Papaku, Kekasihku 3

En başından başla
                                    

Papa meremasnya sambil bibirnya mencumbu putingku. Aku harus menekan pundak Papa karena lututku mendadak berubah lemas.

Cumbuan Papa membuatku bernafsu. Aku mengerang saat ciuman Papa turun ke perut. Papa membuka kancing celanaku dan menurunkannya, begitu juga dengan celana dalamku. Papa tidak melepas ciumannya sedikit pun.

"Pa..." desahku.

Papa membopongku lalu merebahkanku di tempat tidur. Aku sudah telanjang sementara Papa masih berpakaian lengkap.

Tatapan Papa terasa membakar. Papa mengangkat kakiku. Lidahnya menjilati kulitku, dari ujung kaki hingga berhenti di pangkal paha. Papa mengulangnya di kaki kananku. Sementara itu, aku hanya bisa mendesah menikmati sensasi yang diberikan Papa. Cara Papa memperlakukanku begitu lembut, membuatku terangsang.

Aku yakin kewanitaanku sudah basah.

Papa mengkonfirmasi dugaanku. "Kamu sudah nafsu banget, ya. Sampai basah begini."

Aku cuma bisa meracau untuk meningkahinya.

Papa berada di antara kedua pahaku. Kakiku ditopang ke pundaknya.

Aku terkesiap saat lidah Papa menjilati klitorisku. Sementara lidah Papa menyerang kewanitaanku, tangannya meraba di sekujur tubuh. Ini bukan hal baru. Sudah tidak terhitung berapa kali Papa memuaskanku dengan lidahnya, selalu ada sensasi baru saat Papa melakukannya.

"Pa, aku mau dipuasin lagi," desisku.

"Malam ini Papa enggak pakai jari. Kamu akan ngerasain kontol Papa mengoyakmu sampai enggak bertenaga," janji Papa.

"Yes. Aku mau kontol Papa. Sekarang."

"Sabar, Sayang. Kita punya banyak waktu. Papa mau mastiin kamu beneran siap menerima kontol Papa."

Aku sering dengar. Katanya pengalaman pertama akan terasa sakit. Ada ketakutan dalam hatiku, tapi dikalahkan oleh keinginan yang menggebu.

Tubuhku meronta saat hisapan Papa semakin keras. Ciumannya makin tak terkendali. Papa juga meremas payudaraku. Jarinya memelintir putingku hingga terasa perih. Aku melengkungkan tubuh untuk menyambut rasa puas.

Aku meneriakkan nama Papa saat sampai di puncak nafau.

Papa melepaskanku. Aku terkesiap saat melihat Papa melepas pakaiannya. Papa terlihat begitu seksi. Nafsuku kembali terpanggil saat melihat dada bidang Papa yang menggelap karena dipenuhi bulu. Papa punya tubuh tegap, dada lebar berotot, dan perut rata dengan kotak-kotak menggiurkan. Mataku menyusuri rambut yang ada di perutnya dan membentuk satu garis lurus hingga menghilang ke dalam celana. Papa tidak melepaskan tatapannya dariku ketika dia meloloskan celana.

Papa telanjang di depanku.

Kejantanannya mencuat dengan gagah. Besar dan perkasa.

Aku menelan ludah. "Pa..."

Lidahku kelu. Otakku blank. Tubuhku dikuasai nafsu untuk segera bercinta dengan Papa.

Papa bergabung denganku di tempat tidur. Bibirnya mengunciku. Tangannya meraba sekujur tubuh hingga berhenti di kewanitaanku. Rasa lengket yang kurasakan menandakan aku sudah sangat siap untuk Papa.

"Papa pelan-pelan, ya. Bilang kalau sakit, jangan dipaksakan ya."

Aku mengangguk.

Papa mengambil kondom dan memasangnya.

"Pakai kondom banget?" Tanyaku.

"Let's have safe sex."

Aku tersenyum. Itu bukan masalah besar. Kondom itu menunjukkan bahwa Papa peduli padaku.

Woman's NeedHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin