3•Just Kidding

267 89 17
                                    

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Berakhir sudah penderitaan Namira menonton genre film paling dibencinya, horor.

Saat lampu bioskop sudah menyala, Jerome terkejut melihat Namira yang pucat pasi. Suasana dalam ruangan yang dingin malah membuat Namira berkeringat.

"Bisa bangun?" Jerome mengulurkan tangannya, prihatin dengan Namira yang lemas setelah mengeluarkan kekuatannya berteriak sepanjang film.

'Udah tau penakut, tapi masih aja nonton.' Jerome tak tega melihatnya, melirik popcorn di sebelah tangannya yang masih banyak, tak sempat Namira nikmati dengan nyaman.

"Aku kira Dino itu film kartun, kenapa jadi horor begitu." Protes yang baru bisa Namira ungkapan setelah bisa mengendalikan ketakutannya, namun malah disambut gelak tawa.

Kesal karena tanggapan yang didapatnya, padahal ia ketakutan setengah mati. Apakah selucu itu mempermainkan rasa ketakutan seseorang?

Jerome memandang tak enak pada Namira. Meski bukan salah Jerome sepenuhnya, tetap saja tanpa sadar ia ikut terlibat.

"Next time, aku gak mau lagi pergi nonton sama kalian."

"Waduh ngambek. Sorry deh, gue kan gak tau mau ngajak siapa lagi." Tak ada tanggapan lain yang Namira berikan selain tatapan sinis pada Raisa yang masih tertawa.

Jerome menyodorkan air mineral yang masih tersegel dari dalam tasnya. Dengan sedikit paksaan Namira yang menolak jadi meminumnya juga saat merasa tenggorokannya kering akibat banyak berteriak tadi.

"Awas airnya udah di jampi-jampi sama Jerome, Ra." Julio berusaha mencairkan aura permusuhan ke-dua orang sahabat itu.

"Gue gak kaya lo. Tanpa dipelet juga Namira pasti suka sama gue." Jerome menyisir rambutnya yang mulai memanjang dengan sela jari.

Menampilkan wajah sombong ciri khas menyebalkannya yang malah semakin menambah kharisma Jerome di mata Namira.

"Sok kegantengan."

"Begitulah komentar orang sirik, punya cowok tapi gak seganteng gue." Julio dan Rafael menatap malas juga Raisa memperagakan diri seolah ingin muntah mendengarnya. Sedangkan Namira menatap tak percaya sisi lain dari pelanggan setia cafe tempatnya bekerja itu.

"Aku ganteng kan, Na?" Mendapat pertanyaan langsung dari orangnya membuat bibir Namira kelu menjawab, sehingga hanya dapat bergumam.

"Jadi udah mulai suka belum?" Bisa gak sih Jerome sedikit pengertian pada degup jantungnya yang tak tenang sedari tadi. Entah karena takut, sikap manis, juga pertanyaan spontanitas Jerome.

"Aku-kamu dong. Modus lo, Jer." Rafael meninju lengan Jerome. Tak habis pikir dengan temannya ini, sedari tadi gencar sekali menggoda Namira.

"Bercanda ya, Ra." Jerome mengusap tengkuknya. Sepertinya ia terlalu buru-buru, ketakutannya bahwa Namira akan risih.

~••~••~••~

Ke-limanya sudah berada di eskalator, memutuskan untuk pulang. Mengingat waktu semakin larut malam.

"Mobil parkir di mana?" tanya Jerome, membalikkan tubuhnya menghadap Julio yang tak malu mengumbar kemesraan.

"Dapet parkiran di depan gue." Jerome mendelik tak terima mendengarnya dan Julio tak peduli.

"Bisa-bisanya, gue yang datang duluan malah dapet di basement." Mereka yang sok pengertian membiarkan Jerome menggerutu sepanjang jalan.

Di persimpangan antara bagian depan dan jalur menuju p basement, Rafael menarik belakang jaket Jerome yang mengikuti langkah kecil Namira. Kentara sekali dengan tinggi badannya yang menjulang juga kaki panjang.

"Kemana, Jer?"

"Ikut antar sampai depan." Melempar kunci mobilnya yang sigap Rafael tangkap, bermaksud untuk membiarkan pergi lebih dulu dan ia akan menyusul setelah mengantar Namira. Jelas Rafael bukan laki-laki seberani itu menuju basement yang sepi sendiri, apalagi setelah mereka menonton film horor.

Namira tersentak saat tiba-tiba sebuah topi terpasang pada kepalanya yang tengah mendongak menatap bulir-bulir hujan.

"Pake, gerimis." Namira heran, mengapa dirinya seolah membeku setiap berinteraksi dengan Jerome, bahkan tangannya sudah mendingin juga berkeringat kembali. Sebahaya itukah efek berada di dekat Jerome?

"Lo gak pulang?" tanya Raisa pada Rafael yang berdiri terenggah akibat lari mengejar langkah besar Jerome.

"Sorry, gue gak pengangguran kaya lo."

"Pulang kemalaman pintu gue kunci." Ancaman yang tak berlaku teruntuk Rafael yang terbiasa pulang subuh.

"Ya sudah, gue nginep rumah Jerome," balas Rafael merangkul Jerome yang langsung dihempaskan laki-laki berlesung pipi itu.

"Emang gue mau nampung lo?" Mendengar jawaban Jerome yang tak bersahabat Rafael memelototinya.

"Aku duluan ya, Na. See you." Jerome sempatkan melambaikan tangan pada Namira yang kali ini membalas senyumnya dari balik topi kebesar yang menutupi ujung matanya.

Lucu, dan Jerome suka itu.

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Pamit✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang