Day 12 : Menyusuri Lautan

Start bij het begin
                                    

Helios menemukan sebuah pulau kecil yang hanya berupa jejeran batu karang, tebing, dan sedikit pasir yang ia yakini bahwa jika air pasang datang maka daratan berpasir itu akan hilang ditelan lautan.

Helios berenang ke arah pulau tersebut, saat mencapai daratan secara ajaib ekornya berubah menjadi sepasang kaki, ia pun memanjat beberapa batu karang sampai ia merasa sudah cukup tinggi.

Helios duduk diatas batu karang tersebut sambil menyanyikan balada yang cukup terkenal di tempat tinggalnya. Matanya terpejam menikmati angin lain yang seolah nengundangnya untuk terlelap.

Di tengah kedamaian itu perut Helios kembali bergejolak. Rasa mual itu memenuhi dirinya, belum lagi tanda kepemilikan Black Pearl yang terasa membakar membuatnya amat tersiksa.

"Akhhh." Helios menekan dadanya yang terasa sakit, dengan perlahan ia mencoba menenangkan diri.

Meskipun sudah menenangkan diri tapi rasa mual tidak lagi bisa ia tahan, dengan berpegang pada batu karang tubuhnya pun condong ke depan lalu memuntahkan isi perutnya. Namun hanya cairan bening yang keluar, Helios berdesis begitu rasa sakit menjulur ke seluruh tubuhnya.

"Pearl?" Helios tersenyum lembut dengan sebutannya kepada si janin. "Kau baik-baik saja 'kan? Tenang saja, kita akan segera bertemu dengan Papa." Helios mengusap perutnya lembut, seketika gejolak itu berhenti seolah anaknya memang mendengarkannya.

Sejenak Helios termenung, dia berandai jika yang mengusap perutnya ini adalah Keita, kalimat-kalimat penenang itu keluar dari bibir manis Keita, bukankah itu akan terasa lebih baik? Entah kenapa dada Helios terasa sesak, padahal dia akan segera menemui prianya.

"Kamu sangat merindukan Papa ya, Pearl?"

Lagi-lagi pertanyaan itu menusuk dada Helios sendiri, air matanya mulai mengepul. Ya, dia amat merindukan Keitanya, bahkan ingin menangis rasanya.

"Baiklah, kita sama-sama berjuang, ya? Para duyung yang kita temui sebelumnya berkata jika Jepang sudah tidak jauh lagi, mungkin kita perlu berenang dua atau tiga hari lagi, dan kita akan segera bertemu dengan Papa. Semangat, my pearl." Helios mengusap permukaan perut yang tertutupi sisik peraknya itu.

Akhirnya dia memutuskan beristirahat di karang tinggi itu, menyanyikan kembali balada bawah laut sambil mengusap pelan perutnya. Mencari kenyamanan sendiri.

-

Hari berganti bagai tiupan angin, matahari telah berdiri di atas kepala. Akhirnya Helios mendapati sebuah pulau di depannya, terlihat beberapa pria tengah memancing di atas perahu. Helios mendekatinya, entah keberanian dari mana Helios tanpa sungkan bertanya pada mereka.

"Permis tuan? Apa Tokyo masih jauh?"

Kedua pemancing itu menatap ke arah Helios, salah satunya menjawab dengan ramah. "Tokyo masih jauh nak, masih 20 km ke arah Utara dari pulau ini. Kamu harus menggunakan transportasi laut untuk mencapainya."

"Masih jauh? Ini pulau apa? Apa aku sudah berada di Jepang?"

Pria satunya lagi menjawab. "Ya, kau berada di ujung Jepang. Pulau ini bernama Hachijo, memangnya darimana asalmu? "

Helios hanya tersenyum lebar. "Aku berasal dari laut timur, sangat jauh dari sini."

"Dimana rombonganmu?"

"Aku sendirian."

"Maksudmu, kau menyelam sendirian? Nak, laut ini berbahaya."

"Tidak kok, kalau begitu aku permisi."

Setelah mengatakan itu Helios melesat kembali ke dasar laut, menyisakan kebingungan di wajah kedua pemancing itu. Mereka menatap satu sama lain.

"Gila? Katakan aku salah lihat, apa itu seekor duyung?"

Pria satunya lagi hanya mengedip terlihat bodoh. "Jangan tanya padaku. Aku pikir aku mulai berhalusinasi karena dehidrasi."

"Ya, kau benar. Mungkin saja dia hanya penyelam yang tersesat."

"Tidak- yak! Ehh, Yoku-san! Kait pancingmu hanyut!"

Helios meninggalkan keributan itu, ia segera berenang ke arah Tokyo dengan semangat yang menggebu. Ekor keperakan itu membelah ombak dengan indah, meliuk dengan kilau indah yang mempesona. Beberapa kilometer lagi, dia telah berhasil menemukan garis pantai Tokyo.

Dia menghentikan gerakan ekornya begitu mendekati sebuah karang yang agak sepi, jauh dari pengunjung. Helios naik ke daratan, secara perlahan ekornya berubah menjadi sepasang kaki jenjang yang mulus. Helios tersenyum menatapnya, dia menggerakkannya pelan sebelum perlahan berdiri.

Ia berlalu kecil ke balik batu karang yang cukup besar lalu mengeluarkan kantung yang ia bawa dari rumah, kantung yang berisi pakaian manusia. Kakaknya memberikannya beberapa set untuk ia gunakan.

"Baiklah, aku siap!"

Dengan penuh semangat Helios berlalu ke arah pantai dan menyatu dengan kerumunan, para nelayan berkata bahwa ia perlu menaiki transportasi jadi ia memutuskan bertanya pada beberapa orang dan jawaban yang ia dapat adalah ia perlu menaiki bus atau kereta agar bisa sampai di Tokyo.

Seorang penduduk di sana mengantarnya ke sebuah halte bus, Helios mengucapkan banyak terima kasih pada orang tersebut lalu mereka berpisah.

Bus pun datang, tanpa pikir panjang Helios naik ke dalamnya.

----- bersambung

Oke segini dulu yah, besok ada karakter baru yey...
Btw adakah yang kangen sama ryuaci? Hohoho
Author juga kangen sama mereka :'))

Black Pearl [Open PO]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu