"Rambut biru lo itu iconic banget. Semua orang di kampus kenal banget sama yang namanya Sky Ailaska Lonan, si rambut biru yang cerewet." Tawa kecil Ava bikin Sky senyum-senyum.

Sky tidak lagi memegang ponsel. Ia ingin mengobrol saja dengan Ava. Ucapnya, "Jadi, rambut baru gue enggak bagus? Bagusnya tetep biru?"

"Enggak gitu! Rambut pink gini juga cocok di lo, Sky. Bagus banget menurut gue," puji Ava. "Tapi, si biru enggak boleh dilupain."

Rambut biru atau pink, keduanya cocok untuk Sky

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rambut biru atau pink, keduanya cocok untuk Sky. Dia sangat suka bila rambutnya berwarna biru, makanya dari dulu selalu dipoles warna biru di salon. Bahkan Sky pernah berangan ia terlahir dengan rambut asli biru.

Namun, buat sekarang Sky mau mencoba beralih warna. Pink menjadi pilihan kedua yang menarik hatinya.

"Sky, kita pergi berdua gini enggak bakal nimbulin masalah?" Tiba-tiba Ava resah.

"Enggak. Masa makan doang jadi masalah." Sky menjawab.

Ava mengatakan itu karena barusan kepikiran Janessa. Dia tau, Sky ramah dan tidak pikir panjang untuk jalan bareng teman tanpa kehadiran pacar. Ava pun akan merasa tenang bila Sky pergi bersamanya tanpa sembunyi-sembunyi dari pacar.

Setelah berjam-jam terlewat, mendadak Ava merasa diintai. Apalagi Ava dan para penghuni kampus tau Janessa itu orangnya seperti apa. Janessa sangat populer di Amber University padahal dia tidak berkuliah di sana. Orang-orang mengenalnya sebagai pacar Sky yang posesif dan agresif.

"Bagus, deh. Berarti lo udah bilang Janessa," tanggap Ava.

Sky tidak mengerti. "Janessa?"

"Iya," respons Ava.

Nama itu berefek besar bagi kepala dan jantung Sky. Pening serta debaran kencang seketika berlomba-lomba menyerangnya.

Ava terkejut melihat ekspresi Sky berubah drastis, dari ceria menjadi suram. "Sky? Sorry, gue salah ngomong?"

Akhir-akhir ini kepala Sky jarang sakit, tapi sekarang ia merasakannya lagi cuma gara-gara Ava menyebut nama Janessa. Sampai detik ini peningnya belum reda. Sky tertunduk, ia berusaha meredamnya tanpa mau membuat Ava panik.

Dua detik berselang, seorang pelayan datang membawa dua gelas lemonade. Ava pindah ke sebelah Sky, ia menyodorkan lemonade dan meminta Sky meminumnya.

Sky teguk cepat sampai tersisa setengah. Dahaganya hilang, tapi denyutan di kepala masih berseliweran. Nama Janessa benar-benar bahaya untuk Sky.

"Va, kenapa kepala gue sakit banget waktu lo nyebut 'Janessa'?" Sky berkata.

Ava bungkam sesaat. Dia sendiri tidak tau kenapa Sky bereaksi demikian ketika ia menyebut nama Janessa. Sejujurnya Ava kaget juga.

"Ada keterkaitan apa gue sama Janessa?" tanya Sky.

ScenicWhere stories live. Discover now