Birthday Girl 2

Magsimula sa umpisa
                                    

Aku menutup pintu kamar dan berlari menghampirinya. Aku pun menghambur ke pelukannya.

"Aku pikir Om enggak datang ke pestaku."

Om Andrew terkekeh. "Ya pasti datanglah. You are my favorite girl."

His favorite girl. Aku tersenyum lebar di depannya.

"Mana kadoku?"

Alih-alih menjawab, Om Andrew menciumku. Lengannya yang kokoh melingkari pinggangku, membuatku menempel dengan erat di dadanya. Om Andrew menciumku dengan dalam dan penuh nafsu, lidahnya membelitku, membuaiku untuk merasakan lebih dari sekadar ciuman.

"Om enggak mau merusak gaunmu," bisiknya di sela ciuman.

"I don't care." Aku bahkan enggak peduli dengan pesta. Satu-satunya yang kuinginkan adalah merasakan penis Om Andrew di dalam tubuhku.

He's ... hard. Aku bisa merasakan penisnya yang tegang dan keras dan menusuk perutku, meski masih terhalang celananya.

Om Andrew memutar tubuhku, hingga aku bersandar ke dadanya. "Om punya kado spesial untukmu."

"Apa?" Tanyaku. Suaraku terdengar serak karena sudah dipenuhi nafsu.

Om Andrew tidak menjawab pertanyaanku. Bibirnya menciumi leherku dengan lembut. Mungkin dia enggak mau meninggalkan bekas yang bisa menimbulkan tanda tanya.

Malam ini aku memakai strapless dress dengan potongan pas. Sebagian payudaraku tersembul, sementara dari bagian pinggang ke bawah, gaun itu memiliki potongan melebar. Om Andrew menarik turun gaun itu, menampakkan payudaraku yang tidak ditutupi bra sebab ada pad yang menempel di bagian dalam gaun sebagai pengganti bra.

Putingku ternyata sudah mengeras.

Om Andrew mengangkatku hingga duduk di atas meja rias. Dia menggeser peralatan makeup, beberapa berjatuhan ke lantai. Aku terkesiap saat melihat lipstikku patah.

"Om, lipstikku Dior."

"Om bisa beliin lipstik yang lebih mahal lagi," bisiknya.

Aku tidak lagi protes karena Om Andrew sudah mencumbu payudaraku. Satu tangannya meremas payudaraku dengan hebat, sesekali dia menjepit putingku dengan dua jari, memutar-mutar dan memelintir, juga menariknya sehingga menimbulkan rasa perih yang nikmat. Sementara bibirnya memanjakan payudaraku yang lain. Lidahnya menyapu putingku yang sensitif. Sesekali dia mengulum payudaraku sebanyak-banyaknya, lain kali dia memberikan gigitan kecil di putingku.

Seakan itu belum cukup, tangannya yang bebas menyelip ke balik gaunku. Dia menyingkap celana dalamku, lalu menyentuh klitorisku yang membengkak.

"Om..." jeritku, meningkahi dorongan nafsu yang makin menguasaiku.

Aku bisa merasakan diriku basah oleh cairan kewanitaanku sendiri. Cuma Om Andrew yang bisa membuatku begini.

Om Andrew menekan dan mengusap klitorisku dengan ibu jarinya. Aku terkesiap saat dia melesakkan jarinya ke lubang kewanitaanku. Satu jari tidak cukup, aku merasakan dua jarinya tenggelam di dalam tubuhku, saling berpacu memberikan kenikmatan kepadaku. Sementara ibu jarinya memberikan stimulan di klitorisku. Juga bibirnya yang melumat payudaraku, dan tangannya yang terus memanjakan payudaraku.

Ini sangat intens.

Aku tidak bisa bertahan lama.

Aku bergerak gelisah sambil menerima semua serangan itu. Tindakanku membuat Om Andrew semakin mempercepat gerakan jarinya di tubuhku.

"Om ... aku enggak kuat. Please..." rintihku. Sejak tadi, aku meneriakkan nama Om Andrew. Untung saja musik di luar lumayan kencang, sehingga teriakanku tenggelam.

Woman's NeedTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon