"Sini. Duduk di sini. Kamu ngapain jongkok di situ?" Abel tertawa.

Akhirnya, Agam berusaha berdiri, mendekat pada Abel dengan wajah malu dan salah tingkah. Ia duduk di sebelah Abel, sedikit berjarak karena merasa tidak sanggup berhadapan dengan Abel saat ini.

"Kaget?" tanya Abel membuat Agam mengerjap sekali. Perlahan, ia menggeleng. Sayangnya, wajah Agam terlalu menunjukkan keterkejutannya. Abel terkikik, menangkup wajah Agam gemas. "Jangan bohong, kamu!"

Agam mencebik, masih malu, tetapi akhirnya berhasil menenangkan diri karena melihat reaksi santai Abel.

"Maafin Agam, ya Kak Abel. Agam nggak tahu itu... isinya..." Agam terbata lagi, tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Namun, Abel menunggunya dengan senyum manis. "Agam nggak tahu itu vibrator."

"Sekarang, udah tahu, 'kan?" tanya Abel.

Pemuda itu mengangguk dengan wajah merah.

"Yah, aku nggak tahu perempuan lain di luar sana gimana, tapi kadang aku butuh alat bantu buat nyalurin kebutuhan biologis," jelas Abel santai.

Agam merona. Namun, ia tak begitu malu setelah mendengar penjelasan Abel. Matanya menatap Abel antara bingung, heran dan mungkin, sedikit kagum? Dari awal, Agam memang sudah kagum pada Abel yang pembawaannya santai dan dewasa.

Walau tak yakin apakah reaksi tenang Abel ini normal, Agam seratus persen yakin jika Abel itu seseorang yang sangat santai. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh tangan Abel, lalu menautkan jemari mereka. Rasanya hangat, tetapi Agam masih terbayang tekstur silikon dari vibrator yang ia pegang, juga getarannya yang kencang.

"Agam... penasaran," lirihnya pelan. "Vibrator sama Agam... Kak Abel suka yang mana?"

Alis Abel terangkat saat ia mendengar pertanyaan Agam. Walau wajahnya memerah dan kelihatan cemas, Abel bisa melihat Agam menunggu jawabannya. Ya ampun, pemuda manisnya ini sepertinya mulai dewasa.

"Mau tahu banget, ya?" goda Abel, mengerling nakal yang membuat Agam salah tingkah.

"Ng-nggak jadi!" sahutnya cepat, memalingkan wajahnya tapi masih menautkan jemarinya pada jemari Abel.

"Beneran nggak kepo?" Abel masih ingin menggoda Agam.

Ia menatap Agam yang memalingkan wajahnya. Tidak hanya wajah, leher dan telinganya juga memerah. Kalau Agam adalah karakter kartun, bisa Abel bayangkan sudah ada asap keluar dari kepalanya. Ia terkikik, menarik tangan Agam yang membuat tubuh Agam mendekat padanya. Karena ditarik tiba-tiba, Agam menoleh untuk menatap Abel dan berakhir menerima kecupan manis di bibir.

Abel tidak hanya mengecup bibirnya, tapi juga seluruh wajahnya berkali-kali. Lalu, perempuan itu menarik Agam dalam pelukannya. Agam sedikit meringkuk, bersandar di bahu Abel manja. Kalau dipikir-pikir, Agam itu lebih besar dari Abel, tetapi ia begitu manja dan suka sekali bersandar padanya karena terasa hangat dan menyenangkan.

"Lebih enak kamu, kok," bisik Abel halus di telinga Agam. Lelaki itu merinding mendengar bisikan Abel, tetapi tidak mau menjauh darinya. "Soalnya, kamu bisa dipeluk."

Kalimat terakhir Abel membuat Agam mendorongnya ke ranjang. Tubuh Abel kini berada di bawah tubuh Agam, dengan kepala pemuda itu menempel di dadanya. Tangan Agam memeluk pinggang Abel posesif.

"Kalau Agam lebih enak, kok Kak Abel nggak pernah minta sama Agam?" lirihnya pelan. "Kak Abel... mau?"

Pelukan Agam mengerat. Walau tak melihat wajahnya, Abel tahu Agam sangat mengantisipasi jawabannya. Ia mengelus rambut Agam sekali lagi dengan lembut.

"Sekarang?" tanya Abel lembut.

Agam mengangguk.

"Tapi, kalau sekarang aku masih lemes, Gam," ujar Abel lembut. "Kamu mau sekarang?"

"Kalau Kak Abel masih lemes, nggak mau. Nanti, Kak Abel sakit lagi." Agam mendongak, menatap wajah Abel lekat.

"Sekarang, aku masih kurang fit. Lagian, besok kita mau ke acara pernikahan Aaron, 'kan?" tanya Abel membuat Agam menatapnya bingung.

"Kita?"

"Iya. Kamu jadi partnerku. Mau?" tanya Abel.

"Mau." Agam tersenyum. "Tapi, baju Agam di kontrakan... "

"Besok pagi, kita ke kontrakanmu buat ganti baju. Sama, kamu bawa beberapa bajumu buat disimpan di rumahku. Akhir-akhir ini, kamu lebih sering nginep di rumahku juga, 'kan."

Senyum terkulum menghiasi bibir Agam. Ia mengangguk lagi dengan mata berbinar.

"Terus, kalau udah selesai urusan kita... " Abel mengerling menggoda kepada Agam. Tangannya mengusap pipi Agam lembut. "Besok malam aja, ya?"

Agam merona lagi, menyembunyikan wajahnya di dada Abel dan mengangguk malu-malu. Abel tertawa gemas, sementara Agam tetap menyembunyikan wajahnya di dada Abel. Ia akan menantikan besok malam.

Note:

Exo comeback emg luar biasa, bikin fangirl mager kyk gue semangat ngetik yg macem2.

Mana sehun di cb kali ini tuh....

Dahlah, saatnya menulis cewek dodol x cowok tsundere

No Strings AttachedDove le storie prendono vita. Scoprilo ora