"Anak kecil gak usah ikut-ikutan!" sahut Ryena membuat laki-laki itu melotot dan berlagak ingin menonjoknya. Ryena cuma menjulurkan lidahnya.

Klek!

Pintu terbuka lagi. Masuklah Naya dengan sekantung plastik besar minuman dan camilan pesanan Juna. Laki-laki itu menyuruh Naya membeli segala macam sebelum datang ke markas.

"Ini." Naya meletakkan belanjaan pesanan Juna di atas meja.

Laki-laki itu langsung mencari sesuatu di dalam sekantung belanjaan yang dibawa Naya. Dikeluarkannya susu strawberry beserta sedotan plastik dari sana. Ia menusukkan sedotan itu sebelum memberikan susu strawberry tersebut ke Ryena. Sesaat kemudian ia meneguk cola kalengan dingin yang diinginkannya sejak tadi.

"Buat lo aja. Gue kenyang," ucap Ryena seraya menyodorkan susu strawberry yang belum ia minum sama sekali pada Naya.

Sempat terdiam sejenak, Naya tetap menerimanya. "Makasih," ucapnya seraya tersenyum.

Ryena cuma mengangguk. Sementara Juna yang masih duduk di sampingnya kelihatan sedikit heran. Padahal Ryena sendiri yang tadi mengatakan ingin susu strawberry. Tapi kenapa ia malah memberikannya pada Naya?

"Anjrit! Si Noel Kazama itu satu geng sama si Arthur?"

Atensi mereka semua tertuju ke Raehan yang terlihat melotot dengan atensi tertuju ke layar ponselnya. Arthur adalah saingannya. Mereka sama-sama sedang mendekati salah satu siswi SMANSA bernama Dyandra.

"Iya. Mereka satu geng. Udah temenan dari kecil. Noel, Arthur, Yudha, Haryan, Kei, Taro, Hiro. Oh iya, Cio juga sering bareng mereka dari dulu," ujar Ryena. Arsen Shiho atau yang biasa dipanggil Cio, yang satu kelas dengan Naya, Raehan dan Bagas memang tinggal di komplek perumahan yang sama dengan Ryena.

"Jun, please banget lo gak boleh kalah! Bisa anjlok harga diri gue di depan si Arthur, kalau lo kalah dari si Noel!" ucap Raehan lagi.

"Sans. Ya kali Juna kalah," ucap Aji.

"Jadi nanti sore langsung ke sirkuit?" tanya Bagas, dibalas anggukan oleh Juna.

"Gak usah ngumpul di sini dulu dah. Langsung aja ngumpul di parkiran ya," ucap Shafiq. Yang lain mengangguk setuju.

"Entar lo anterin Ryena balik dulu, baru nyusul ke sirkuit." Juna memerintah Daniel.

"Gue mulu anjir! Sekali-kali suruh yang lain kek! Atau dia naik ojol aja, kan bisa!" protes Daniel, karena sering jadi suruhan Juna untuk mengantar jemput Ryena selama ini.

Juna menyahuti protesnya itu dengan singkat, padat, jelas. "Gak usah protes!"

"Juna ..." Naya tiba-tiba bersuara, dengan takut-takut. Yang dipanggilnya cuma menoleh dengan wajah tak ramah. "... Aku boleh ke kelas, nggak? Mau baca-baca materi Biologi. Soalnya setelah ini ada ulangan harian."

"Boleh. Ke kelas aja," ucap Ryena, mendahului Juna yang baru akan menyahuti izin gadis itu.

Senyum Naya merekah. Ia hendak berbalik dan pergi, tapi suara Juna menahannya. "Sore nanti langsung ke parkiran. Lo harus ikut ke sirkuit!"

"So-sore ini?" tanya Naya, ia langsung terpikir sesuatu. "Aku harus langsung pulang sore ini-"

"Wow, udah berani ngelawan ya babu gue yang satu ini ..." ucap Juna sinis.

Naya mana berani membantah lagi. Karena itu, ia terpaksa mengiyakan meski sebetulnya sore ini ia harus langsung pulang karena suatu alasan.

Sementara itu,
Juna kembali membuka ponselnya setelah hanya tersisa dirinya sendiri di markas. Ia mengirim pesan pada Noel yang tadi sempat terurungkan gara-gara rengekan Ryena.

Babu || Kim Junkyu (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang