11. Beautiful things

383 50 36
                                    

Warning!
Diharapkan kebijakan dalam membaca.


Acara movie yang disambungkan ke televisi akan segera mulai. Iya, Jiya mengajak Yoongi Netflix and Chill saja daripada mati kebosanan berada dalam rumah. Padahal niat sebelumnya Jiya ingin berjalan-jalan mumpung Yoongi ada di Seoul. Ya sudah, tidak apa-apa. Begini juga tidak buruk asal berdua dengan Mr. Min.

Dari arah dapur, Jiya datang membawa beberapa bungkus popcorn untuk teman cemilan mereka. Duduk disamping Yoongi adalah pilihan tepat sebelum pria itu menarik lengan Jiya dan menuntun pinggulnya agar Jiya bisa duduk diantara dua kaki Yoongi yang terbuka.

"Duduk disini saja." Bisik Yoongi dengan suara baritonnya.

Sudut-sudut bibir Jiya tertarik ke atas merespon ucapan sang pacar. Baiklah, duduk berdekatan dengan Yoongi seperti ini adalah defenisi bentuk kenyamanan yang sesungguhnya.

Jemari Yoongi saling bertaut memeluk perut kecil gadis dihadapannya. Sembari sesekali menghirup harumnya rambut Jiya, hatinya terasa begitu bahagia karena bisa merengkuh tubuh mungil ini. Tubuh mungil yang sebentar lagi akan menjadi miliknya utuh.

"Kakak sudah pernah menonton film ini?" Tanya Jiya pada Yoongi tentang movie yang menunjukkan Lana condor sebagai bintang filmnya.

"Sepertinya belum." Tentu saja untuk yang satu ini Yoongi berbohong sedikit. Dia tidak mau membuang waktu untuk mencari film mana yang pas untuk mereka tonton. Sebelumnya film yang sudah mereka putar ini, memakan waktu satu jam agar berhasil menarik perhatian Jiya.

Sejujurnya film To all the boys i've loved before ini sudah ada lebih dari satu kali Yoongi menontonnya.

Keduanya lanjut menonton dengan khidmat, sesekali Yoongi menerima suapan popcorn yang diberi Jiya. Sedikit-sedikit Yoongi memasukkan jemari Jiya ke dalam mulutnya ketika ia dengan santai menerima suapan popcorn tersebut.

Baru sepuluh menit berlalu, tapi Jiya sudah merasakan ada yang berbeda. Jantungnya mudah berdebar kalau sudah memikirkan Yoongi, ditambah dengan situasi seperti ini. Bayangkan saja, dirumahnya sedang tidak ada orang. Jiya hanya berdua dengan seorang pria dewasa. Meski mereka ada diruang tengah, namun ruangan ini minim cahaya. Sengaja, karena sedang menonton film, biar terkesan menonton dalam studio bioskop. Mana posisi duduk mereka seperti ini pula.

Kalau tadinya aman-aman saja, tidak dengan sekarang. Jiya mulai merasa tidak aman, tapi tidak mungkin berpindah tempat duduk. Nanti Yoongi banyak bertanya, dan Jiya yang loadingnya keterlaluan ini tidak tahu mau menjawab apa. Satu-satunya harapan yang Jiya harap adalah, semoga film yang mereka putar tidak mengandung adegan dewasa.

Sungguh, saat ini Jiya sungguh tidak bernyali. Entah kemana perginya keberanian yang ia miliki selama ini.

Tiga puluh menit berlalu, tidak ada terjadi apa-apa pada sepasang itu. Sejauh ini adegan di film hanya sebatas ciuman biasa. Karena sudah merasa nyaman, Jiya menyandarkan kepala ke dada Yoongi. Ia juga mengangkat kedua kakinya ke atas sofa, kebiasaan yang Jiya miliki. Yoongi hanya mengusap rambut dan mengecup pucuk kepala Jiya melihat gadisnya begitu manja.

"Jiya tidak punya celana panjang ya?" Karena melihat kaki Jiya diantara kedua kakinya, fokus Yoongi sekarang ada dipaha Jiya yang menawan. Lumayan bisa untuk mengalihkan fokusnya dari film yang sedang mereka tonton.

"Punya kok."

"Tapi aku tidak pernah melihatmu memakai celana panjang. Ini musim hujan, jangan terlalu sering memakai pakaian minim begini. Sudah tahu gampang terserang sakit. Tidak dengar kalau di luar sedang hujan, heum?"

Aduh.. Jiya kesal kalau Yoongi sudah di mode orangtua begini. Sudah seperti ocehan Mamanya. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Harusnya diam saja menikmati film. Iyakan?

Marry You, Marry MeWhere stories live. Discover now