1. Truth - Baek Min Ho & Ye Hwa

Začít od začátku
                                    

"Sejak kapan... tuanku sampai?" Perempuan itu bertanya, "Ye Hwa akan membuatkan teh jelai—"

"Tidak perlu!"

Min Ho sedikit berteriak ketika Ye Hwa baru saja ingin bangkit dari ranjangnya, gadis muda itu langsung berhenti.

"Kau... lanjutkan saja tidurmu, aku akan segera beristirahat."

Pria itu segera berjalan keluar dari kamarnya sendiri, kemudian menutup pintu lumayan keras hingga menimbulkan debaman yang cukup bisa membangunkanmu. Ye Hwa terdiam, memainkan jari-jarinya sendiri.

Jauh dalam lubuk hatinya dia benar-benar ingin bertanya apa yang dilakukan Baek Min Ho saat dia tertidur, apakah dia benar-benar menggigil karena mimpi buruk yang ia alami? Ataukah hal lain?

Ye Hwa juga merasa sangat tidak nyaman ketika Baek Min Ho pergi dimana jelas-jelas ini adalah kamar milik suaminya sendiri, pria itu harus mengalah padanya dan tidur di kamar lain semenjak mereka menjadi suami istri.


———oOo———

"Bagaimana, nak? Apakah masih belum?"

"Ye?"

Pagi itu, Ye Hwa dipanggil menghadap mertuanya, Ratu Baekje. Hubungan mereka memang cukup baik, ibu Pangeran Baek Min Ho itu sangat menyayanginya dan menganggapnya sebagai putri sendiri— tanpa tahu bahwa hubungan Ye Hwa dan putranya tidaklah seindah dan seharmonis yang ia bayangkan selama ini.

"Maaf, apa maksud ibu—"

"Kehamilanmu," jawaban ibu mertuanya membuat Ye Hwa terkejut, "apakah kau sudah mengandung penerus Baekje, anakku?" Wanita itu terlihat sangat berseri-seri.

Ye Hwa meneguk ludahnya sejenak, sempat mengulum bibirnya. Sebenarnya ia sudah memiliki firasat jika mertuanya akan menanyakan hal ini lagi, Ye Hwa benar-benar merasa bersalah, Raja dan Ratu Baekje benar-benar menginginkan seorang cucu secepatnya.

Bagaimana mungkin dia bisa hamil? Tidur satu ruangan saja ia dan suaminya tidak pernah sama sekali.

Perempuan itu tersenyum sedih, "maaf, ibu..."

Mendengar jawaban Ye Hwa, ibunda Sang Pangeran itu hanya tersenyum menghela seolah mengerti, meski tersirat sebuah raut kekecewaan di wajahnya. Tapi mereka berdua memang tergolong belum terlalu lama menikah, jadi mungkin jangan terlalu terburu-buru.

"Tidak apa-apa, jangan meminta maaf," Sang ratu mengusap kepala Ye Hwa lembut, "ah haruskah ibu membuatkanmu ramuan? Aku akan meminta tabib untuk membuat ramuan yang sehat untukmu, ya?"

Mau sebanyak apapun Ye Hwa meminum ramuan dari berbagai tanaman herbal yang mahal sekalipun, sepertinya akan sulit.

Tapi lagi, karena tidak mau mengecewakan mertuanya, dia hanya mengangguk sembari tersenyum teduh.

"Ibu."

Perhatian kedua perempuan itu teralihkan ketika seseorang keluar dari paviliun Raja. Seorang pria gagah dengan pakaian hitam-hitamnya dan ikat kepala senada, dengan sebilah pedang di pinggang dan sekantong anak panah di punggung. Seorang pria yang sejak tadi ada di pikiran Ye Hwa.

"Min Ho-ya."

Ye Hwa hanya memberikan salam penghormatan tanpa berkata apapun pada suaminya.

What If [Series]Kde žijí příběhy. Začni objevovat