Batin 4

36 25 8
                                    

"Sebelas tahun Bunda tinggalin Starla tanpa kabar. Starla capek, Bun... Starla capek, hati Starla sakit."
-Starla Imanuela-

________________________


10 tahun kemudian...

Pyarrrr

"STARLA!"

Seorang gadis remaja dengan rambut sebatas punggung itu menundukkan kepalanya dalam. Pria paruh baya di depannya membuatnya sangat takut.

"SUDAH BERULANG KALI AYAH MENGATAKAN BERHENTI SEKOLAH! NILAI MU ITU TIDAK SEBANDING DENGAN UANG YANG SUSAH PAYAH AYAH CARI!"

"Hiks...."

"Berhenti menangis!" bentak Ayah.

Starla menatap takut Ayahnya dengan mata berkaca-kaca, "A-ayah.. Maafin Starla.. Hiks.. Starla mohon.. Starla janji, setelah Ayah bayar ini semua, Starla akan memperbaiki nilai Starla yang turun.. Starla mohon, Yah.." gadis itu bersimpuh di kaki Ayahnya dengan air mata yang mengalir.

Ayah menyentak kakinya dengan kasar, tubuh kecil Starla tersungkur mengenai pecahan beling yang berserakan.

"Asal kamu tau? Saya tidak sudi membiayai sekolahmu!"

Starla kembali mencekal kaki Ayahnya, "Ayah.. Starla mohon..."

Ayah menghela nafasnya kasar, ia meraih sesuatu di dalam saku celananya dan melempar amplop berwarna putih tepat di depan muka Starla.

Starla menerima amolop itu dan membacanya dengan seksama. Ia meggelengkan kepalanya keras, "A-ayah di pecat?"

Ayah menunduk menatap muka Starla yang basah akibat air mata, "Puas kamu sekarang?! Mulai hari ini makan dan biayai kebutuhan sekolahmu sendiri! Saya sudah tidak lagi mampu menanggung kebutuhan kamu!"

"Tapi bagaimana dengan biaya ini, Yah?" ucapnya lirih.

"AYAH TIDAK PEDULI!"

Brakk!

Pria paruh baya itu menendang keras kursi di depannya dan berlalu meninggalkan Starla di meja makan.

Starla memejamkan matanya erat. Gadis itu kembali menangis dalam diam. Ia harus bagaimana sekarang, dimana ia bisa mencari uang untuk biaya sekolahnya?

"Hiks.. Bunda..."

•••

Pria paruh baya itu menyunggingkan bibirnya di meja kebanggaannya. Tangan kirinya sibuk memutar-mutar kunci mobil sedangkan tangan kanannya memegang ponsel yang masih menempel di telinga.

"Terimakasih, berkat bantuan kamu putri saya percaya kalau saya di pecat dari perusahaan ini," bibirnya dengan santai mengatakan hal itu.

Seseorang di sebrang sana tertawa kecil, "Bodoh sekali dia, bukankah perusahaan itu milik Bapak? Bagaimana bisa Bapak di pecat. Cih, gadis malang."

Reno tertawa renyah sebelum akhirnya sambungan telepon itu terputus.

Matanya menatap bingkai foto Starla yang terletak di meja kerjanya, "Kalau bukan karena ulah Bundamu, Ayah tidak akan melakukan ini."

***

Siang ini, Starla tengah termenung di dalam kamarnya. Wajahnya ia sembunyikan di balik lipatan tangan. Gadis itu merasa pusing dan penat.

BatinHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin