✧01*。

146 18 4
                                    


°
°
{Kageyama Tobio}✧

°
°
°

" Membosankan

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

" Membosankan... aku mau punya pacar." gumam ku. Memandang pohon yang bergoyang tertiup angin. Menghalangi sorot matahari.

" Ya sudah, kau cari saja." timpal temanku. Memakan es krim potong yang ia beli di toko depan sekolah. Aku menatap Ritsuki, teman dekatku, datar.

" Yang benar saja! Mana ada yang mau denganku,"

" Ya... mungkin ada. Jangan tanya aku." Ritsuki membalas cuek.

Tak peduli dengan temannya yang ingin menjalin kasih. Aku menghela nafas gusar. Memang tak berguna aku tanya Ritsuki.

" Setelah ini pelajaran apa ?"

" Olahraga, ukh! Aku malas sekali" Keluh Ritsuki.

" Padahal menyenangkan loh. Kau itu berbeda, kau lebih suka duduk di kelas sambil mengerjakan soal. Dari pada berlarian sampai berkeringat, dasar genius." aku terkekeh, Ritsuki mendengus.

Kita beranjak juga setelah bel masuk berbunyi. Menuju kelas. Memakai pakaian olahraga dengan malas. Berjalan ke ruang serba guna bersama teman sekelas di pandu guru olahraga.

" Aku ingin pura pura sakit...." keluh Ritsuki.

Kita sedang duduk di pinggir lapangan, menunggu antrian lompat tinggi sebagai praktek hari ini sekaligus penilaian.

"Najiko-san."

Aku berdiri setelah nama ku di panggil. Menepuk Ritsuki yang melemas. Melompat dengan baik dan jatuh sempurna ke matras. Aku yakin nilai ku cukup baik dengan sekali lompatan.

" Selanjutnya giliran mu, Ritsuki."

Ritsuki berjalan dengan malas. Menyeret kakinya. Di antara teman sekelas. Lompatan Ritsuki-lah yang paling buruk. Dia mendarat mengenaskan di atas matras. Teman sekelas menertawakannya.

" Ayo bangun Ritsu."

Aku membantu Ritsuki duduk. Mukanya kusut. Pasti dia mengumpati pelajaran olahraga ini di dalam hati.

" Aduh!"

Ritsuki mengadu pelan. Kakinya tergores. Aku membantunya berdiri. Guru mengizinkanku untuk mengobati Ritsuki. Keluar dari ruang serba guna. Pelajaran olahraga kembali berlanjut.

Aliran air membasahi luka Ritsuki. Kita sedang di keran dekat ruang serba guna. Aku sudah mengambil obat untuk Ritsuki.

" Bagaimana bisa kau terluka?Padahal halangan nya tidak terlalu tinggi?" heran ku. Ritsuki hanya mengadu pelan.

The First Time | Kageyama TobioOnde histórias criam vida. Descubra agora