3. Dia dan rasa asing

26 3 2
                                    

Bruk!

"Akh! Bajingan ini! Apa lagi mau mu?" Tangan Silvanna tampak memerah di buat nya. Satu tangan nya membenarkan tatanan rambut nya, sementara satu nya lagi ia kibas kibaskan.

"Hentikan melakukan itu! Kau benar benar selalu mengganggu kedamaian sekolah ini!" Gertak nya. Silvanna terkekeh kecil kala mendengar itu.

Dia menyeka bahu pria itu, kemudian menepuk nepuk nya sambil tertawa licik. Helaan nafas nya terdengar begitu kentara, membuat suasana semakin mencekam.

"Aku? Menganggu? Dengar kan aku. Tak ada yang bisa menghentikan ku, kau, guru guru, bahkan pemilik sekolah sekali pun. Aku menyukai sekolah ini, jadi aku mendapat kan nya. Paham?" Lagi lagi Silvanna tersenyum miring. Satu tangan nya mengeluarkan beberapa uang kertas, kemudian melemparkan nya tepat di depan wajah Nathan. "Bay, sampai jumpa di eum? Entahlah."

Ia berjalan meninggalkan Nathan dengan uang yang beserakan di sekitar nya. Derapan langkah nya terdengar menggema di seluruh lorong.

Langkah nya bak seorang model yang tengah berjalan di karpet merah. Apapun yang di lalui nya, orang orang harus menyingkir, karena karpet merah tak terlihat itu hanya dia yang boleh melewati nya.

Dugh!

"Eugh?! Siapa ini!" Silvanna tak sengaja menabrak punggung seorang gadis yang tengah berdiri di depan nya.

"Ah?! Maafkan aku! Aku tak tau --- Silvanna?" Mata nya berbinar kala melihat Silvanna. Gadis berambut blonde itu tengah memandangi Silvanna dengan penuh semangat.

"Ya? Itu nama ku. Menyingkir kau!" Silvanna mendorong bahu gadis itu, membuat nya hampir terjatuh dari posisi nya.

Tanpa memerdulikan tatapan menyedihkan dari gadis itu, Silvanna terus berjalan. Tak perduli apa yang orang katakan tentang nya, dia tetap lah dia. Silvanna, si penguasa sekolah, apapun yang dia katakan akan menjadi peraturan terbaru di sekolah itu.

Di ujung lorong terlihat ketiga teman nya itu tengah berdiri, bersandar di balkon menatap ke lapangan sekolah yang di isi oleh para siswa dan siswi sekolah yang menjalani tugas mereka masing masing.

"Lihat si kembar Paxley itu, lalu sepupu nya si Paxley lain. Mereka lagi lagi sok baik. Ah tidak, Eren ku memang baik!" Ujar Guinnever menunjuk kearah tiga orang pria yang tengah membantu membereskan lapangan.

"Hei kalian, aku akan pulang terlebih dahulu. Aku benar benar muak untuk bersekolah hari ini, terlebih melihat wajah si penggila sains itu," gumam Silvanna sembari memelintir rambut nya di jari.

"Dia dan si kembar Paxley itu benar benar cocok, para munafik," sambung Guinnever lagi.

"Ah? Munafik? HEI KALIAN MUNA --- PFFT!" Kala Floryn hampir berteriak, kedua teman nya---Silvanna dan Guinnever---langsung membekap mulut nya.

"FLORYN!"

"Gadis bodoh," gumam Miya sembari menghela nafas kasar.

"Ayo pergi," ajak Silvanna kepada ketiga teman nya.

Ketika Silvanna, Miya, dan Guinnever telah berbalik dan hendak pergi, Floryn tampak masih berdiri di sana. Dia melambai kearah tiga orang pria yang tengah membereskan sampah di lapangan, sambil tersenyum kecil.

"Dah! Munafik!" Ujar nya dengan senyuman lebar dan polos nya, lalu dia kembali berjalan menghampiri ketiga temannya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Krriet~

"Aku pulang," ucap Silvanna sembari memasuki mansion mewah milik keluarganya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lu Miè Re DarlingWhere stories live. Discover now