Tamu Ngak Di Undang

398 22 7
                                    

Hari ini kebetulan entah dari mana Sekolah bisa-bisanya ngadain porak dadakan. Biasanya timnya sekelas-sekelas kali ini di gabung beda kelas bahkan beda angkatan.

Kali ini saja Tsukasa sekelompoknya dengan An dan Toya. Sedangkan Mizuki dengan Nene dan Ena. Lalu Rui dengan Akito dan entahlah siapa lagi.

"Yatta! Lihat ini Mijuk! Gue kebagian sama siapa?" An memperlihatkan list nama kelompok.

"Eh? Jir! Lu kok bareng Senpai? Lah... curang sih ini..." Tunjuk Mizuki pada An.

"Ngak lah! Ini namanya keberuntungan! Lagian... lagian yang kocok namanya bukan komite kedisiplinan tapi pak wakasek..." Sanngkal An.

"Kalau curang ya curang aja!" Tuduh Mizuki.

"Jirlah gua gak curang!" Sangkal An.

Akhirnya kedua cewek itu gelut di lapangan.

"Itu dua macan asia kenapa?" Tanya Akito melihan An dan Mizuki aneh.

Biasanya mereka kompak-kompak aja macam teletubis, lah sekarang? Malah bertengkar tengah lapang. Belum aja di ramaikan nanti.

"Tuh... gelut pingin sama Tsukasa... lagian si Tsukasa pas jadi cewek malah populer jir... gua kadang serasa di lupakan..." Rui jongkok-jongkok sambil meratapi nasib.

"Sabar ya... lo sih... lo sih awalnya biang keroknya..." Akito menatap tajam Rui.

"Iya gue tahu gue salah... gue bundir gitu ya?" Pikir Rui udah nyiapin silet.

"Anjirlah tanggung jawab! Ubah lagi jadi laki!" Rasa-rasa ingin menghajar Rui meningkat berkali-kali lipat.

"Iya... iya... sampai sekarang aku stress mikirin itu..." Lirih Rui ngak semangat.

Sementara itu di kelas Nene sedang menyenggol Toya ngajak mabar sebelun jadwal.

"Toya! Kok kamu senyam-senyum sendiri? Mabar Kuy..." ajak Nene.

"Eh iya... iya.. maaf tadi lagi baca..."

"Baca apa btw?"

"Pembagian kelompok. Lu sama siapa?"

"Ouh... ada si Mijuk tuh. Kalau Lu?"

"Sama An sama Tsukasa senpai juga!" Pas bagian nama Tsukasa di sebut, walau ekspresinya masih di sebut flat, tapi pipinya memerah senang dan berbunga bunga.

"Seneng bener Toya..." Ejek Nene.

"I... itu sama sekali tidak benar! Saya hanya menghormati bersama Tsukasa senpai!"

"Belum juga aku singgung Tsukasa... kok udah bilang aja..."

"Yah... yah... ngak juga sih... biasa aja kok..."

Nene hanya menatap malas Toya karna masih terkena aura bling-bling dan terhantam bunga-bunga yang Toya keluarkan.

Sementara itu Tsukasa yang dari tadi di bicarakan masih duduk santai sesekali mengobrol sambil memegang perutnya. Entah kenapa dari atau bahkan kemarin ia merasa lebih capek dari biasa. Ia sangat emosi dan ingin menghajar Rui setiap lihat mukanya (masih dendam di buat tg), entah kenapa ia merasa agak sakit di bagian perut di bagian bawah, dan pinggangnya rasanya pegal padahal baru duduk sebentar.

Itu aneh! Perasaan macam itu adalah hal yang Tsukasa pertamakali Tsukasa rasakan. Awalnya ia pikir mungkin diare atau hanya sebatas kembung, ia sudah meminum obat tapi rasa sakitnya tak mereda tapi malah bertambah semakin lama.

Tsukasa tak berani bilang karna tak mau di anggap beban setelah kerepotan menjadi wanita.

Akhirnya Tsukasa memilih bungkam. Baginya itu hanya sakit biasa.

Aku Itu Laki!Onde histórias criam vida. Descubra agora