7•One Step

164 69 15
                                    

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Setelah menghabiskan malam dengan makan bersama hari itu. Perlahan kecanggungan Namira pada Jerome jadi terbiasa

Jerome sendiri yang sadar itu jelas lega, berharap interaksi mereka tak lagi kaku. Setidaknya selangkah lebih dekat.

Seperti saat ini, Namira tak menolak ajakan Jerome yang minta ditemani mengunjungi perpustakaan kota.

Meski saling diam dengan buku bacaan masing-masing, rasanya justru tak secanggung kemarin.

"Mau aku bantu?" Namira menawarkan diri, Jerome yang memijat tengkuknya dengan posisi kepala mendongak sontak menoleh.

"Gak ngerepotin?" Namira tau itu basa-basi, Jerome jelas butuh bantuan atau mereka akan mendekam lebih lama lagi di dalam ruangan penuh buku ini.

"Give me something, after this," ujar Namira, sekedar bergurau yang Jerome seriuskan.

"Yeah, there's nothing free." Laki-laki itu menghela napas lelah, namun seperkian detik bahunya kembali tegap, semangatnya kembali.

"Bercanda, but segelas tiramisu bukan masalah." Namira terkekeh gemas dengan tampilan Jerome yang rambutnya tak serapi saat tadi menjemputnya.

"Iya, bantu selesaiin dulu. Nanti aku traktir, apapun itu." Awalnya bergurau tentang imbalan, jadi mulai tergoda dengan tawaran 'apapun itu'.

"Pinky promise?" Menyodorkan jari kelingkingnya ke hadapan Jerome yang langsung bersambut tautan keliling yang lebih besar dari jarinya.

"Okay, let's go.  Aku yang ketik? Kamu yang baca?" Namira tanpa perintah langsung mengambil alih laptop dari hadapan Jerome dan merenggangkan lengannya dulu, mulai bersiap mengeluarkan seluruh kemampuannya mengetik cepat.

"Deal."

~••~••~••~

Tiga jam berlalu dan akhirnya tugas Jerome selesai. Hari sudah petang dan Namira harus bersiap untuk berkerja.

Untungnya ia membawa baju ganti dalam ranselnya, tak apalah tak mandi lagian hampir setengah hari ini dia menghabiskan waktu dalam perpustakaan, membasuh wajah saja sudah cukup.

"Tolong anterin aku ke cafe ya," ucap Namira sambil merapikan jaket yang membalut seragam kerjanya.

Jerome yang tadi bersender di dinding menunggu Namira bersiap dalam toilet, menegakan badannya menghadap sempurna gadis yang tengah merapikan cepolan rambutnya.

Jerome menanggapinya dengan anggukan dan melanjutkan jalan beringin menuju parkiran.

"Seatbelt, Na," tegur Jerome sambil menyalakan mesin mobilnya, Namira menyengir lucu menghadap Jerome.

"Thanks udah bantu aku hari ini, maaf ganggu waktu istirahatmu."

"No problem, makasih udah ajak aku jalan, seenggaknya mengurangi rasa bosan ku."

"Wah, kamu perlu banyak healing, Na. Lain kali aku ajak jalan lagi harus mau ya, Na."

"Ya tergantung, tapi gak janji."

"Oh iya, buat yang tadi?"

"Ganti lain hari. Aku tunggu, kamu udah janji." Keduanya saling bertatapan melemparkan senyum.

Dua bolongan pada pipi Jerome, akan jadi bagian favorit dan pemandangan indah untuk Namira.

Tiba-tiba Jerome mengerem mendadak dan reflek mengumpat.

"ASTAGA, JEROME?!" teriak Namira, memegangi jantungnya yang berdegup kencang akibat terkejut. Namira memajukan badannya berusaha melihat bagian depan mobil dengan keadaan tubuh tertahan seatbelt.

Di sebrang jalan terlihat induk kucing yang dikerumuni tiga anaknya. Namira lega karena kucing itu selamat, meski ia dan Jerome nyaris celaka.

"Sorry, Na. Kucingnya nyebrang tiba-tiba." Jerome menyodorkan botol air yang masih tersegel pada Namira yang sudah melayangkan tatapan tajam padanya.

"Ya kamu fokus ke jalan dong. Bahaya, untung gak ada mobil di belakang." 

"Iya, Na. Iya, tau kok." Jerome sendiri tak tau harus memberikan tanggapan apalagi selain mengiyakan, dan karena jawabannya itu Namira tampak belum puas mengomelinya.

"Jangan iya-iya aja, Jerome. Itu bahaya." Namira tak sangka ia bisa seberani itu mengomeli Jerome yang notabene teman barunya.

Teman. Yeah, step by step.

"Cerewet banget sih, kemaren aja si paling gemetaran tangannya." Namira hanya mendelik tanggapi godaan Jerome.

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Pamit✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now