LDR 2

47K 2.3K 129
                                    

Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi, seperti yang dialami Kimi. Mau nangis percuma, adanya hanya menggerutu sejak pagi. Padahal cuaca di luar sangat cerah di akhir pekan seperti ini.

"Nggak bisa diam kah kamu huh? Mengganggu konsentrasiku saja," seru Abra yang tengah sibuk memainkan stik PSnya.

Lemparan bantal sofa mengenai tepat di kepala Abra. Pekikan kekalahan menggema di ruang keluarga.

Abra memicingkan mata ke arah Kimi, karena Kimi dia jadi kalah. Benar-benar merusak akhir pekannya.

"Salahmu nyuekin aku," seru Kimi mencebik.

"Hei, yang nyuekin siapa yang kena imbas siapa. Makanya punya pacar itu yang normal-normal aja jangan yang model begono. Susah susah dah!"

Serangan membabi buta langsung mendarat di seluruh tubuh Gava karena tindakan Kimi yang brutal meluapkan emosinya. Abra hanya bisa melindungi wajahnya dengan lengannya.

Setelah capek sendiri, Kimi berhenti dan menangis kencang. Berhubung mamanya sedang pergi juga jadi Kimi meluapkan semuanya.

Abra meraih pergelangan tangan Kimi dan menariknya agar Kimi mendekat. Dipeluknya Kimi lembut.

"Kalau sudah puas nangisnya cepet ganti baju kita main keluar ."

Kimi sesenggukan mengusap pipinya asal. Sedikit lega tapi masih tetap aja ada yang mengganjal hatinya. Sedangkan Abra hanya mengacak ringan poni pagar Kimi.

"Tunggu sebentar," ucap Kimi dengan bibir manyun.

"Hem..."

Bukan Abra nggak tahu masalah Kimi hanya saja dia nggak mau ikut campur, dia nggak mau jadi masalah. Dia sadar betul betapa mengerikannya Gava kalau sedang cemburu dan dia tahu karakter Gava.

"Ayo aku udah siap!"

"Beres nyonyah...."

Akhirnya Abra dan Kimi pergi ke kedai es krim dekat komplek demi menghibur hati Kimi yang galau.

"Udah bisa senyum?"

"Udah, makasih ya."

Kimi nyengir memamerkan giginya dan mengedipkan sebelah matanya.

Kenapa cinta itu begini, harusnya dia jatuh cinta saja pada Abra maka hidupnya akan selalu manis. Bukan kesel terus seperti ini. Tapi Kimi bisa apa, walaupun Gava menyebalkan dan nggak perhatian tapi cuma Gava yang bisa bikin Kimi jatuh hati.

Rasanya ingin sekali jedotin kepala ke tembok biar logikanya bisa jalan dan bisa merubah perasaannya dalam sekejap.

"Heh, malah ngelamun."

"Coba yah aku itu cintanya sama orang lain, sama kamu misalnya," ucap Kimi ngasal masih memandang kosong gelas es krimnya dan memainkan sendok di tangannya.

"Kalau kamu cintanya sama aku sekarang ini kita udah ke KUA dari pada kamu hamil duluan sih."

Kimi sontak memukulkan sendok kecil yang dia pegang ke kepala Abra.

"Kalau ngomong bisa kali disaring, kalau ada yang dengar kan dikira macem-macem."

Abra hanya mangangkat bahunya cuek memandang sekitar.

"Eh, kamu mau Gava ngehubungi kamu kan?" ucap Abra tiba-tiba setelah diam beberapa saat.

Jelas saja Kimi langsung mengangguk antusias plus tangannya menarik tangan Abra yang akan menyendokkan es krimnya ke dalam mulut.

Abra berdecak kesal es krim yang disendoknya malah jadi tumpah.

"Sabar, sabar disayang pacar. Pantes dicuekin, nggak sabaran sih."

LDRWhere stories live. Discover now