8.Us

152 66 8
                                    

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Mengujungi cafe tempat Namira berkerja sudah masuk daftar rutinitas Jerome. Sambil berusaha menyesuaikan waktunya dengan pergantian shift Namira.

 Tak terasa tiga bulan berlalu menjadi masa pengenalan yang manis, masih saling diam tanpa berani mengungkapkan. Hubungan tanpa status yang menyenangkan meski sesekali mengusik pikiran.

Mereka yang asing, kini bagaikan sepasang sepatu. Jerome yang rela duduk menunggu berjam-jam sampai jam kerja selesai, dan Namira yang selalu siap sedia menemani Jerome di waktu luangnnya.

Kebiasaan kecil sudah mereka saling pahami. Namira yang moodyan dan Jerome  berusaha sabar menanggapinya. Kembali mendapat rasa peduli dari seseorang yang menawarkan kenyamanan lebih dari arti keluarga sebagai rumah. Apa mungkin Namira menolak?

"Mikirin apa?" tegur Jerome, menjentikan jarinya dihadapan wajah Namira yang tersenyum menatap Jerome yang duduk di depannya.

"Menurut kamu?" balas Namira dalam posisi menopang dagu.

"Mikirin aku? Pasti tebakan ku bener, kamu aja salting gini." Senyum manis itu lagi, kedua lesung pipi itu lagi. Entah sudah berapa kali ia harus jatuh dalam pesona laki-laki ini.

"Iya deh."  

"Serius mikirin aku? Tanggung jawab, Na." Jerome mendramatisir dengan memegang jantungnya yang benar-benar berdegub kencang. Sudah sejak lama menyadarinya tapi selalu bukan diwaktu yang tepat.

"Kok aku?" Namira menunjuk dirinya bingung.

"Iya, baper nih aku." Mendengar balasan itu, tanpa sadar Namira rolling eyes.

"Dih, baperan. Sana ambil pesanannya."

Melihat wajah kesal Namira itu candu, namun senyum yang menenggelamkan matanya jauh lebih indah dari senja dan hujan.

Bangkit dan menuruti ucapan Namira dengan sesekali menoleh membuat Jerome menabrak kursi.

Namira hanya dapat menggeleng saja melihat tingkah ceroboh Jerome yang kini malu-malu merutuki diri sendiri.

"Gak mau makan di sini aja?" 

"Pulang ya, aku capek banget hari ini?"

"Tau ending-nya take away mending drive thru aja," dumel Jerome, ia hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi meski malam makin larut.

"Daerah sini belum ada." Namira membawa pesanan mereka yang tadi Jerome letakkan di meja, berusaha membujuknya.

"Di daerah rumahku baru buka." Jerome dan sisi keras kepalanya. Itu menjadi tantangan tersendiri untuk Namira terus berdebat.

Jerome terus mengekori langkah Namira yang fokus memperhatikan plat mobil kala terdapat lima mobil berjejer dengan merk yang sama. Kebetulan yang sebenarnya lucu, namun untuk Namira yang ingin cepat pergi itu jadi menyebalkan.

"Jauh muternya. Seharusnya kamu juga istirahat aja di rumah, gak usah anter jemput aku. Repot kan jadinya." Rupanya perdebatan itu belum juga ingin Namira akhiri, terbukti saat mobil sudah meninggalkan area parkir kegiatan mereka masih berlanjut.

"Buat kamu repotnya gapapa. Aku ikhlas." Jerome dan gimmick-nya.

Rupanya Namira mulai jengah dan berakhir tak menanggapi. Namun Jerome yang paling anti dengan keheningan pun kembali membuka obrolan.

"Di rumah nanti sendiri aja?"

"Iya, tapi maaf aku gak bisa nawarin masuk," jelas Namira to the point sebelum Jerome kembali bertingkah dengan segala pemikirannya.

"PD banget, aku gak minta kok." Sebuah bantahan yang tetap tak Namira percayai.

"Sekedar mengingatkan."

"Ngalah sama cowok sesekali dong." Namira hanya bergumam dan mengabaikan Jerome setelahnya. Ice cream berhasil mengalihkan fokus gadis itu dari laki-laki tampan di sebelahnya yang senang melihatnya menikmati . 

Cute girl and ice cream, good mood.

~••~••~••~

Sesampainya di depan rumah, Namira menoleh hendak berpamitan dan sekedar berbasa-basi pada Jerome yang menatapnya intens.

"Langsung pulang?"

"Pinginnya sih di temenin makan. Soalnya gak diajak masuk." Diakhir kata Jerome menyindir dengan tangan menyilang.

"Nyindir aku?"

"Enggak kok, cuman minta imbalan. Capek loh anter sejauh ini." 

"Ya udah, besok gak usah anter-jemput. Aku udah biasa sendiri, aku bisa sendiri kok. Makasih buat selama ini." Namira menggidikan bahunya acuh, sebentar lagi juga kembali luluh.

"Yah, jangan ngambek dong, Na. Kan aku pinginnya ditemenin makan, kok jadi di musuhin."

Menghabiskan makan berdua dalam mobil, meski tanpa obrolan.
Setidaknya bersama Jerome tak seburuk juga semenyebalkan itu, dan Namira rasa keberuntungan mulai berpihak padanya.

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Pamit✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now