Leon (PoV - Griselle)

Start from the beginning
                                    

BRUK!

Tiba-tiba, tubuh Raja Kera Emas menghantam tanah. Ternyata ini ulah Sosok Berjubah Hitam.

"El, kamu fokus sama Wanita itu!" perintah Ayah.

"Oke!" Aku menyembunyikan tangan kanan di belakang, kemudian merapal mantra untuk mengeluarkan benang hitam di jemari. Benang itu merayap perlahan mendekati si Wanita Bermulut Besar.

Teng!

Sebuah Sabit Besar muncul di udara dan memotong benangku, "Usaha yang bagus, El," ucap Leon yang masih duduk dengan santainya.

Aku baru pertama kali melihat Leon mengeluarkan senjata gaibnya. Sabit itu melayang di depan si Wanita Bermulut Besar. Aku melirik ayah yang sudah kewalahan melawan Sosok Berjubah Hitam. Raja Kera Emas pun sudah terluka cukup parah.

Leon memutar-mutar jari telunjuknya, membuat Sabit Besar ikut berputar cepat. Kemudian ia menujuk pada ayah. Sontak sabit itu melayang dengan cepat ke arah ayah.

"Ayah awas!" teriakku.

Ayah mengeluarkan pedang pusaka dari dalam tubuhnya. TENG! Benturan dua pusaka itu tak terelakan. Pedang milik ayah memang bisa menahannya, tapi tidak untuk serangan kedua. Benturan kedua membuat pedang pusaka itu hancur berkeping-keping.

Di tengah keterkejutanku, Wanita Bermulut Besar sudah berada tepat di depanku. Ia mengeluarkan suaranya yang nyaring, hingga membuat tubuh ini tak dapat bergerak. Di sisi lain, ujung dari Sabit Besar berhasil menghujam tubuh ayah. Dalam sekejap sukma ayah tertarik. Bruk! Ayah pun tumbang.

"Percuma, El. Sekuat apapun, kamu tidak akan bisa bergerak," ucap Leon, seraya bangkit dari duduknya.

"Wanita itu bernama Banshee. Suaranya begitu indah bukan? Bagi orang sensitif seperti kamu, dia bisa membuat tubuh targetnya tidak digerakan." Leon berjalan perlahan ke arahku.

"Kalau yang melawan ayah kamu itu adalah Wraith, sang pelahap jiwa. Dia bisa memakan jiwa-jiwa lemah seperti ayah kamu, El," sambungnya.

"Bikin dia tak sadarkan diri!" Leon memerintah Banshee. Tak lama, Makhluk bersuara cempreng itu berteriak kencang. Membuat tubuhku gemetar hebat. Telinga pun terasa nyeri dan ada darah ke luar dari hidungku.

"Ternyata kamu kuat juga, El," ucap Leon.

Banshee mengeluarkan suara yang sangat melengking, hingga akhirnya pandangan ini berubah menjadi gelap.

_____________

Aku terbangun dalam posisi terikat di sebuah ruangan kosong. Tak jauh dariku, ada ayah yang masih tak sadarkan diri dengan posisi sama. "Ayah," panggilku, pelan. Namun, ia tak mendengar panggilanku.

Mungkinkah Leon tidak mengembalikan sukma ayah? Aku memfokuskan padangan, benar dugaanku, Leon belum mengembalikan sukma ayah. Apa yang ia lakukan pada sukma itu.

Kriet!

Pintu terbuka. Leon masuk ke dalam. "Apa yang kamu lihat, El?" tanyanya.

"Lu bawa ke mana sukma ayah?" hardikku.

Leon mengerucutkan bibirnya, lalu tersenyum lebar. "Dimakan Wraith," balasnya dengan wajah biasa saja.

Sayangnya aku tidak sebodoh itu. Jika sukma ayah dimakan, tak mungkin ia diikat seperti itu. "Kenapa tuh makhluk gak makan sukma gua juga?" tanyaku.

"Ada yang ingin bertemu denganmu." Leon melangkah ke samping. Kalau sudah begini, pasti Mr X akan datang.

Sosok berjubah putih lengkap dengan topengnya melangkah ke dalam. "Griselle, sayang sekali kamu mengambil keputusan yang salah," ucapnya.

Aku sangat mengenal suaranya, Haji Rofi. "Gak usah pake topeng. Gua tau banget siapa lu!" balasku, kasar.

"Kamu selalu bersikap gam sopan sama orang yang lebih tua," ucap Haji Rofi.

"Buat orang tua macam lu sih gak usah sopan-sopan," sahutku.

"Kamu harus dikasih sedikit pelajar, supaya bisa jaga mulut kamu." Haji Rofi membuka topengnya, lalu merapal mantra.  Seketika itu, sekujur tubuh ini terasa sakit. Namun, aku berusaha menahannya, tak mau terlihat lemah di hadapannya. "Gak usah ditahan, menjerit dan minta tolong aja, El," ucapnya.

"Jangan ngarep," balasku. "Kemampuan lu terlalu lemah."

"Jaga mulut kamu, El!" Haji Rofi memanggil makhluk berkulit biru dengan pakaian arab.

"Wah, peliharaan baru nih," ledekku.

Haji Rofi menyuruh peliharaannya itu untuk mengangkat tubuhku dan membanting ke lantai beberapa kali. Sakit, tapi aku tetap berusaha untuk tidak bersuara sedikit pun.

"ROFI! BERENTI!" teriak Ayah.

Darah segar mulai mengalir dari mulutku. Aku tersenyum lebar sambil menatap Leon. "Kalau bukan karena Mr X, saya udah bunuh anak kamu, Pras!" ucap Haji Rofi. Apa yang direncanakan Mr X. Biasanya ia langsung menghabisi orang-orang yang berkhianat seperti kami. "Leon, lakuin sesuai permintaan Mr X!" perintahnya, lalu pergi ke luar ruangan.

"Siap!" Leon tersenyum padaku. "Kamu mau tau kemampuan Wraith yang sebenarnya?"

"Gua gak peduli!" sahutku.

"Hmm, sayang sekali, seharusnya kamu peduli, karena sekarang jiwa kamu yang terancam."

"Kamu mau apa, Leon?" teriak Ayah.

"Stt, sebaiknya orang tua lemah macam kamu tidak perlu banyak bicara." Leon merapal mantra yang membuat ayah tak dapat berbicara. "Nah, sekarang kamu perhatikan saja apa yang akan saya lakukan pada anak kamu."

Leon memanggil Wraith. Kemudian, ia melangkah mendekat dan menyentuh kepalaku. "Lepasin tangan lu!" hardikku.

Kepala ini terasa panas dan tubuh mendadak kaku. Leon memaksa membuka mulutku lebar-lebar. Kemudian, Wraith terbang dan masuk ke dalam mulutku. Heu! Aku bisa merasakan makhluk itu bergerak-gerak di dalam tubuh.

"Wraith ini makhluk parasit. Dia bisa menggerogoti jiwa kamu dari dalam. Sampai kamu tak bisa mengenali diri sendiri. Saya juga bisa mengendalikan tubuh kamu dari jauh. Ya, seperti Ritual Darah, tapi ini lebih menakutkan lagi," ucap Leon.

Aku ingin sekali membalas ucapannya itu, tapi tidak bisa. Mencoba melepaskan diri pun tidak bisa. Sementara itu, Wraith sudah benar-benar menyatu dengan sukmaku.

"El! Kamu harus tetep sadar! Berusaha sekuat tenaga buat lepasin dia!" Aku bisa mendengar suara ayah.

"Tidak ada yang bisa lepas darinya, Pras! Apalagi manusia lemah seperti anak kamu," balas Leon.

BERSAMBUNG

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now