya karena dia bodoh!"

"Bagaimana bisa orang seperti Ayah bisa menjadi seorang pengusaha?" Aini menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Starla memegang dadanya yang terasa sakit. Semua yang Ayahnya katakan seperti racun yang melukai hatinya.

Gadis itu berlari keluar rumah tak tentu arah. Keadaannya sekarang seperti manusia yang tak memiliki tempat untuk pulang.

Starla terduduk lemas di tengah-tengah jalanan yang sepi. Rintik-rintik hujan mulai turun dari atas langit seakan mendukung kondisi Starla saat ini.

"AAARRGGHHH!!!" Gadis itu berteriak frustasi. Menangis sekencang-kencangnya untuk melampiaskan semuanya.

"SALAH STARLA APA?"

"BUNDA TINGGALIN STARLA!"

"AYAH GAK PEDULI SAMA STARLA!!"

"STARLA CAPEK!"

"STARLA HARUS APAA."

"Starla selalu salah di mata Ayah."

"Starla cuman mau Ayah peduli sama Starla," ucapnya melirih nyaris tak terdengar.

Hujan yang turun di bulan Juni ini menjadi saksi atas kerapuhan gadis itu.

Nyatanya Starla tak sekuat itu.

"Starla hanya ingin bahagia, hiks.."

"Tapi nyatanya dunia memang tidak ingin melihat kamu bahagia."

Gadis itu terdiam. Perlahan mendongakkan kepalanya. Lelaki itu, bukankah dia yang menerbangkan layang-layang kemarin malam?

Starla berdiri untuk melihat lebih jelas wajah lelaki itu, "Kamu siapa?"

"Gak penting," ucapnya singkat.

Tangan lelaki itu mengulurkan satu buah payung di hadapan Starla. Sedangkan tangan kirinya menggenggam payung lain untuk melindungi tubuh mereka.

"Ambil," ucapnya saat Starla tak kunjung mengambil payung yang ada di tangannya.

"Aku gak butuh payung itu," tolak Starla seraya memalingkan mukanya.

Lelaki itu menghembuskan nafasnya panjang, "Melihat sikap kamu yang kayak gini aku jadi miris."

"Maksud kamu?"

"Tanpa kamu sadari dengan kamu bersikap seperti ini sama aja kamu nyiksa diri kamu sendiri. Kamu kira setelah kamu teriak-teriak gak jelas kayak tadi orang-orang akan peduli sama kamu?" lelaki itu berdecih, "Nyatanya mereka gak peduli," lanjutnya.

Starla menundukkan pandangannya, "Kamu gak tahu rasanya jadi aku jadi jangan sok tau."

Lelaki itu terkekeh, "Kata siapa. Aku tau banyak tentang kamu," ucapnya seraya memandang pupil mata Starla.

Dapat lelaki itu lihat ada banyak luka di balik mata Starla. Mata gadis itu tidak bisa berbohong.

"Ambil," ucapnya sekali lagi.

Starla diam sesaat sebelum akhirnya mengambil payung biru dongker itu dan memakainya.

Lelaki itu berbalik arah meninggalkan Starla.

"Kamu itu sebenarnya siapa?" Starla angkat bicara. Jujur saja ia masih dibuat bingung dengan lelaki itu. Mengapa lelaki itu bersikap seolah mengetahui tentang kehidupannya.

Acuh tak acuh lelaki itu tetap melenggang pergi.

"AKU TAU KAMU JUGA BENCI SAMA PAPA KAMU 'KAN?" teriak Starla.

Kaki jenjang itu berhenti melangkah. Kembali menoleh kearah Starla yang berdiri di belakangnya.

"Kamu itu cuman cowok aneh yang mainin layangan di malam hari. Jadi jangan berlagak nasihatin aku kayak tadi!" ucap Starla lantang dari jarak yang jauh.

Lelaki itu menyunggingkan sudut bibirnya dan kembali melangkah pergi.

Starla menggeram kesal, "AKU AKAN CARI TAHU TENTANG KAMU!" teriaknya sekali lagi sebelum akhirnya sosok itu menghilang.

***

Tokoh baru

Kira kira siapa yaaa??

Spam Next?

Lopp yoouu ❤

Assalamualaikum

BatinWhere stories live. Discover now