ITPC||04

250 11 0
                                    

Ada yang nunggu ITPC update ga?

•••

"Kamu kemana sih?! Mama tuh khawatir tau, takut kamu kenapa-napa, nanti kalo kamu kenapa-napa anak mama berkurang satu, terus mama ga jadi gendong cucu, terus mama sama Tante Aqila ga jadi besanan," Alana berucap.

Ia sedari tadi sudah sangat menantikan kedatangan Nadira, namun ketika Nadira sampai Alana malah mengomeli Nadira.

"Ck, kan masih ada Liana! Suruh aja dia, aku masih belom ikhlas mau nikah sama Galang," ucap Nadira menunjuk-nunjuk Liana yang tengah duduk dengan anteng di sofanya.

Liana mendelik sesaat namun ia segera merubah wajahnya kembali santai dan berucap. "Takdir lo kak,"

"Kamu kan udah janji sama papa, ga bisa di ubah gitu dong," ucap Alex, ia mengelus pelan punggung Nadira dengan sayang, mencoba untuk menenangkan putrinya.

"Hiss, menyebalkan, aku gamau pa, papa tau? Si Galang tuh kanibal, liat masa dia gigit aku," Nadira menunjukkan bekas gigitan Galang yang ada di bahunya, sontak Alex dan Alana langsung menatap Galang dengan ekspresi menelisik, Galang yang di tatap hanya nyengir tidak jelas.

"Kelepasan gigit om, soalnya Nadira bandel," Liana tertawa dengan jawaban yang di lontarkan oleh calon kakak iparnya itu, ada-ada saja alasannya.

"Ya sudah, pernikahan bakal di majukan, satu Minggu lagi, orang tua Galang juga lagi di perjalanan ke sini," Nadira membelalakkan matanya berbeda dengan Galang yang sekarang tengah tersenyum sangat lebar menampakkan kedua giginya karena ia tahu bahwa Alex hanya bergurau untuk menakuti Nadira.

"Mama! Gamauu!," Nadira berlari ke arah tangga dengan cepat menuju ke kamarnya, Galang terkekeh pelan dengan tingkah laku calon istrinya.

"Besok jangan lupa ya tunangannya, nanti Sola Nadira tenang aja, Liana bakal tidur di kamar Nadira jadi aman-aman aja," Galang menganggukkan kepalanya mengerti.

Galang mengalami tangan Alex dan Alana. "Kalau begitu saya pamit ya Om, Tante,"

"Hati-hati ya, jangan ngebut,"

•••

Galang memandangi pantulannya pada cermin, sangat tampan, itulah satu kata yang patut ditujukan untuk Galang.

Ia menyempatkan parfum beraroma seperti coklat, itu adalah parfum racikannya sendiri.

Tok tok..

"Galang? Kamu udah selesai siap-siapnya?" Tanya Giselle yang sedang berada di depan pintu.

"Udah ma!" Jawab Galang setengah teriak, ia merapikan sedikit rambutnya terlebih dahulu, baru ia membuka pintu, di sana ibu dan adiknya sudah bersedekap dada sambil menatap garang dirinya, tidak itu hanya ibunya, adiknya menampilkan senyum yang sangat ramah.

"Lama benget, dasar remaja kasmaran," Galang mendelik sebentar, namun ia segera merubah wajahnya kembali seperti semula melihat mata ibunya yang sudah melotot.

"Ayo cepet, kamu tuh kelamaan dasar," Galang mengangkat Amora untuk di gendong dan mengikuti langkah Giselle yang berada di depannya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruang tamu.

"Papa mana ma?" Tanya Galang yang tak melihat keberadaan sang ayah.

"Udah di mobil," Galang menganggukkan kepalanya mengerti.

Galang teringat sesuatu. "Ma, cincinnya ada di mama kan?" Giselle berhenti dan mengecek tas yang ia bawa, ia mengecek seluruh isi tas nya lalu mengangguk, Galang bernafas lega ia pikir tadi cincinnya tertinggal di kamar.

"Ck, pada lama banget si, ngapain aja?" Adib mengomel, Giselle acuh dan langsung saja masuk ke dalam mobil, Galang yang melihat ibunya seperti itu ikut-ikutan tak menjawab dan langsung masuk dengan Amora yang diam memainkan boneka beruang pink-nya.

"Dasar, anak sama ibunya sama-sama nyebelin," adib bergumam sangat lirih, dengan wajah muramnya ia mulai menjalankan mobilnya menuju pekarangan rumah Nadira.

•••

"Kak, ayo ih cepet, ini gimana?!," Protes Liana yang sedari tadi mondar-mandir di depan Nadira yang kini sudah pusing dengan acara pertunangannya ini malah di tambah dengan kelakuan adiknya.

"Apa sih Li?! Cuma milih gaun doang juga, pake yang kaya biasa kan bisa adekku tercinta, apa susahnya," ucap Nadira dengan senyum penuh paksaan dan tertekan.

"Pilihin lah, dasar ga peka," ucap Liana tetap kekeuh.

"Dih emang lo siapa gue sampe gue harus se peka itu ke elu," Liana hanya diam memperhatikan Nadira yang segera bangkit dan mencari gaun yang ada di dalam lemari kakaknya, ia mengambil gaun berwarna biru langit seperti warna gaun yang tengah di pakai olehnya, ia menyerahkan gaun itu pada Liana.

Liana mengambilnya dengan mata yang berbinar-binar. "Makasih!" Liana berlari ke ruang ganti dengan cepat.

Tok tok..

"Ayo turun, Galang udah di bawah," ternyata Alana, Nadira dengan cepat membuka pintu kamar dan turun bersama Alana meninggalkan Liana yang tengah berganti pakaian.

"Liana mana?" Tanya Alana setengah berbisik.

"Masih ganti kali," jawab Nadira dengan santai.

Liana datang dengan muka yang agak di tekuk sebal, ia duduk di sebelah Alana dan menyapa orang tua Galang dengan sedikit senyum.

"Yuadah ayo di mulai," mereka semua mengangguk membenarkan.

Acara pertunangan berjalan dengan sangat lancar tanpa ada hambatan sama sekali dan berlangsung dengan khidmat.

•••

Maaf banget akhir-akhir ini ga update, soalnya aku keasikan nonton sampe lupa buat nulis draft buat ITPC :')

Kapan-kapan aku bakal doble update kalo pembaca aku udah 100+.
Jadi semangat hehe, mau lanjut nonton.

ISTRI Tengil Pilihan CEO -ENDWhere stories live. Discover now