27•Adnan's Dark Side

149 74 9
                                    

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼07~

Jerome jadi penyemangat Namira yang ingin mencoba kembali test kuliah. Untuk pekerjaannya sendiri sudah Namira diskusikan pada Wira selaku manager, dan dari pihak cafe tak mempersalahkan itu selama bisa me-manage waktu sebaik mungkin.

Jerome banyak bantu Namira buat nyiapin berkas dan segala keperluan untuk daftar kuliah. Bahkan juga memberikannya sebuah buku seputar tes perguruan tinggi untuk ia pelajari.

Jerome mengirimi makanan untuk penyemangat Namira ikut Tes Potensi Akademik.

Tiga jam menggeluti soal-soal dan Namira hanya dapat menghitung kurang dari sepuluh soal tentang nomeric. Perhitungan yang menyebalkan tapi ia tetap bersikeras memasuki jurusan yang tak akan melewatkan hitungan.

Namira memang selalu seperti ini ketika mengikuti ujian, belajar mati-matian namun ketika melihat soal otaknya seakan berhenti berpikir.

Berusaha tenang dengan sedikitnya waktu tersisa dan banyak belum di jawab. Mengingat pesan Jerome yang tak semua soal harus terjawab dan menggunakan strategi prioritas yang dimengerti untuk tes kali ini Namira merasa jauh lebih baik.

Mengingat ia sudah memiliki Jerome, maka akan ia adukan hal ini pada kekasihnya itu. Hal-hal kecil dari menyenangkan sampai menyebalkan kini sudah ada tempatnya untuk mengadu.

~••~••~••~

Namira memang tak mengambil jatah liburnya untuk tes hari ini namun ia hanya menukar shift kerjanya. Kebosanan sendiri di rumah tanpa kerjaan juga Jerome yang sedang sibuk, Namira memutuskan untuk pergi ke cafe lebih awal.

Meski lumayan jauh namun dengan cuaca mendung penuh kesejukan membuat Namira memilih untuk berjalan kaki, menikmati udara meski tercampur polusi.

Berjalan penuh pemikiran kalut, bayangan kembali kecewa seperti hasil yang didapat sebelumnya membuat Namira berusaha menenangkan diri untuk tak kembali hilang percaya diri.

Berjalan pelan di trotoar yang sepi, sebuah motor melintasi sebuah kubangan yang membuat Namira terciprat airnya.

Ingin mengumpati si pengendara namun ketika helm itu terbuka Namira kembali menutup rapat mulutnya.

"Lo ngapain sih?" tanya Adnan tanpa sadar meninggikan suaranya.


"Jalan." Adnan merasa salah bertanya namun dengan perasaan hati yang kacau rasanya laki-laki itu ingin mengamuk tapi juga diliputi rasa bersalah.

"Tunggu gue di kursi sana."

"Buat apa?"

"Gak usah banyak tanya. Gue mau cari parkiran dulu."

Tak sampai lima menit berlalu Adnan sudah duduk disampingnya dengan tisu basah kecil yang disodorkan pada Namira.

"Sepatu lo kotor. Sorry gue gak sengaja."

"Oh iya, gapapa kok."

"Namira, gue minta maaf ya."

"Gapapa, Adnan. Sepatu gue udah bersih juga kok ini, makasih ya tisunya."

"Bukan tentang ini."

"Terus minta maaf buat apa?"

"Maaf gue udah ngehalangin hubungan kalian. Maaf buat sikap judes gue yang gak terima lo jadi pacarnya Jerome."

"Jerome bener, seharusnya gue gak bersikap se-childish itu. Tapi, Ra, gue cuman gak mau kehilangan waktu lebih banyak lagi sama temen-temen gue."

"Sekarang gue yakin buat relain Jerome buat lo. Jangan sakitin dia ya, dia udah gue anggap lebih dari saudara sendiri, gue siap pasang badan jadi garda terdepan selama itu buat dia."

"Jerome seberharga itu buat gue, Ra. Dia orang pertama yang ulur tangan di titik terendah gue. Kalau gak ada Jerome gue pasti udah ikut mati bareng jiwa yang lama." Namira tak menyangka Adnan sampai menangis meski laki-laki itu berusaha menyangkalnya.

Adnan yang kasar ialah benteng perlindungan diri dari masa lalu menyakitkannya. Keluarga berantakan dengan Ayah yang suka main tangan dan Ibu yang meninggalkan pergi dengan selingkuhan.

Adnan terjebak dalam kelamnya masa lalu hingga berdampak pada rasa percayanya ke wanita di masa kini. Adnan tersiksa namun untuk sembuh tak semudah itu. Berdamai dengan keadaan tanpa melupakan luka yang membekas.

"Aku juga minta maaf dipertemuan terakhir kita bersikap kurang ajar begitu."

"Wajar, Ra. Gue jadi lo mungkin langsung tonjok."

"Berarti sekarang kita damai ya?"

"Iya, teman."

Setiap orang menyimpan lukanya masing-masing, kepribadian palsu yang terbentuk sebab didewasakan kejamnya keadaan. 

Namira tak sendiri, bersyukur lagi bisa berdamai dengan dirinya tanpa mengulik lebih dalam luka lama.

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼07~

Pamit✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now