3 [ Januari 1999]

Start from the beginning
                                    

Sang pemilik nama yang berarti penguasa udara kini tengah duduk di bawah pohon rindang.  ia Biantara atau yang biasa kita sebut dengan Tara. Tara tengah menatap anak anak yang bermain tenis di lapangan. Itu adalah cara mereka menghabiskan waktu istirahat di sekolah,  bermain bersama, canda tawa.

Sudah hampir satu jam Biantara duduk di bawah pohon, ia beranjak pergi dan berniat berjalan jalan dekat club melukis. Bukan tidak sengaja, Tara  sudah berniat ingin berjalan jalan dekat club melukis untuk apa?  Melihat seseorang.


"dhèwèké nang ngendi" (dimana dia?) ujar tara sembari celingak celinguk mencari seseorang.

Sepertinya tuhan sedang memberi kesempatan, seseorang yang ia cari muncul, tentu wanita itu adalah Nayanika. Gadis dengan mata indah dan rambut hitamnya.

Tara berjalan mendekat, pura pura tidak sengaja melewati club melukis. Seperti yang Tara impikan,  Naya memanggil nya.  kalau kata orang orang jaman dulu Jodoh gak akan kemana.

"ehh Tara" panggil Naya semangat dengan suara khasnya.

Tentu dengan sigap Tara menolah. Hal seperti ini jangan ia sia siakan. "ahh iya Naya"

"lagi apa kamu disini  Tara? " tanya Naya

"aah ini, aku cuman jalan jalan bebas, cari udara segar" Bohong Tara.  tentu saja niat utamanya ingin melihat Naya. modus anak anak.

"ohh gitu, kalau gitu ayo ikut aku Tara" seru Naya, mengajak Tara mendekat ke club Seni.

Tara tidak menolak  ia mengikuti Naya. Ruangan dengan ukuran yang cukup luas, di cat dengan warna putih polos ada banyak sekali hasil karya, mulai dari lukisan, patung, atau karya semacamnya. Tara terkagum, seindah itu Sebuah Seni.

Tara duduk di sebuah kursi yang memang di letakkan disana dan Naya, ia sedang merapikan beberapa Lukisan di tengah Naya yang merapikan Lukisan, Tara mendekat untuk membantu.

"Ini semua lukisan kamu Naya? " Tanya Tara pada Naya. sembari meletakkan lukisan lukisan.

"hmm gak semua, beberapa ada punya senior kita yang lama, lalu adik kelas, dan yang lain" jawab Naya. Tara hanya mengagguk.

"oh ya lukisan Ibu Kartini kamu gimana Naya? "

Sudah selesai Lukisan di pindahkan, Naya langsung mengambil satu buah lukisan Besar yang indah dengan warna warna. Ia meletakkannya lalu duduk pada sebuah kursi.

"lihat Tara, lukisannya sudah jadi" Lukisan yang baru Naya telakkan adalah lukisan yang Tara tanyakan.

"apik tenan" (sangat bagus)  puji Tara

"lihat Tara, gambaran ibu Kartini itu sangat menggambarkan baliau, cantik, pandai, berani" puji Naya

"kamu suka melukis? " tanya Tara pada Naya.

"aku suka, kalau melukis aku bisa banyak mengapresiasikan banyak hal.  kamu lihat semua lukisan ini setiap lukisan memiliki banyak makna" Tara memandangi lukisan tersebut satu persatu dari kejauhan.

"pelukis melukiskan karyanya bukan hanya sekedar melukis, melainkan untuk mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya. baik sedih, haru, bahagia, dan lain sebagainya.  Namun tidak semua orang dapat melihat rasa itu. Tara, jika seseorang mencoba mendalami lukisan tersebut, memasukkannya kedalam hati,  pasti ia dapat merasaknnya"

Naya menjelaskan setiap lukisan mulai dari makna, perasaan, pembawaan.  Dengan tenang dan lembut.

"lalu yang kamu suka apa Tara? " tanya Naya pada Tara.

"Puisi" jawab Tara

"puisi juga memiliki pembawaan perasaan bukan? " Tanya Naya

"iya, puisi juga menjadi tempat mengungkapkan perasaan dan isi hati"

"kalau begitu.  suatu saat tolong ungkapkan perasaan yang kamu rasakan Tara, dan tunjukkan hasil puisi itu padaku"

Tara memandang kedua manik mata Naya dengan dalam.  tanpa Naya minta perasaan tersebut sudah ada, dan mungkin di tengah diamnya Tara yang menatap Naya ia tengah membuat bait bait Puisi.

*****

"ana parade, ayo padha ndeleng" ( ada parade, ayo kita lihat) ajak Runi pada Tara. Tara tengah sibuk dengan cucian piring di dapur,  hari ini adalah jadwal Tara cuci piring.

"ora,aku sibuk" jawab Tara dari dapur.

"ora suwe" (tidak lama)  pujuk Runi pada tara sembari berjalan ke arah Dapur  menemui mas Taranya.

"kamu udah gede, ngapain lihat parade" oceh Tara.

"ih sok gede kamu mas, mas yakin gak mau lihat parade?"

Tara nampak berfikir lamat lamat lalu ia menjawab. "yasudahlah,  ayo"

"yihii" sorak Runi gembira.

Suasana sore yang begitu Ramai dikarenakan adanya parade,  baik ibu ibu, anak anak, nenek,  kakek, semua datang meriahkan parade ini.

Runi tampak betjinjit jinjit untuk melihat parade, bukan karna ia pendek,  melainkan sangat banyak orang disini, dan berdesakan juga.

Tara yang melihat adiknya sedari tadi kesusahan, ia segera menggapai tangan Runi dan mengajak Runi kedepan, alhasil Runi dapat melihat lebih jelas dan baik.

Satu jam telah berlalu, Tara mulai mengajak Runi Untuk pulang, matahari akan tenggelam.

"Runi, Ayu mulih" ajak Tara.

"sebentar mas lima belas menit lagi deh," Tara hanya mengagguk.

"mas, terakhir kali lihat parade bersama bapak. hfuuh,  sudah tiga tahun yang lalu ya mas, sudah lama" ujar Runi tiba tiba, Tara langsung mendengarkan.  melihat  Raut wajah sang adik yang sendu.

"lihat mas itu dia datang bersama bapaknya, ibunya juga, semoga dia bahagia terus mas" ujar Runi kembali, sembari melihat seorang anak perempuan yang di gendong di atas pundak bapaknyanya. Dan ibunya di samping sang bapak.

Melihat tersebut Tara tersenyum. ia jadi ingat dahulu selalu berebut dengan Runi Untuk naik di atas punggung bapak. Biantara dari belakang memeluk adiknya.

"kalau rindu bapak, Runi. bisa doa bapak nanti senang" ujar Tara.

Kini Tara dan Runi tengah berjalan untuk pulang,  di saat mereka berjalan Tara melihat Naya di tengah keramain. Mata yang sungguh jeli.

"mas lihat siapa? " tanya Runi heran

"ee engga siapa siapa"

"halah bohong, siapa mas?  Pacar mas ya? Atauu mantan mas? " tanya Runi heboh.

"Cangkemmu"

"hehehe,  tuh kan  gak salah Runi mengajak mas lihat Parade.  mas ketemu jodoh kann hahaha" tawa Runi.

- Romansa 1999
_________

Ada pesan khusus inii dari Runi buat para reader's luv luv

Ada pesan khusus inii dari Runi buat para reader's luv luv

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dari Runi untuk para reader's terkece.

"jangan lupa vote komennya yah temann, nanti ketemu di bab selanjutnyaa,  masih Runi pantau ya.."

Salam sayang Arunika Amerta ♥

Romansa 1999Where stories live. Discover now